Bab 16

4.5K 57 0
                                        

Sean melihat punggung Veronika yang membelakangi nya. Gadis itu sedang berada di atas ranjang.

"Makanlah!" dengan nada dingin.

"Aku tidak lapar." ucapnya

"Makan, dan segera lah turun untuk menemani ibuku di bawah. Aku membawamu kemari bukan untuk berleha-leha di atas ranjang."

Perkataan di akhir kata yang diucapkan Sean membuat Veronika kesal.

"Kau sangat menyebalkan." Gumam Veronika, dengan terpaksa bangun dari atas ranjang lalu berjalan hendak melewati Sean yang berada di tepi ranjang.

"Kau, mau kemana?"

Sean mencekal tangan Veronika.

Veronika segera menepis tangan Sean dengan begitu kasar membuat tangan satunya lagi yang sedang membawa makanan untuknya, terjatuh ke lantai.

Prang...

Sean melihat makanan itu hancur berantakan di lantai. Ia menggeram marah.

Plak!

Tamparan keras tiba-tiba melayang pada pipi mulus Veronika.

Ini yang kedua kalinya Sean menampar Veronika.

Veronika memegang salah satu pipi nya yang begitu terasa kebas bercampur perih.

Menatap ke arah Sean dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ia tidak menyangka jika sikap Sean akan kembali berubah seperti pertemuan mereka sebelum nya.

Pria yang kejam, dingin tak tersentuh.

Setelah beberapa hari veronika bersama dengan Sean pria itu tidak terlalu buruk. Veronika sempat berpikir seperti itu sebelum nya.

Walaupun awal pertemuan mereka sama seperti sekarang yang menamparnya kembali dan entah apa yang salah dengannya.

"Ada apa denganmu... Kenapa kau menamparku? Bukankah kau menyuruhku untuk turun menemui ibumu, kenapa tidak sekalian saja kau tembak aku!" Veronika berucap dengan nada keras dia benar-benar marah karena tak tau apa kesalahannya.

Sean hanya diam dan mengepalkan telapak tangannya.

Hati nya merasa bersalah karena telah menampar Gadis kecil yang kini sedang marah padanya dengan mata berkaca-kaca.

Sean menarik tangan Veronika lalu melemparkannya ke atas ranjang. Membuat gadis itu tersungkur di atas ranjang.

Veronika segera melihat ke arah Sean yang menaiki ranjang, mendekat ke arahnya.

Mencengkeram leher, membawanya ke depan wajahnya.

Tak ada rasa takut dalam diri Veronika.

Rasa takut itu seakan hilang bersama dengan tamparan keras yang melayang pada pipinya.

Setelah beberapa hari mengenal Sean dia sudah cukup memahami sikap Sean yang sering berubah-ubah.

Mungkin suasana hatinya sedang tidak baik pada hari ini.

Sean melihat ke arah mata Veronika yang sama sekali tidak takut padanya.

Wajah cantik nya, kini terlihat memerah bekas tamparan yang begitu keras membuat wajah Veronika terlihat berbeda.

Veronika terdiam, melihat apa yang akan dilakukan Sean padanya setelah ini.

Dalam sekejap bibir mereka telah bersatu.

Sean mencium bibir Veronika dengan begitu lembut seakan itulah adalah ciuman tentang ungkapan perasaan nya yang merasa bersalah, namun terasa berat untuk meminta maaf pada Gadis di depannya. Bayangan akan masa lalunya kembali merasuki pikiran Sean.

GAIRAH SANG MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang