Pupus

357 15 10
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM BACA BEBERAPA PART AKAN DI PRIVATE!!!!

Suara dering alarm di pagi hari membangunkan tidur lelap Yesha, gadis dengan piyama putih itu menggeliat pelan, tangannya cepat-cepat meraih handphone di sebelahnya.

Panggilan telah berakhir, jam menunjukkan pukul 05.00 pagi.

"Loh udah di matiin?" gumam gadis itu, tak mau ambil pusing ia segera turun dari ranjang guna menunaikan sholat subuh.

Sekitar lima belas menitan kemudian, Yesha keluar dari ruang beribadah dan menuruni tangga menuju dapur.

Pagi-pagi gini enaknya ngopi sambil menikmati pemandangan taman belakang rumah.

Cewek yang masih menggunakan piyama langsungan diatas lutut itu fokus membuat kopi cappucino dan menyiapkan beberapa cemilan guna menemani paginya.

Setelah selesai membuat kopi, Yesha berjalan ke belakang rumah, duduk di pinggiran kolam dengan kaki yang menjuntai ke bawah membiarkan kaki putihnya basah.

Gadis itu menarik napas dalam, menikmati udara sejuk di pagi hari ditemani secangkir kopi hangat serta biskuit gandum, membuat awal mood yang baik.

"Kok Kaitsar belum aktif-aktif ya..." gumam Yesha melihat jejeran pesan WhatsApp yang dikirimnya masih menunjukkan centang abu satu.

Menit bahkan jam berlalu, matahari pun sudah mulai bersinar terang.
Karena merasa bosan, Yesha pun bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan taman belakang rumah.

Gadis itu nampak berjalan mendekati televisi, dan menyetelnya agar rumah tak terasa sepi juga untuk menemani kesunyiannya. Saat hendak menuju dapur guna mencuci piring, bell rumah berbunyi, Yesha segera berjalan menuju sumber suara dan membuka pintu bercat putih tersebut.

Ceklek!

"Loh? kalian semua ngapain disini?"

"Eh masuk dulu Yesha buatin minum."

Yesha sedikit terkejut kala mendapati Mama, Papa, serta kedua mertuanya yang tiba-tiba saja datang ke rumahnya.

Ke empat orang itu tersenyum dan langsung memasuki rumah besar tersebut, entah apa maksud mereka semua datang ke rumahnya pagi-pagi sekali yang terpenting sekarang gadis itu merasa senang ada yang menemani.

Setelah selesai berganti pakaian yang lebih sopan, serta membuat minuman  juga membawa beberapa snack, Yesha berjalan dari arah dapur menuju ruang tamu dengan nampan di tangannya.

"Pasti kesini, pada mau nemenin Yesha yaa.." ucap gadis itu tersenyum ke arah ke empat orang tersebut seraya meletakkan satu-persatu gelas berisi teh hangat tersebut ke hadapan Mama, Papa serta kedua mertuanya.

"Sa..."

"Ya, sekarang beralih ke berita selanjutnya pemirsa... sebuah kapal dengan tujuan Jakarta-Bali dinyatakan karam, kejadian terjadi tadi malam serta menewaskan puluhan mahasiswa yang di ketahui akan melaksanakan KKN, sedangkan sisanya masih dalam pencarian tim SAR."

Prang!

Berita mengejutkan barusan membuat jantung Yesha berhenti sesaat, gelas kaca yang ia pegang perlahan merosot dari tangannya tubuh gadis itu bergetar dengan air mata yang mulai bercucuran.

Mama, Papa, Abi, serta Umi dengan sigap membawa Yesha ke atas sofa.
Gadis itu menangis histeris menyangkal bahwa itu pasti palsu.

"NGGAK MA INI GA MUNGKIN!!"

"Tadi malem aja Yesha masih teleponan sama Kaitsar Ma!!!" jelas gadis itu menatap pada sang Mama berusaha memberi tahu bahwa berita itu palsu.

"Udah, kamu yang tenang sekarang kita menuju tempat kejadian untuk memastikan keberadaan Kaitsar ya." ucap Mama mengelus lembut punggung Yesha yang bergetar hebat.

