EPISODE 7

22 2 1
                                    

Seusai membersihkan diri aku mengeringkan rambutku yang basah dengan handuk, lalu aku menyisirnya sambil menatap diriku di depan cermin. Aku tersenyum simpul, melihat betapa cantiknya diriku malam ini. Aku memoleskan wajahku dengan skincare yang biasa aku gunakan, aku menatap lama mataku apakah ini yang aku inginkan?

Aku masuk ke dalam lamunan hingga akhirnya terdengar dering telepon yang membuat buyar pikiranku. Aku mengalihkan pandangan dan melihat siapa seseorang yang sudah merusak lamunanku.

“Halo!?”

“Hai! Udah lama aku gak dengar suara kamu, aku kangen!” ucapnya seolah-olah aku seperti mengenali suaranya.

“Siapa ya!?” tanyaku memastikan.

“Ini aku, Satria! Kamu lupa sama suara aku?”

“Jelas aku lupa! Udah lama banget kamu menghilang dan sekarang nelpon aku dengan nomor baru!” ucapku meninggikan nada suara.

“Iya maaf, ponsel aku hilang jadi aku terpaksa ganti nomor baru.”

“Hm, ya udah!” ujarku masih kesal dengannya.

“Kamu gak kangen ya sama aku?” tanyanya sebab sejak dari tadi aku terus memarahinya.

“Pertanyaan bodoh macam apa itu!? Udah jelas aku kangen, aku nungguin notifikasi dari kamu terus tiap hari.” Ucapku penuh emosi.

“Maaf ya, salah aku kamu jadi marah begini.” Gumamnya membuat hatiku luluh mendengarnya.

Kami berbincang banyak meluahkan rasa rindu yang telah lama terpendam, tawanya membuatku lupa akan perasaanku yang sejak tadi membara. Suara yang sudah sangat lama ingin aku dengar kembali membuat aku enggan untuk membahas tentang apa yang terjadi padaku waktu itu.

Perasaannya dan kasih sayangnya padaku membuat aku mendayu-dayu di atas awan. Perasaan cinta sudah memenuhi diriku, aku begitu mabuk di buat olehnya. Obrolan ku dengannya bersambung dari malam ke malam selanjutnya, malam pertama, kedua, sampai pada minggu pertama, kedua dan ketiga berbagai macam tempat dan posisi tidur ketika aku asyik tertawa bersamanya.

Setelah melewati malam-malam yang panjang aku mulai merasa sudah tak seharusnya lagi aku melanjutkan ini. Aku kembali teringat dengan janjiku waktu itu, aku merasa tak tega jika harus mengakhirinya sekarang sedangkan ia baru saja kembali padaku setelah sekian lamanya.

“Kamu masih dekat dengan Satria?” tanya Dee menghampiriku yang sedang menatap langit malam melalui jendela kamar.

“Iya.” Kataku menoleh ke arahnya.

“Bukannya waktu itu kamu janji bakalan mutusin dia!?” ujarnya duduk di sampingku.

“Awalnya emang begitu, semenjak dia kembali dan sering menelpon membuat aku tidak tega bertanya tentang kejadian pada saat itu. Bahkan untuk memutuskan hubungan ini saja rasanya sulit.” Jelasku.

“Bahkan aku pura-pura berbohong pada ibu.” Kataku menatap matanya.

“Itu terserah padamu, kamu tau mana yang terbaik untuk dirimu. Aku cuma ingin mengingatkan.” Ucap Dee menggenggam tanganku dan beranjak pergi.

Setelah mendengar perkataan Dee membuat aku berkali-kali tersadar dan kejadian pada saat itu terputar lagi di pikiranku layaknya sebuah film. Perasaan sakit dan kecewa yang sudah lama aku biarkan muncul kembali membuat aku sedikit muak dengan Satria. Aku begitu tak mampu meluapkan emosi padanya aku begitu takut perkataan ku akan menyakitinya.

Tatapanku kosong menatap cerahnya langit malam, hatiku pilu pikiranku berisik layaknya suara kebisingan di kamar ini, merasa sepi di tengah keramaian. Saat aku hendak beranjak dari duduk ponselku berdering.

Here With(out) You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang