Veronika segera turun dari atas ranjang berjalan menuju kamar mandi yang ternyata tak ada siapapun disana. Karena terlanjur melihat kamar mandi, dia pun mencuci wajahnya lalu kembali keluar setelah selesai.
"Bukan kah semalam aku pergi bersama Sean? Apa jangan-jangan pria itu menjualku?" Mata Gadis itu mulai berkaca-kaca bagaimana jika itu adalah benar.
Veronika melihat sebuah foto di atas nakas.
"Bukankah ini Sean? Haha dia terlihat menggemaskan saat masih sekolah." Gumam Veronika menertawakan foto Sean yang memakai seragam sekolah menengah atas.
"Apakah ini rumah Sean? Lalu dimana pria itu." Veronika menyimpan kembali fotonya di atas nakas dan segera berjalan menuju pintu. Veronika melihat sekeliling ruangan yang sangat tidak dikenalnya sama sekali. lalu mencoba menuruni anak tangga, secara perlahan-lahan. Dengan mata yang terus saja melihat kesana dan kemari melihat bangunan yang begitu mewah.
Menurutnya bangunan itu sangat besar.
"Kau sudah bangun?" Suara itu mengejutkan Veronika, sambil memegang dadanya.
Lalu melihat ke arah sumber suara yang sedang duduk di atas roda, yang berjalan ke arahnya.
Veronika tersenyum canggung pada wanita paruh baya yang tidak dikenali olehnya.
Veronika mencoba melihat kesana kemari saat ia sudah sampai di lantai bawah.
Sebelum akhirnya dia menjawab perkataan wanita paruh baya yang ada di hadapannya.
"Ya, aku sudah bangun Ibu eh! Maksudku bibi. Dan dimana ini?" Veronika mengulang perkataannya yang salah.
Namun membuat Margaret tersenyum lalu berkata.
"Tidak apa-apa, panggil saja aku ibu. Kamu tidak perlu takut ini rumahku. Aku ibu Sean, dia putra ku." Ucap Margaret tersenyum senang melihat Gadis cantik yang ada di hadapannya.
Ia merasa senang dengan Gadis yang ada di hadapannya.
"Maaf bibi, apakah tidak akan ada masalah jika aku memanggilmu ibu. Aku tidak ingin kepalaku dipenggal oleh Sean nantinya." Sambil berkata seperti itu mata Veronika tidak bisa diam dia terus saja melihat kesana kemari takut jika pria itu tiba-tiba muncul.
"Tentu saja tidak akan ada masalah. Kamu tenang saja sebelum Sean memenggal kepala mu... Aku akan lebih dulu memenggal nya."
Perkataan Margaret membuat Veronika terkekeh lalu berlutut di hadapan Margaret.
"Terimakasih telah mengizinkan aku memanggilmu ibu. Oh! Iya nama ku Veronika."
Dalam sekali rasa canggung yang menyelimuti Veronika hilang begitu saja. Dia memang mudah sekali dekat dengan orang yang menurutnya tidak berbahaya.
"Aku, sudah tau namamu dari putraku. Sekarang berdirilah dan kita akan makan bersama." Titah Margaret sambil menyentuh tangan Veronika.
Mereka terlihat begitu dekat. Padahal mereka baru saja bertemu hari ini karena semalam Veronika sudah tidur.
Veronika menganggukkan kepalanya dan tersenyum. lalu membantu Margaret, dengan mendorong kursi rodanya menuju ruang makan.
Sambil berjalan menuju ruang makan mereka saling berbicara, berbagi cerita.
Veronica terus saja mengoceh banyak berbicara, sampai mereka berdua tidak sadar. jika seseorang yang berdiri di ambang pintu melihat kedekatan mereka berdua yang terlihat seperti sudah saling mengenal sejak lama.
Sean yang merasa dirinya diabaikan kedua wanita yang sedang asyik mengobrol sambil berjalan menuju ruang makan itu.
Segera melangkahkan kakinya menuju kedua wanita yang telah mengabaikan nya. ia baru saja tiba di rumahnya.
Sebelumnya ia berkata pada ibunya, jika dia akan datang pada siang hari, Namun ternyata pekerjaannya telah selesai dengan cepat sehingga dia segera datang ke rumah nya sebelum Veronika bangun. Namun ternyata sudah terlambat Gadis itu telah bangun.
"Ehmmmm..."
Tak ada yang mendengar deheman yang dikeluarkan Sean. Veronika malah terus mendorong Margaret sambil berbicara.