"ENGGAK!! YESHA BAKAL BUKTIIN." teriak gadis itu membuka handphone miliknya dan segera mencari kontak sang suami lantas menelponnya.

Tak ada tanda-tanda Kaitsar akan mengangkat teleponnya, gadis itu lagi-lagi memencet tombol hijau berkali-kali masih dengan air mata yang mengucur deras seraya sesenggukan.

"Yesha... hei udah Kaitsar nggak bakalan angkat telephon kamu." tutur sang Mama merebut paksa Handphone Yesha, gadis itu menatap Mamanya dengan mata memerah.

"ITU PALSU!" jerit Yesha menunjuk ke arah televisi, dadanya kali ini terasa sakit dengan kepala yang mulai berat perlahan pandangannya buram dan detik itu juga ia pingsan.

••••

Gadis dengan baju army itu mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk melalui indra penglihatannya.

Ia memperhatikan sekeliling, disana sudah terdapat orang tua serta kedua mertuanya. Dengan perlahan bangkit  di bantu sang Mama, Yesha bersender pada ranjang.

Kedua mata gadis itu masih bengkak, teringat akan berita tadi, sontak dirinya merasa sakit di bagian dada.

Perlahan Umi berjalan mendekat serta duduk di samping Yesha, ia mengelus lembut pipi gadis itu, membersihkan jejak air mata yang enggan hilang dari sana.

"Yesha udah tenang?" tanya Umi lantas dibalas anggukan dari sang empu.

"Dengerin Umi bicara, sekarang kita ke tempat kejadian buat mastiin keadaan Kaitsar mau?" lagi-lagi gadis itu hanya mengangguk, namun itu justru membuat semua orang yang berada di sana bernapas lega.

Yesha dituntun untuk turun dari atas ranjang, berjalan keluar rumah serta memasuki mobil kedua orangtuanya.
Tak berselang lama, mobil mereka mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, mereka akhirnya sampai di suatu pelabuhan sebagai tempat untuk menyelamatkan para korban yang tak lain adalah mahasiswa UGB.

Disana sudah terdapat banyak tim SAR serta para tenaga medis, mereka sibuk menolong para korban. Memang benar, banyak korban tergeletak di pinggiran pantai bahkan ada yang sudah tak bernyawa.

Melihat hal itu Yesha semakin histeris, ia dengan segera berlari menuju tempat tersebut, menanyai semua tim SAR serta para perawat yang ada disana.

"Pak lihat orang yang kayak di foto ini nggak?!"

"Jawab mbak, pasti kalian udah nyelamatin dia kan?!"

"MAS LIHAT FOTO INI BAIK-BAIK UDAH KALIAN TEMUKAN KAN?"

Air mata Yesha semakin deras mengalir tatkala tidak ada seorang pun yang tahu dimana keberadaan Kaitsar, dengan segera Mama serta Papa Yesha pun menarik gadis itu kedalam pelukan mereka, mengelus punggung yang bergetar hebat itu berusaha menenangkan putri semata wayangnya.

Abi dan Umi pun, berusaha mencari dimana keberadaan Kaitsar, dengan melihat papan informasi korban yang telah di temukan di sana.

Namun hasilnya nihil, tak ada nama Kaitsar dalam daftar tersebut.
Wanita paruh baya itu tampak hampir menumpahkan air matanya, seorang putra yang ia jaga dan didik dengan sungguh-sungguh bernasib se tragis ini.

Mereka semua menangis di sana, rintihan serta teriakan keras terdengar melihat putra-putri mereka gugur dalam menempuh pendidikan.

Deburan ombak pun seakan menertawakan nasib orang-orang yang sedang dalam bela sungkawa tersebut.

Yesha semakin lemas, tubuhnya seakan kosong, ini tidak nyata!
Hey, Kaitsar masih hidup ia yakin!










To be continued....

Bagaimana kawan-kawan?!
Part kali ini cukup sedih bukan?

Vote, komen and share!!!

KAITSAR ELGAMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang