Hari bahagia akhirnya tiba, hari dimana baik Sahira maupun Fajrul akan memulai lembaran baru sebagai pasangan suami istri yang sah dimata hukum maupun negara.
Saat ini Sahira sedang ditemani Milka dan juga make up artist yang nantinya akan membuat Sahira semakin cantik bak bidadari. Untuk proses akad, Sahira memilih gaun berwarna putih dengan adat Betawi didalamnya.
Mengingat Sahira berasal dari keturunan Betawi- Jawa, maka ia harus memakai dua adat yang berbeda. Dan untuk adat Jawa akan dipakai saat resepsi pernikahan siang nanti.
Kehebohan media pun tak bisa dihentikan lagi, putri seorang pengacara kondang Dr. Fadli Muktar, S.H. M.H. menikah dengan pengusaha kaya raya Harnoko Amirul Fawaz.
Undangan pun telah sampai lebih dari 5000 orang relasi baik dari pasangan pengantin maupun dari orang tua pengantin yang sama-sama orang penting.
"Cantik banget kamu, Sa!!!" Pekik Milka yang juga didandani sebagai bridesmaid. Ia yang akan menggamit lengan Sahira untuk bertemu dengan suami sah nya.
"Putri Mamah cantik banget!!!" Ungkap Afifah penuh haru, bagaimana tidak sebentar lagi putri sulungnya akan dipersunting orang lain. Dan akan menjadi tanggung jawab suaminya sepenuhnya.
"Apa ini akan terlihat bagus, Mah?" Afifah mengangguk antusias.
Prosesi akad nikah mulai berlangsung, dengan ketibaan keluarga besar Fajrul yang disambut hangat oleh Fadli dan Lavindra. Tanpa menunggu lama-lama, mereka langsung memposisikan diri di meja pelaminan.
Sedangkan didalam ruangan, Sahira sedang menunggu dengan harap-harap cemas ditemani dengan Milka dan Afifah.
Pesta pernikahan mereka digelar di sebuah ballroom hotel milik keluarga Harnoko, atas kesepakatan bersama saat acara pertunangan. Kedua belah keluarga tampak antusias mempersiapkan pernikahan Sahira dan Fajrul.
"Saudara Fajrullah Amirul Fawaz bin Bapak Harnoko Amirul Fawaz, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Latusya Sahira Muktar binti Bapak Fadli Muktar dengan maskawin logam mulia seberat 50gr, satu unit apartemen, satu unit mobil Civic Type-R dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Latusya Sahira Muktar binti Bapak Fadli Muktar dengan maskawin tersebut, Tunai!" Tegas, lugas dan jelas dengan satu tarikan napas. Fajrul mengucapkan ijab qobul dihadapan penghulu dan dihadapan mertuanya.
"Bagaimana para saksi? Sah?!"
"SAH!!!"
Sontak Sahira memeluk Afifah dan Milka bergantian. "Selamat, Sa. Sekarang kamu udah jadi istrinya dokter Fajrul."
"Selamat, Nak." Afifah mencium pucuk kepala Sahira yang terhalang siger Betawi.
Setelah ijab qobul selesai, Sahira dipanggil untuk menandatangani berkas dan bertemu secara langsung dengan suaminya. Diapit oleh Milka dan Afifah, Sahira berjalan dengan sangat anggun.
Netra Fajrul sedikit berkaca-kaca saat menyaksikan bidadari yang ia cintai itu berjalan kearahnya dengan senyum yang sangat tulus.
"Cium tangan suami mu, Nak!" pinta Fadli.
Dengan perlahan Sahira meraih tangan Fajrul dan langsung menciumnya tanda ketakdziman seorang istri kepada suaminya.
Tak lupa Fajrul merapalkan doa baik untuk dirinya, Sahira dan rumah tangganya nanti. Dan saat yang ditunggu pun tiba, dimana Fajrul mencium kening Sahira pertama kali.
Sahira memejamkan matanya, perasaan yang campur aduk ketika benda kenyal mendarat sempurna di dahinya. Kini resmi sudah hubungan dirinya dan orang yang tak disangka-sangka langsung melamar dirinya setelah pertemuan singkat kala itu.
Prosesi berikutnya adalah sungkeman, acara tersebut berjalan penuh haru dan tangis bahagia dari Afifah.
"Berbakti sama suami kamu ya, Nak. Jadilah istri yang baik." Ungkap Fadli dengan suara yang bergetar.
"Mamah harap pernikahan kalian selalu dalam lindungan sang kuasa. Lakukan kewajiban kamu dengan baik ya, Nak." ungkap Afifah. Tangis Sahira seketika pecah, bahkan Fajrul sempat mengusap punggung Sahira untuk menenangkan bidadarinya itu.
