Bab 14

4.6K 64 0
                                        

 Lalu berjalan menuju tepi ranjang, mencoba menidurkan Veronika yang tertidur pulas ke atas tempat tidurnya.

"Gadis, kau baik-baiklah disini. Aku akan kembali besok siang untuk melihatmu. Kau tidak boleh nakal atau aku akan menciummu."

Sean berbicara sendirian sambil mengelus pucuk rambut nya. Ada rasa tidak rela untuk meninggalkan Veronika di rumahnya sendiri. Seperti ada yang hilang, tetapi jika Veronika berada di dekat nya. ia tidak akan fokus bekerja, banyak pekerjaan yang tertunda karena mengurusi gadis yang ada di hadapannya sekarang.

Sean segera pergi untuk menemui ibunya kembali.

Saat berada di tangga Sean melihat ibu nya yang sedang menonton acara wayang di televisi.

Cup!

Sean mengecup pucuk kelapa ibunya yang tak sempat di cium oleh nya karena Veronika yang berada di pangkuannya tadi.

"Ibu, aku titipkan gadis itu padamu dan jangan biarkan dia keluar dari rumah ini. Dia pasti akan melarikan diri, jika dibiarkan keluar dari rumah. Aku akan menambah penjagaan di rumah ini." Ucap Sean pada ibunya sambil bertekuk lutut di hadapan ibunya yang duduk di kursi roda.

"Jadi kau menyuruh ibu untuk menjaga Gadismu itu? bukankah dia yang harus menjaga ibu." Ucap margaret mencoba menggoda anaknya.

"Dia, bukan gadisku. Aku sudah mengatakannya tadi. Tentu saja Gadis itu akan menjaga ibu, tapi dia masih sedikit nakal, jadi bantu aku menjaganya sampai dia menjadi penurut."

Sean tak ingin mengakui nya karena memang Veronika bukan lah gadisnya, tetapi sesuatu menggelitik hatinya.

"Baiklah, ibu akan menjaga Gadis itu. Agar menjadi menantu yang penurut." ucap margaret sambil tersenyum senang.

"Ibu, jangan bicara sembarangan. Aku tidak akan menikah. Apalagi menikahi Gadis tengil seperti dia." Sean berucap dengan wajah nya yang datar.

"Husss... Sean jangan bicara sembarangan. Cepat atau lambat kamu akan menikah nanti nya." Ucap Margaret yang menegur perkataan anaknya.

"Aku tidak berniat untuk menikah. Lebih baik ibu tidur. Aku akan kembali ke tempat kerjaku," Ucap Sean mencoba mengalihkan pembicaraan ibunya.

Margaret tidak ingin membalas lagi tentang pernikahan yang tak disukai oleh Sean.

Semenjak pengkhianatan yang dilakukan mantan kekasih Sean, membuat Sean sama sekali tak tertarik dengan yang namanya perempuan atau pun pernikahan.

Pada malam itu, Sean yang sudah berada di ambang pintu apartemen Cinthia, mendadak heran dengan pintu yang sedikit terbuka.

Sean berpikir jika kekasihnya dalam bahaya karena pintu apartemen nya tak di kunci.

Dengan langkah cepat pria itu segera masuk kedalam apartemen Cinthia.

"Ah! ahhh... Derry... lebih cepat sayang... mainkan lidahmu dengan baik."

Sayup-sayup mendengar suara yang semakin terdengar begitu keras.

Deg!

Sean mengepalkan tangan nya erat, mengeram marah lalu mengeluarkan pistol miliknya dan bergegas menuju kamar kekasihnya.

Brakkk ...

Dengan sekali tendangan pintu itu terbuka lebar,

Sean begitu marah saat melihat kekasihnya yang sedang membuka kakinya lebar-lebar dan seorang pria yang sedang asyik menciumi milik Cinthia di tengah-tengah selangkangan wanita itu.

"Sean," ucap Cinthia

Derry sang asisten Sean langsung menegang dan segera membalikkan lehernya menoleh ke belakang.

Dor!

Sean langsung menembak kepala pria yang sedang mengobrak abrik milik Cinthia, membuat darah dari pria itu langsung keluar ke arah kaki dan bagian labirin milik Chintia.

