Seperti dijelaskan didepan bahwa Fajrul adalah putra satu-satunya dari pasangan Mutia dan Harnoko, sejak kehilangan calon anak mereka alias adik Fajrul. Mereka lebih sibuk di luar negeri dan menyelesaikan bisnisnya.
Begitulah kira-kira cerita Fajrul selama perjalanan pulang ke arah rumahnya, sebenarnya jarak antara rumah Sahira dan rumah Fajrul cukup dekat dan searah. Hanya saja rumah Fajrul lebih masuk gang dengan pekarangan rumah yang lebih luas dari kediaman Muktar.
"Sahira, boleh kupegang tangan kamu?" Tanya Fajrul dengan perasaan yang berdebar-debar.
Sahira mengangguk, dengan segera Fajrul meraih tangan Sahira dengan ragu. Tangan mungil yang sangat lembut selembut bayi. "Maaf aku gugup." Sahira berbicara dengan sedikit terbata-bata.
Fajrul tersenyum, tak terasa mereka telah sampai di kediaman Fajrul. Ini adalah kali pertamanya datang ke rumah calon suaminya.
"Assalamualaikum!" Ucap Sahira dan Fajrul bersamaan.
"Waalaikumsalam, eh kalian sudah sampai. Masuk Nak." Seorang wanita seumuran dengan Afifah datang menghampiri dengan senyum sumringah.
"Bu ini calon istri Fajrul, namanya Sahira. Dan Sahira ini ibuku. Namanya Bu Mutia." Sahira tersenyum dan mengangguk.
"Duh cantik banget calon mantuku."
"Ini Tante, Sahira bawa oleh-oleh buat Tante sama Om."
Wanita paruh baya itu terkekeh pelan, menyisakan tanda tanya di hati Sahira maupun Fajrul. "Jangan panggil Tante dong Sahira, panggil aja Ibu. Kan nggak lama lagi kamu jadi putri ibu juga."
"Wah! Kalian sudah datang ya?" Seorang laki-laki tampak tergesa-gesa menuruni anak tangga.
"Ini Ayahku, Sa. Pak Harnoko."
"Udah ngobrol nya sambil duduk, kasian itu cantik-cantik disuruh berdiri lama."
"Sahira seorang pengacara ya?" Tanya Mutia saat mereka duduk bersama di ruang tamu.
"Iya Bu, apa mas Fajrul sudah banyak cerita tentang Sahira?" Tanya Sahira penasaran.
Fajrul pun tampak salah tingkah, karena diam-diam ia membicarakan Sahira pada orangtuanya.
"Nggak banyak kok, Nak. Hanya garis besar saja. Ternyata pas ketemu malah jauh lebih cantik ya orangnya."
"Gimana kesiapan kamu sama Fajrul menuju hari-H pertunangan, Sahira?"
Sahira dan Fajrul tampak saling tatap, "Semuanya sudah aman, Bu. Tadi juga sempet ngajak Sahira ke tempat Abi buat persiapan foto prewedding."
Tak terasa dua jam lebih mereka berbincang. Bahkan Sahira sudah tidak merasa canggung dengan Mutia maupun Harnoko. Dan kini saatnya Sahira harus berpamitan karena hari sudah semakin larut.
"Lain kali kalau jalan-jalan mampir ya, Nak. Kami disini sampai kalian menikah, jadi jangan sungkan untuk datang." Ucap Mutia sambil mengelus kepala Sahira.
"Maaf ya, Sa. Kamu jadi capek seharian keluar sama aku." Ungkap Fajrul saat mereka sampai di pelataran kediaman Muktar.
"Nggak apa-apa, Mas. Itung-itung Sahira bisa jalan-jalan."
Waktu berjalan begitu cepat, acara pertunangan pun berjalan dengan lancar. Meskipun dengan konsep tertutup dan hanya mengundang beberapa orang terdekat saja. Dan kini menanti hari H pernikahan.
Baik Sahira maupun Fajrul sama-sama sedang sibuk-sibuknya. Semakin hari pasien Fajrul semakin membludak saja, begitupun dengan Sahira. Selain menangani kasus pak Arif ia jg menangani banyak klien yang nantinya diajukan ke pengadilan negeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pak Dokter Untuk Bu Pengacara (Sebagian Dihapus)
Genç KurguLatusya Sahira Muktar, S.H., M.Kn. adalah seorang Pengacara kondang yang tak hanya cantik parasnya tetapi juga cerdas otaknya. Merupakan anak pertama dari pasangan designer dan pengacara terkenal, Afifah Aryati dan Fadli Muktar. Ia bertemu dengan se...