Kiki pulang dengan langkah gontai. Raut wajahnya menunjukkan ekspresi kecewa. Hari ini dia berhasil bertemu dengan Zayn walau hanya sebentar. Dia bersyukur.
Kiki membuka pintu. Eliz menyambut kedatangan Kiki.
"Kaka kau sudah pulang ?" tanya Eliz yang sedari tadi menunggunya pulang
"Iya. Kau sudah makan ?" tanya Kiki
"Iya. Kau nampak sangat lelah. Istirahatlah. Hari juga mulai malam."
Kiki hanya memanggut kecil dan masuk ke kamarnya. Seperti yang ia biasa lakukan setiap kali merasa lelah atau rindu dengan Zayn. Kiki selalu menempelkan plester penghilang demam di dahinya.
"Kau sakit ?" tanya Eliz yang tiba-tiba muncul dari balik pintu
"Tidak."
"Lalu kenapa menempelkan plester di dahimu?"
"Cerewet." jawab Kiki ketus
Tanpa permisi Eliz langsung mencabut paksa plester yang masih menempel kuat di dahi Kiki. Spontan Kiki langsung menjerit kesakitan.
"are you trying to kill me, Liz?" Protes Kiki yang langsung loncat dari tempat tidurnya
"Tidak bagus. Menempelkan Plester penghilang demam jika kau tidak demam."
"I Dont Care." kata Kiki sambil menempelkan plester yang baru
"Terserah kalau tidak percaya. Aku mau tidur." ucap Eliz sesaat sebelum menghilang dari balik pintu.
Eliz terdiam di kamarnya. Ia sangat mengerti semua yang dilakukan Kiki semata-mata karena merindukan Zayn. Eliz paham benar penderitaan yang dialami Kiki semenjak bercerai dengan Zayn. Kiki jadi sering sakit dan keluar masuk rumah sakit. Beruntung setelah 1tahun berlalu Kiki jadi lebih sehat sekarang.
10 bulan kemudian.
Kiki sedang duduk di salah satu meja di Caffe yang baru beberapa hari ini ia resmikan. Ia duduk sambil menggendong bayi laki-laki dan mengobrol dengan Dane.
"sudah 4hari sejak caffe ini diresmikan. Pengunjungnya bagaimana ?" tanya Dane sambil menyeruput kopi yang baru saja ia pesan.
"Lumayan ramai. Sepertinya karena ada James. Dia seperti jimat."
"Baguslah. Aku tidak mau rugi." ucap Dane. Dane meminjamkan beberapa uang untuk berdirinya Caffe yang dibuat Kiki ini. Padahal Kiki sama sekali tidak meminta untuk meminjaminya uang. Namun Dane bilang ini semua untuk investasi. Selain dari uang Dane, berdirinya Caffe ini semuanya menggunakan uang dari hasil pekerjaan Kiki sebagai pilot.
"Ini, tolong gendong dia dulu aku ingin ke toilet." Kata Kiki sambil menyerahkan James kepada Dane
Dane menggendong James dan mengajaknya mengobrol. "Ayoo panggil Daddy.... Da...ddy."
"Aaa... kau kenapa diam saja ?"
Sepertinya Dane terlalu cepat menyuruh James untuk belajar berbicara. James yang masih berusia 3bulan tentu hanya diam sambil menggigiti jempolnya. James menangis sepertinya dia lapar sudah siang dan dia belum makan apapun.
"Aaaa.... jangan menangis. Ibu sebentar lagi pulang ya. Dia keluar sebentar sepertinya akan ada urusan." kata Dane menenangkan
Dane bingung bagaimana caranya untuk mendiamkan James. Usaha yang Dane lakukan berakhir sia-sia. Bukannya diam James malah menangis semakin keras.
Kiki yang baru keluar dari toilet langsung berlari ke arah meja Dane karena melihat James menangis.
Kiki meraih James dari gendongan Dane.
"Kau ini. Menjaga James sebentar saja tidak becus. Bagaimana kalau kau punya anak nanti" kata Kiki sinis
"Kau kan tahu aku ini tidak suka anak kecil." jawabnya Ketus
"Kau kenapa sayang ? Kau lapar ya ? tunggu yah Ibumu akan segera pulang." kata Kiki sambil menggendong James yang masih menangis
Tak lama Rosa datang bersama dengan Niall.
"Maaf ya aku datang terlambat. Rosa sibuk dengan perhiasannya di toko yang baru buka di seberang sana." ucap Niall dengan nada menyindir
Ucapan Niall tadi di protes keras oleh Rosa dengan cubitan keras yang mendarat di pipi Niall. Niall meringis kesakitan.
"Sini biar ku gendong."
Kiki memberikan James ke Rosa.
"Sepertinya dia lapar. Cepat beri makan dia."
"Kau benar. Ini seharusnya sudah waktu makan siangnya. Kau lapar sayang ?" tanya Rosa pada James
"Oh come on Honey. James masih 3bulan dia belum bisa menjawab pertanyaanmu."
"Apa? 3bulan ?" Dane berteriak
"Iya. Memang ada yang salah pada James-ku ?" tanya Niall
"Pantas saja. Tadi aku mengajarinya bicara namun dia hanya diam saja." ucap Dane sambil menggaruk Kepalanya yang sama sekali tidak gatal
"Kau ini bodoh." celetuk Niall
Lalu Niall&Rosa meninggalkan mereka berdua di Caffe.
"Kau ingatkan janji kita nanti malam ?" tanya Dane
"Jam 8malem di tempat biasa." jawab Kiki lancar
"Aku akan menjemputmu ya. Aku pergi dulu."
"Iya."
Kiki menatap kepergian Dane. Kiki sudah lumayan bisa menerima Dane di hatinya sekarang. Tapi Kiki belum mau mengakui dirinya sendiri menyayangi Dane. Kiki hanya belum ikhlas melupakan Zayn. Masih berat untuknya walau ini sudah 1tahun lebih sejak percerainnya.
To be continued
Maaf ya, yang part ini dikitnya pake banget. Soalnya tinggal 2part lagi mau udahan ceritanya. Jadi biar gak jadi 1part langsung ending jadi 1part itu di pecah jadi 3part hehe :)
Terus dukung TEAM kamu #Daki atau #Jaka-Zaki :)
KAMU SEDANG MEMBACA
London and Jakarta is in Love (Completed)
FanfictionFanFiction ini bercerita tentang Seorang Gadis muda yang kaya namun karena masalah hutang piutang jadi harus di jodohkan dengan seorang Superstar dari Inggris. Mereka yang awalnya saling tidak suka untuk dijodohkan akhirnya saling memiliki perasaan...