Maia dan Dee baru saja menyelesaikan tugas sekolah mereka di perpustakaan yang buka sampai jam sepuluh malam, keduanya melenguh nafas panjang terlalu lelah dan kembali ke asrama untuk menyantap makan malam.
“Baru kali ini kita ngerjain tugasnya lama banget.” Ujar Maia.
“Ya, sampai ketiduran, gapapa lah.” Gumam Dee membuat Maia terkekeh kecil.
Mereka pun memasuki lobi dan menyapa satpam yang sedang berjaga, saat hendak berbelok melewati lorong-lorong kamar mereka mendengar isak tangis membuat mereka saling pandang satu sama lain lalu menoleh ke arah seseorang yang sedang terduduk di sudut lantai sana.“Nadhira!?” sahut Dee meyakinkan bahwa itu benar punggungnya.
Dee dan Maia langsung menghampiri untuk memastikan apakah benar, mereka berdua jongkok dan menepuk pundak tersebut.“Kamu kenapa, nad!?” tanya Dee panik melihatku penuh dengan air mata.
“Hiks.. akuu, ituu..” jelasku sambil terisak-isak.
“Ngomong apa sih, nad?” tanya Maia mengernyitkan dahinya, ia menggaruk tengkuknya tak mengerti dengan apa yang aku katakan.“Kamu tenangin diri dulu, tarik nafas hembuskan.” Kata Dee dan aku pun mengikuti arahannya.
Lalu mereka berdua membantuku untuk berdiri sambil menggenggam erat tanganku yang mendingin. Tampak Dee kebingungan dan melihat sekeliling, sedang Maia hanya memperhatikan dan bertanya dengan isyarat mata.
“Sebaiknya kita jangan masuk dulu, jadi sorotan orang ramai jika melihat kamu seperti ini.” Terang Dee.“Iya, betul.” Ujar Maia.
Dee menggandeng tanganku berjalan ke arah luar meninggalkan asrama yang di susul dengan Maia. Perlahan aku berhenti menangis sambil mengusap sisa air mata yang menempel di pipi. Udara pada malam hari membuat aku sedikit lebih tenang sambil berjalan menyusuri taman-taman yang tersusun rapi di sekitar asrama.
“Ada apa?” tanya Dee penasaran melihat aku sudah mulai tenang.
Aku menghembuskan nafas sangat dalam, mengambil posisi duduk di bangku yang tersedia dan mereka pun duduk di sampingku. Sekuat hati aku mencoba membuka suara menjelaskan kejadiannya.
“Satria kabur dari rumah.” Kataku.
“Terus, apa yang membuat kamu menangis?” tanya Maia kebingungan.
“Orang tuanya menuduh bahwa akulah yang menyuruhnya untuk kabur.”
“Apa!? Padahal kalian udah lama kan gak berkomunikasi.” Ujar Dee terkejut seraya menatapku penuh haru.“Iya, makanya itu. Aku gak tau apa masalah di antara mereka sampai orang tuanya emosi pada ibuku.” Jelasku sambil menahan air mata untuk tidak menangis lagi.
“Parah sih!” gerutu Maia tak terima.
Sontak Dee teringat saat ia keluar dari perpustakaan ia melihat seorang ibu yang baru saja keluar dari lobi asrama dan segera masuk ke dalam mobilnya, terlihat buru-buru.“Bukannya itu ibu Nadhira, ya?”
“Ayo, kita balik ke asrama.” Sahut Maia menepuk Dee yang membuatnya terkejut, lalu mobil yang ia pandang tadi sudah melaju meninggalkan kawasan sekolah.
Dee menatapku dengan meraih kedua tanganku, seolah-olah dia ikut merasakan sakit hati yang aku derita. Aku menatapnya dengan penuh tanya, semoga saja tak lagi menyisakan air mata.“Jadi orang tua kamu datang untuk menanyakan tentang itu?” Tanya Dee penasaran.
“Iya, ibu juga menyuruhku untuk putus dengan Satria.” Jawabku sambil memejamkan mata dan menghela nafas panjang.
“Ya udah, putus aja! Cowok kayak begitu gak pantas di pertahankan.” Terang Maia yang terbawa emosi dengan ceritaku.Aku hanya terdiam dan memandang bintang yang bertebaran di langit, bulan malam ini terlihat begitu indah. Tak seperti dengan suasana hatiku. Namun, setidaknya hanya dengan memandang langit malam saja sudah membuat aku sedikit lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Here With(out) You
RomanceKisah ini bukan hanya menceritakan tentang percintaan yang rumit, tapi juga soal hubungan persahabatan yang rumit. Tentunya ini akan menjadi kisah yang unik dan menyenangkan bagi setiap karakter yang menjalani perannya. Apakah hubungan persahabatan...