EPISODE 20

12 2 0
                                    

Dee menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan, ia memandangku cukup lama. Aku terus melanjutkan mengunyah jajanan yang aku makan, merasa bahwa aku masih di tatap aku langsung melirik ke arahnya.


"Kenapa!?" tanyaku sambil menaikkan kedua alisku.


"Udah lama?" tanyanya penasaran menatap serius wajahku.


"Lumayan, setelah beberapa dari acara perpisahan sekolah kemarin." Jawabku sambil mengambil jajanan yang lainnya.


"Ngeliatnya jangan kasihan gitu dong! Gwenchanayo!" raungku, Dee tertawa lepas melihatnya.


Hari mulai senja warna jingga mulai menghiasi langit yang akan berubah menjadi warna keunguan, angin menerpa lembut ke arah rambutku dedaunan bergoyang dengan perlahan. Kami semakin asyik bercerita sambil menikmati pemandangan sunset yang indah di lantai atas gedung asrama. Memanjakan mata menenangkan pikiran menjadi salah satu hal yang aku sukai ketika berada di rooftop bersama dengan seseorang yang menjadi pendengar dan penasihat ketika aku sedang berkeluh kesah.


"Yang mengakhiri hubungan siapa?" tanya Dee membuka suara setelah keheningan panjang.


"Aku."


"Alasannya?"


"Aku bilang sama dia kalau aku suka sama orang lain." kataku dengan mulut dipenuhi makanan ringan yang sedang aku kunyah.


"Hah? Serius!?" Dee menyemburkan minuman dari mulutnya terkejut mendengar alasanku yang terlalu jujur.


"Iya, serius! Aku emang lagi suka sama orang lain." Jelasku sambil meneguk soda yang tinggal sedikit dan melempar botolnya ke bawah.


"Woi! Sampah siapa ini?!" teriak seseorang dari arah bawah karena botol tersebut mengenai kepalanya.


Aku dan Dee tak kuasa menahan tawa karena takut ketahuan kami sedikit mundur dari sudut-sudut pembatas bangunan yang diberi pagar ini dan memelankan suara agar tak terdengar oleh korban yang sudah menjadi target sasaran ku.


"Kena ke siapa botolnya?" tanyaku sambil berbisik.


"Gak tau." Bisik Dee sambil menggelengkan kepalanya.


"Entah sejak kapan, intinya alasan aku putus itu karena aku menyukai Fahri kembali." kataku membuat suasana terasa mencekam.


"Lagian kamu juga udah janji kan gak pacaran lagi dengan Satria setelah kejadian waktu itu? Eh, kamu nya malah lanjut dan meninggalkan dia dalam keadaan seperti ini." terang Dee membuat aku tersadar akan kesalahanku.


"Aku juga gak bisa lagi mempertahankan hubungan itu kalau hati aku di orang lain, justru itu aku memberi alasan yang jujur sama dia." Ucapku merasa tak bersalah.


"Sebenarnya dia baik, tapi karena orang tuanya pernah menjelekkan kamu jadi kamu hilang respect sama dia, kan?" ujar Dee mencoba mengerti keadaanku.


"Ya begitulah!"


Bulan sudah menampakkan diri, satu persatu bintang mulai bersinar menghiasi langit yang tadinya jingga hingga kegelapan. Kami masih di posisi duduk semula berjam-jam cerita membuat kami sampai lupa waktu.


Makanan dan minuman yang dibeli mulai habis namun cerita tak kunjung selesai bila di omongkan. Banyak hal yang ingin aku katakan betapa bergeloranya hatiku ketika membicarakan atau mendengar nama Fahri.


"Jadi gimana perkembangan kalian berdua?" tanya Dee ingin tahu.


"Semenjak aku sering berkomunikasi sama dia melalui telepon dia jadi lebih sering memandangku ketika menulis di kelas." Jawabku tersipu malu.

Here With(out) You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang