Aisa termenung di atas kasurnya sambil sesekali melihat layar ponsel. Mulai merasakan penyesalan di dalam diri karena teman yang sangat dekat padanya menghindar disebabkan tingkah lakunya sendiri. Ia terdiam memikirkan cara bagaimana agar semuanya kembali seperti sedia kala.
“Awas ntar kesambet setan.” Bella menepuk pundak Aisa yang membuat jantungnya hampir turun ke lambung.
“Kaget aku loh!” seru Aisa.
“Ya, lagian menung terus mikirin apa hayoo!?” ejek Bella sambil menertawainya.
“Kepo.” ketus Aisa memutar bola matanya.
“Kepo apaan lagi sih.”
“Kepo itu kependekan dari Knowing Every Particular Objek.” Jelas Aisa.
“Gak pandai bahasa enggres.” Ujar Bella sambil menggaruk kepala senyum sumringah.
“Kamu punya kamus kan cari sendiri artinya!” Sergah Aisa mengamuk dengan candaan Bella.
“Sensitif banget, mba, lagi haid ya?” Bella semakin menjadi-jadi mengganggunya.
“Sekali lagi kamu ngomong aku pukul nih pake kursi!” mata Aisa sudah menyala-nyala dengan tangan satunya mengangkat kursi.
“Haha! Kabur!” Bella langsung lari terbirit-birit keluar dari dalam kamar.
Percayalah, tidak ada kekerasan apapun di antara mereka berdua itu hanya candaan belaka yang sudah biasa mereka lakukan. Aisa meraih ponsel melihat obrolan percakapannya dengan Nadhira. Ia mulai mengetik beberapa kalimat, sebelum ia mengirimnya ia berpikir berulang kali dan menghapus chat tersebut. Perasaan gengsi sudah memakan dirinya.
Dunia seakan berpihak pada Bella malam ini, suasana hatinya begitu senang dan keadaan sekitar benar-benar mendukungnya untuk bahagia. Salah satunya cuaca malam ini terlihat begitu cerah dengan cahaya bulan yang bertemankan bintang bertaburan di atas langit.
Kedekatannya dengan Erik membuat ia semakin di mabuk asmara, Bella benar-benar merasakan sesuatu hal yang belum pernah di rasakan sebelumnya, jatuh cinta. Erik seakan berhasil membuat hati Bella meleleh layaknya es yang mencair. Rasanya seperti ia segera terbang menggapai bulan di atas sana.
***
Keesokan harinya saat sedang belajar kelompok matematika Bella tampak begitu sabar dan tulus mengajari Erik yang sulit untuk paham beberapa materi. Mereka duduk begitu dekat dan tak sengaja saling bersentuhan tangan. Beberapa dari mereka yang melihatnya bersorak-sorai kegirangan.
“Ciee..” ejek Lyta membuat pipi Bella merah merona.
“Ada yang malu-malu tapi bukan kucing.” Ejek Ale membuat Erik sedikit menjauh dari Bella.
“Apaan sih, Le! Bisa diam gak!?” sergah Erik menahan rasa malunya.
“Pasti jantungnya lagi dugem, dag dig dug, aseeek!” kelakar Ale membuat Elva tertawa saat mendengarnya.
“Sudah, Ale, malu loh dia.” Ucap Elva sambil menahan tawanya.
Erik beranjak dari duduknya dan menatap Ale beberapa detik. Ia pindah posisi dan menjauh dari Bella. Ia tertegun menatap Erik yang seketika berdiri menjauhinya, Bella melirik Ale dengan tatapan sinis dan berbicara melalui mata.
“Ale! Kau sudah merusak momentum ku!”
Ale yang menyadari hal itu hanya bisa tertawa sepuasnya selagi Bu Vita sedang permisi menuju toilet. Kedekatan yang Bella rasakan hanya sepersekian detik itu masih bisa ia rasakan hingga membuat jantungnya berdegup kencang. Sentuhan tangan yang terjadi tanpa sengaja membuat Bella sulit menutupi senyum di wajahnya yang mulai merona, perutnya seakan di penuhi dengan kupu-kupu yang menggelitiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Here With(out) You
RomanceKisah ini bukan hanya menceritakan tentang percintaan yang rumit, tapi juga soal hubungan persahabatan yang rumit. Tentunya ini akan menjadi kisah yang unik dan menyenangkan bagi setiap karakter yang menjalani perannya. Apakah hubungan persahabatan...