Sean berdecak kesal mengikuti Veronika dari arah belakang sampai akhirnya dia harus menabrak punggung Veronika yang ada di hadapannya.
"Ah!" Veronika terkejut dengan seseorang yang menabrak nya dengan cepat menoleh kebelakang.
"Sean?"
Sean mendadak seperti orang yang tertangkap basah. Pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu segera berbicara.
"Kebetulan sekali aku belum makan." Ucap Sean lalu pergi ke arah meja makan yang telah siap dengan hidangan yang disajikan di atas meja.
Margaret mencoba menahan senyum nya melihat anak nya menjadi salah tingkah terlihat lucu.
Veronika mengernyit heran dengan tingkah Sean yang tiba-tiba berada di belakangnya.
"Ayo nak, kita makan." ajak Margaret
"Baik, ibu."
Perkataan Veronika yang menyebut Margaret ibu kini terdengar di telinga Sean yang hendak mengambil nasi. membuatnya mengurungkan niatnya.
"Apa maksudmu? Dia ibuku. Kau panggil ibuku dengan sebutan nyonya mulai sekarang, karena kau bekerja di rumah ini sebagai pengasuh ibuku." Sean berucap dengan nada dingin, sambil menatap tajam kearah Veronika.
Seakan tak suka dengan perkataan Veronika yang dengan mudahnya menyebut Margaret sebagai ibunya.
"Sean, ibu yang menyuruh dia memanggil ibu." kata Margaret.
Sean hanya bisa mendengus kasar lalu segera mengambil makanannya dengan kesal seperti anak kecil yang tidak ingin kehilangan ibunya.
Lagi-lagi Veronika di buat mengernyit heran dengan tingkah Sean yang semakin kesini terlihat kanak-kanak kan.
Di atas meja makan Margaret terus saja memperhatikan Veronika dengan memberinya beberapa menu makanan ke atas piring Veronika.
"Gadis kecil. Kau punya tangan? gunakan tanganmu itu untuk mengambil apa yang kau mau. jangan merepotkan ibuku."
Veronika yang tak terima dengan perkataan Sean membuat nya kesal. karena itu bukanlah keinginan nya.
"Sean, ada apa denganmu. kau terlihat seperti Gadis yang sedang datang bulan." Veronika dengan kesal berkata seperti itu dengan nada yang cukup berani.
Sean membelalakkan kedua matanya. Mendengar perkataan Veronika yang semakin hari semakin berani berbicara padanya.
Sean menatap tajam ke arah Veronika membuat nyali Gadis itu mendadak menciut.
Tak berani lagi untuk melihat matanya pria yang ada di seberang meja makannya.
"Ibu, sepertinya perutku mendadak tidak enak dan tidak ingin makan. Lebih baik aku pergi dulu." ucap Veronika tanpa menunggu perkataan Margaret Gadis itu segera berlari menaiki tangga.
"Veronika," Margaret memanggil Veronika yang pergi begitu saja.
"Sean, kau lihat! Karena ulah mu itu membuat Gadis itu tidak jadi makan," Margaret sambil melihat ke arah makanan di atas piring yang telah disajikan nya.
"Aku akan mengantarkan makanannya." ucap Sean sambil meraih makanan yang telah disiapkan ibunya itu Veronika.
"Sean, dengarkan ibu. Kamu tidak boleh terlalu keras padanya dia masih terlalu muda."
"Aku tau bu,"
Sean segera pergi dengan membawa makanan di tangannya, menuju kamar miliknya dimana Veronika yang kini sedang membaringkan tubuhnya dengan posisi miring, mencoba menahan perutnya yang lapar. Ia merasa kesal dengan tingkah Sean yang seperti itu padanya.
Ceklek!
Pintu terbuka.
Sean segera masuk kedalam kamar miliknya yang sudah lama tidak ditempati olehnya selama bertahun-tahun. Namun kamar itu tidak berubah sama sekali dari dulu.
Hingga saat ini.
Kamar ini adalah kamar masa kecilnya dulu. Tidak heran jika banyak mainan Anak kecil berjajar rapi diatas lemari.

KAMU SEDANG MEMBACA
GAIRAH SANG MAFIA
Romance21+ cerita dewasa Di khianati kekasih nya, di jadikan jaminan oleh orang tua nya pada mafia kejam. Membuat Veronika seperti hidup didalam penjara. Ia harus rela kehilangan keperawanan demi kebebasannya. IG : Simbaradiffa Fb : Simbaradiffa