EPISODE 1

72 5 1
                                    

3 Tahun yang lalu...

Tepat pada pukul tujuh pagi lewat lima belas menit suara bel berbunyi. Ini adalah sekolah elite di mana semua siswa diharuskan tinggal di asrama yang di khususkan. Asrama yang bersusun rapi dengan tingkatan yang menjulang tinggi, sama dengannya gedung di sekolah ini. Begitu harum dan bersih siswa dan siswi bersiap mengenakan pakaian sekolah yang di jadwalkan pada hari ini. Hitungan mundur mulai terdengar keras melalui pengeras suara, semua siswa berlarian termasuk aku.

“Nadhira, buruan! Kita bisa terlambat.”

Nadhira, itulah namaku. Kembali lagi di sekolah ini adalah suatu hal yang menyenangkan bagiku karena teman sekelas ku juga masih melanjutkan di sekolah yang sama. Aku secepat mungkin berlari hingga sampai di hitungan terakhir. Lingkungan sekolah ini cukup luas lingkupnya terdiri dari Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan. Suara yang ramai mendadak hening ketika guru memberikan arahan di pagi yang cerah ini.

Selang beberapa menit memberi arahan tentang peraturan di sekolah ini, barisan pun dibubarkan lalu semua siswa dan siswi memasuki kelas masing-masing. Ini adalah suasana dan sekolah yang berbeda bagi murid baru menginjak kaki di sekolah ini. Sedangkan aku dan juga teman-temanku ini adalah hal biasa karena kami masih di sekolah yang sama.

Aku dan yang lainnya sibuk mencari bangku untuk kami duduki. Suasana kelas cukup riuh sebab ini hari pertama menjadi siswa SMA. Semuanya sudah menempati meja masing-masing, sembari menunggu siapa yang akan menjadi wali kelas kami. Beberapa siswa menatap ke arah luar pintu, ketika mendengar langkah kaki semuanya bertepuk tangan bersorak ria karena yang akan menjadi wali kelas kami adalah Bu Vita, guru yang dikenal baik dan kepada murid-muridnya.

“Selamat pagi, semuanya!”

“Selamat pagi, Bu!” sorak kami beramai-ramai.

“Oke, langsung kita mulai saja, ya!” ucap Bu Vita spontan langsung ke inti pembahasan.

Kini saatnya pemilihan suara siapa yang akan menjadi ketua dan wakil kelas. Namun, sebelum pemilihan murid baru di minta untuk memperkenalkan diri mereka kepada kami semua juga termasuk Bu Vita sendiri. Tampak beberapa siswi saling berbisik satu sama lain di saat beberapa dari mereka selesai memperkenalkan diri, lalu mulailah beberapa suara menyarankan orang-orang yang pantas untuk dipilih sebagai ketua. Sebelum pemungutan suara berlangsung Bu Vita lebih dulu menanyakan siapa yang pantas di jadikan sekretaris.

“Siapa di sini tulisan tangannya bagus?”

“Nadhira, Bu!” tunjuk temanku dan semua mata mengarah padaku. Ini adalah hal yang memalukan bagiku, karena saat SMP kelasnya di khususkan tidak bercampur aduk dengan siswa laki-laki.

“Kenapa harus aku?” bisikku sambil menundukkan kepala.

“Kemarin pas kelas 9 kamu juga yang jadi sekretarisnya, yang lain mana ada yang mau.” jelas Dee.

“Oke, sekretarisnya sudah terpilih sekarang giliran ketua dan wakil kelasnya.” terang Bu Vita langsung menyetujui tanpa menghiraukan kegaduhan ku.

Aku hanya bisa pasrah mengiyakan perkataan Bu Vita dan juga yang lainnya, para siswa kelihatan tidak percaya bahwa tulisanku sebagus itu dan jika diakui memang sebenarnya tidak. Sekarang waktunya memberi voting kepada peserta yang sudah di pilih sebagai ketua kelas, suara terbanyak dialah yang akan menjadi ketuanya dan suara yang berada di posisi kedua dialah yang menjadi wakilnya. Pemilihan sudah selesai dan yang menjadi ketua saat ini ia cukup populer dan namanya terdengar dimana-mana, Anggi dialah orangnya. 

Struktur organisasi kelas sudah terisi hingga daftar piket sudah terbagi rata. Esok adalah hati rabu bertepatan dengan jadwal piket kelas yang sudah dituliskan anggotanya terdiri dari Aisa, Khal, Erik dan juga aku. Erik menjadi perbincangan siswi di kelas ini sebab dia adalah siswa baru dan perawakan cukup menarik perhatian.

Here With(out) You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang