Deg!
Perkataan anak buahnya membuat Sean meremas ponsel nya dengan erat.
Tanpa basa basi Pria itu segera mematikan ponsel nya dan meraih kunci mobilnya untuk segera menuju tempat ibunya.
Sean yang sedang kacau karena memikirkan Veronika yang sempat di tampar keras membuatnya merasa bersalah.
Namun sekarang Sean terlihat marah, setelah mendengar perkataan anak buah nya yang telah memberitahu nya. jika Veronika telah membuat ibu nya terjatuh dari kursi roda.
"Gadis itu, benar-benar membuat kekacauan. Selain membuatku menderita dengan perasaan yang tak karuan, sekarang dia membuat ibuku menderita. Sial sepertinya dia sedang balas dendam padaku karena telah mengurung nya. Tidak seharusnya aku mempekerjakan Gadis itu di rumah."
Sean berbicara sendirian sambil menyetir mobil nya. Mobil yang dibawa Sean begitu melaju dengan cepat, agar segera sampai ke rumahnya dan memberi gadis itu pelajaran.
Perjalanan yang cukup jauh Sean akhirnya sampai di rumahnya.
Sean berjalan dengan wajah yang begitu gusar. Ia datang untuk melihat ibunya yang sedang sakit. Tetapi langkah kakinya mengatakan tujuan yang lain.
Sean berjalan menuju kamar Veronika.
Walaupun tidak tahu apakah di dalam kamar itu ada Gadis itu atau tidak.
Namun Sean tetap berjalan menuju kamar nya.
Brakkkk!
Sean membuka pintu kamar nya dengan sekali tendangan. Pintu tersebut bahkan sama sekali tidak terkunci.
Tetapi pria itu menendangnya dengan keras membuat Veronika yang sedang membaca buku di atas ranjang, tersentak kaget.
Sean menutup pintu itu, lalu menguncinya pintu kamar nya.
"Sean,"
Veronika memilih Sean berjalan ke arah nya nampak berbeda.
Plak!
Tamparan keras ke tiga kalinya membuat Veronika tersungkur ke lantai.
Terjatuh dari atas ranjang.
"Sean, kenapa menamparku?" Tanya Veronika sambil memegang salah satu pipi nya yang kembali terkena tamparan keras dari pria yang kini sedang berdiri di hadapannya.
"Akhh.... Sakit..." Veronika meringis kesakitan saat rambut nya harus ditarik dan di angkat begitu saja oleh Sean. Membuat Veronika ikut berdiri karena rambutnya yang terasa sakit.
"Berani-berani nya kau bermain-main dengan ku." Bentak Sean lalu melempar Veronika ke atas ranjang dengan begitu mudahnya.
"Sean, apa maksudmu. Kau baru saja datang dan langsung marah padaku. Memangnya aku salah apa, sejak beberapa hari yang lalu kau bahkan seperti itu juga."
Veronika melihat ke arah mata Sean yang terlihat marah.
"Ckk... Masih bertanya apa salah mu."
Plakk!
Sean kembali menampar pipi Veronika lalu mencekik leher Gadis itu.
Rahangnya mengeras mengingat Veronika telah mencelakai ibunya.
Sean begitu marah karena Veronika telah berani-berani nya, membuat ibunya sampai jatuh sakit.
"Lepas-kan..." Suara Veronika terbata-bata tak bisa berbicara karena Sean mencekik lehernya dengan begitu kuat.
Air mata Veronika luhur begitu saja membanjiri keduanya pipinya.
Dia tidak menyangka jika Sean akan begitu kejam padanya. tak seperti hari-hari yang telah dilalui.
Saat awal dirinya dikurung dalam rumah yang sebelumnya. Kekecewaan kini mulai tumbuh di hati Veronika.
Veronika menatap wajah tampan Sean yang begitu marah. Akankah ia mati di tangan pria kejam ini.
Veronika memejamkan kedua matanya ia sudah tak kuat lagi untuk bernafas.
Dadanya begitu sesak karena tekanan yang kuat pada lehernya. Tiba-tiba rasa sesak di tenggorokan nya menghilang begitu saja.
Veronika membuka kedua matanya.
BRUGGGHHHH!
Tubuh Veronika terasa melayang begitu saja saat Sean melempar nya dari atas ranjang sampai kebawah.
"Sakit," Rintih Veronika. Ia begitu kesakitan, tubuh terasa remuk dilempar layaknya barang yang sudah tak terpakai.
'Apa salahnya, kenapa pria itu begitu marah?' batin Veronika sambil memegang tangan nya yang terasa begitu sakit, tanpa disadari olehnya darah segar mulai keluar dari pelipisnya. Namun terhalang oleh poni pendek yang menghalangi keningnya.
Sean berjalan ke arah Veronika sambil melonggarkan dasinya.
Gadis itu mundur kebelakang karena ketakutan. ia berlari menuju balkon.
"Sean, ku mohon hentikan, semua ini... kita bicarakan baik-baik! apa salahku kau bisa memarahi nya tanpa perlu bermain kasar seperti ini," ucap Veronika dengan tubuh gemetar ketakutan.
"Kau ingin aku membicarakan dengan baik-baik? apa kau tidak sadar dengan kesalahanmu yang telah mencelakai ibuku?" Sean berjalan dengan pelan mendekati Veronika yang kini tak dapat mundur kebelakang lagi karena terhalang pagar pembatas balkon di belakangnya.
Veronika sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Sean. Bahkan ia tidak berani untuk mencelakai ibunya.
"Sean, kau salah paham seperti nya. aku sama sekali tidak berniat untuk mencelakai ibu mu."
"Kau pikir aku akan percaya dengan kata-katamu itu," dengan menggertakkan gigi nya.
"Jika kau tidak percaya padaku terserah! tapi ku mohon hentikan semua ini. Kau bisa menghukumku dengan cara lain, ini sangat menyakitkan. lebih baik kau bunuh saja aku sekalian dari pada harus kau siksaan seperti ini!"
Veronika mengusap air matanya dengan kasar lalu melihat ke arah pagar. ia bisa melihat kebawah yang ternyata sangatlah tinggi, tidak bisa melarikan diri lagi.
Apa yang harus ia lakukan sekarang? haruskah meloncat ke lantai bawah? atau terus merasakan siksaan itu.
"Sean, ku mohon hentikan semua ini... atau aku akan meloncat dari atas balkon ini." Veronika mencoba mengancam Sean.
"Kau pikir aku peduli? hidup mati pun aku tidak akan peduli padamu. kau hanyalah gadis jaminan orang tuamu. bukan wanita ku." perkataan Sean begitu tajam.
Veronika tersenyum getir. ia baru ingat jika selama ini dirinya hanyalah jaminan orang tua nya. Tidak heran jika Sean memperlakukan nya seperti itu.
'Baiklah kalau begitu pilihan ku adalah jatuh.'
Veronika menatap wajah Sean dengan tatapan yang mengisyaratkan jika ia akan memilih jatuh ke bawah dibandingkan harus tersiksa olehnya.
Dalam sekejap Veronika menjatuhkan diri nya ke bawah sambil memejamkan matanya.
karena tak ada harapan lagi untuk nya hidup di dunia ini. lagi pula kedua orang tua nya pun telah tiada.
'kenapa tidak sampai-sampai' batin Veronika yang mengira jika dia akan terjatuh ke bawah lalu mati begitu saja dengan tubuh nya yang hancur.
Sebuah tarikan di tangannya membuat Veronika segera membuka matanya.
"Kenapa tubuh ku bisa melayang seperti ini." Veronika berbicara sambil melihat ke arah bawah yang membuat nya begitu ketakutan.
"Akhhhh.... " Teriak Veronika
"Diamlah!" Bentak Sean yang memegang tangan Veronika di atas balkon dengan Veronika yang telah berada di luar pagar pembatas.
Sean tidak menyangka jika Veronika berani meloncat dari atas balkon.
Beruntung dirinya berhasil meraih tangan gadis itu. Mungkin jika tidak dia akan terjatuh ke lantai bawah.
Ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya, saat Veronika akan meloncat membuat nya merasa takut.
"Kau, menyuruhku untuk diam. bukankah kau ingin aku mati." kata veronika

KAMU SEDANG MEMBACA
GAIRAH SANG MAFIA
Romantizm21+ cerita dewasa Di khianati kekasih nya, di jadikan jaminan oleh orang tua nya pada mafia kejam. Membuat Veronika seperti hidup didalam penjara. Ia harus rela kehilangan keperawanan demi kebebasannya. IG : Simbaradiffa Fb : Simbaradiffa