"Jadi suami yang mengayomi istrimu ya, Rul. Ayah berdoa semoga kalian selalu dilimpahkan rejekinya dan diberi momongan yang Shalih dan shalihah." Kini giliran Harnoko yang memberikan wejangan.
"Kewajiban kamu bertambah, Nak. Sayangi istrimu dengan baik karena ia bak ratu di keluarganya dan kamu harus bisa memperlakukan dengan baik juga. " Mutia sempat menitikkan air mata dan memeluk menantunya itu.
Prosesi ijab qobul dan rangkaian acara pun selesai. Dan kini Sahira dan Fajrul memasuki kamar hotel untuk beristirahat. Masih ada waktu beberapa jam sebelum Sahira didandani lagi oleh MUA.
"Terimakasih sudah memilih Mas sebagai suami kamu, sayang." Fajrul tampak canggung menggunakan kata sayang untuk Sahira.
"Dan terimakasih sudah memilihkan menjadi istrimu, Mas. " Fajrul tersenyum dan kembali mengecup kening Sahira.
"Mas bantu lepas ini ya!" Perlahan tapi pasti aksesoris yang menempel di kepala Sahira terlepas dengan bantuan Fajrul.
"Pusing?"
"Enggak, Mas. Cuman pegel aja, untung cuman sebentar." Jawab Sahira.
"Abis ini makan ya! Biar nggak lemes nanti, acaranya panjang sampai nanti malam. Apalagi gaun yang nanti malam kan kamu pilih yang berat itu."
"Setelah itu minum vitamin, nanti Mas siapkan."
"Iya pak dokterku." Karena posisi Fajrul di hadapan Sahira, ia langsung menghadiahkan ciuman singkat di pipi Fajrul.
"Eh!"
"Sekarang kamu udah mulai berani ya cium-cium." Sahira tersipu malu.
"Abisnya Mas ngomong gitu kaya ngomong sama pasien tau!"
"Sekarang kita udah menjalankan UU No. 1 tahun 1974 kan?" Sahira ingat gombalan Fajrul kala itu yang menyeret pasal perkawinan.
Fajrul tertawa pelan. "Masih ingat aja kamu, Sayang."
Akhirnya Fajrul dan Sahira makan dengan piring yang sama, tentunya saling menyuapi dengan mesra. Mengingat bahwa mereka adalah pasangan pengantin baru.
"Ini vitaminnya, dan ini minumnya." Fajrul menyodorkan kapsul dan segelas air putih.
"Terimakasih suamiku sayang."
Tok tok tok!!!
"Iya sebentar!" Seru Fajrul.
"Mas buka dulu ya." Sahira mengangguk, entah siapa yang mengetuk pintu.
"Eh Lavin, ada apa?" Ternyata Lavindra yang mengetuk pintu, Sahira hanya melongok saja dari atas tempat tidur.
"Itu jasnya kak Fajrul udah di siapin mama, sama mbak MUA nya kak Hira. "
Fajrul baru ingat bahwa jas yang akan ia pakai adalah spesial custom dari sang mertua yang merupakan seorang designer ternama.
"Kak Fajrul sama kak Hira nggak lagi ngapa-ngapain kan?" Lavin tampak mengintip Sahira dari balik badan Fajrul.
"Ya terserah dong, Vin. Kan udah sah!" Pekik Sahira.
"Lagi istirahat kok ini, Vin. Makasih infonya."
"Siap kakak ipar." Lavin mengacungkan kedua jari jempolnya.
UNDANGAN PERNIKAHAN
Turut mengundang Bapak dan Ibu untuk hadir dalam resepsi pernikahan putra-putri kami:
dr. FAJRULLAH AMIRUL FAWAZ, S.pOG
Putra dari Bpk. Harnoko Amirul Fawaz dan Ibu. Mutia Nugroho&
LATUSYA SAHIRA MUKTAR, S.H.,M.Kn.
Putri dari Bpk. Dr. Fadli Muktar,S.H.,M.H dan Ibu Afifah AryatiTempat:
Ballroom Fawaz' resort and HotelPukul:
14.00 - selesai.Hormat kami:
Sahira- Fajrul
Harnoko- Mutia
Fadli- Afifah
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pak Dokter Untuk Bu Pengacara (Sebagian Dihapus)
Ficção AdolescenteLatusya Sahira Muktar, S.H., M.Kn. adalah seorang Pengacara kondang yang tak hanya cantik parasnya tetapi juga cerdas otaknya. Merupakan anak pertama dari pasangan designer dan pengacara terkenal, Afifah Aryati dan Fadli Muktar. Ia bertemu dengan se...