"Akhh... Sean kau membunuhnya."

"Jalang sialan! berani-beraninya kau mengkhianatiku." Sean menggertakkan gigi nya tatapan tajam seakan ingin kembali melayangkan pistolnya ke arah Cinthia.

"Sean, ini tidak seperti yang kamu kira sayang. Ini salah paham!" Cinthia hendak bersiap bangun untuk mendekat ke arah Sean.

"Jangan mendekat atau aku akan menembak kepalamu juga. Mulai detik ini kita tidak memiliki hubungan apapun lagi. Jangan pernah muncul dihadapanku lagi atau aku akan menembak kepalamu."

Setelah berkata seperti itu Sean segera pergi dari hadapan Cinthia dan segera menyuruh anak buahnya untuk menangkap Cinthia dan membawanya ke kantor polisi atas dugaan pembunuhan yang dilakukan oleh Sean, tetapi malah Cinthia yang harus mendekam di dalam penjara.

Sean memukul mobil dengan marah dan segera pergi dari apartemen Cinthia.

Sean pikir wanita itu adalah gadis baik - baik, karena selama ini ia sering memantau nya dengan menyuruh anak buahnya untuk melaporkan semua kegiatan yang dilakukan kekasihnya itu.

Tapi ternyata semua sia - sia karena asisten sudah mengatur segalanya, dia lah dalang dibalik pengkhianatan itu.

Selama bertahun - tahun Sean tidak pernah mencium atau menyentuh wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anak nya nanti.

Ia tidak ingin merusak wanita yang akan menjadi istri nya di masa depan, tapi semua sia-sia.

****

Setelah cukup lama berbicara dengan ibu nya dan menyuruh nya tidur, Sean segera berjalan ke halaman rumahnya.

Ia menoleh ke arah seberang, melihat bangunan yang terlihat sama dengan milik ibunya.

Bangunan rumah yang begitu kuno tak lagi berpenghuni, Itu adalah rumah teman masa kecil nya dulu.

Sebelum bocah kecil itu menghilang entah kemana.

Sean segera masuk kedalam mobilnya, tak ingin terus mengingat masa lalunya itu.

Hati nya cukup menyesal sampai sekarang, karena dulu sebelum gadis itu menghilang. ia membentak gadis kecil itu karena mainan robot nya yang di rusak oleh gadis kecil itu.

"Apa aku harus mencarimu?" gumam Sean sambil menyalakan mobil nya, dengan pikiran yang kacau.

Dia tidak tahu harus memulai mencari gadis kecil di masa lalu nya itu dari mana dulu, karena tak ada petunjuk yang bisa menjadikannya bukti yang kuat untuk mencari dimana keberadaan teman kecil nya itu.

Dulu ia terlalu kecil dan tidak tau tentang semua itu membuatnya sedikit kesulitan.

Sean sudah beberapa kali berniat untuk mencari teman kecil nya itu. tapi tidak bisa, karena dia tidak memiliki foto temannya itu.

Sekarang ia ingin mencoba kembali mencarinya. Namun kedua orang tua gadis kecil itu telah lama pindah keluar negeri, untuk meminta foto teman kecilnya itu, yang biasa di sebut Kim oleh Sean.

Sean pernah mencari fotonya dengan masuk kedalam rumah temannya itu yang ternyata sudah tak ada satupun barang yang tersisa di sana.

****

"Hoammmm..."

Mata yang masih mengantuk itu mencoba bangun dari atas ranjang yang begitu empuk. Matanya menyipit saat melihat matahari yang menyinari wajah cantik Veronika yang baru saja bangun tidur.

Veronika mengerutkan kening nya saat melihat kamar yang begitu asing tak dikenal oleh nya.

Kamar yang begitu besar dengan cat warna biru tua.

Veronika melihat sekeliling ruangan itu. Banyak mainan anak kecil yang berjajar rapi di atas lemari yang dikhususkan untuk menyimpan mainan robot-robot anak kecil.

"Dimana ini?" gumam Veronika.

GAIRAH SANG MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang