10

138 13 4
                                    

Satu satunya jalan adalah hasil visum tata, detektif seunhwa memijat pelipisnya dan menenggak segelas alcohol.

Dia memandangi semua foto foto barang bukti yang menyudutkan jeonggu.

dia mengangkat telfonnya yang berdering.

"iya pak selamat malam"

"tersangka sudah ditetapkan menjadi pelaku, sidang akan segera dilakukan, hentikan penyelidikan" detektif seunhwa terkejut bukan main

"tapi pak, bukti itu belum cukup, hasil visum belum keluar pak, tidak bisakah kita menunggu sebentar lagi?"

"ikuti saja perintah atasan, jangan bertindak melampaui batas"

sambungan telfon itu terputus dari pihak sana, detektif memukul meja Karna merasa kesal dengan ini semua.

ini tidak benar, dia merasa ada yang janggal di kasus ini.

"joonseo.. siapa sebenarnya orang ini"

"relasinya begitu besar hingga dapat mempercepat persidangan" gumamnya sambil menatap foto joonseo

..

Sudah dua Minggu berlalu dan jeonggu masih belum siuman, detektif terus memantaunya tanpa lengah, dia bahkan tidak memberikan kasus ini kepada bawahan bawahannya.

"jeonggu.. kapan kau akan siuman"

"benar benar membuatku pusing, kau tahu berapa botol alcohol yang telah ku habiskan Karna kasus ini?"

"tiga"

"hampir benar, eh-?"

"kau berbicara?"

Jeonggu membuka matanya.

"sudah tiga hari yang lalu"

Detektif geram pada pemuda satu ini, setidaknya dia memberitahu kalau sudah sadar, detektif seunhwa bahkan menggunakan uang pribadinya untuk pengobatan jeonggu.

"apa yang terjadi hingga menyebabkan seorang detektif mabuk?"

"persidangan mu dipercepat"

"aku tau, maka dari itu aku berpura pura pingsan"

"kau tau? siapa yang memberitahumu?"

"aku mendengar dari seseorang yang datang"

"aku juga mendengar pengakuanmu" suasananya tiba tiba menjadi canggung

"Bagaimana hyung ku? dia baik baik saja kan?" Detektif seunhwa mengangguk

"dia banyak menangis, tapi aku yakin dia baik baik saja" jeonggu terkekeh melihat ekspresi canggung detektif seunhwa

"aku izinkan, tapi jika kau berani menyakiti hyung ku, akan ku buat nasibmu sama dengan joonseo" ancam jeonggu

"hei umurmu jauh dibawah ku dan kamu berani mengancam ku?" Cibir detektif seunhwa

"umur tidak berlaku di era sekarang"

"kau!"

"detektif?" seorang rekannya tiba tiba datang dan jeonggu refleks memejamkan matanya kembali

"sedang berbicara dengan siapa?"

"ah, aku sedang mengajaknya berbicara, aku baca di internet mengajak ngobrol seseorang yang koma akan mempercepat siuman nya"

"dia benar benar belum ada tanda tanda sadar?" Detektif seunhwa menggeleng

"tapi dokter bilang semua organnya sudah normal termasuk tekanan darah, nadi, dan pernapasannya"

"aku curgia dia-"

"jangan disentuh! dokter bilang itu area fatal, jangan disentuh" detektif menghentikan rekannya yang ingin menggelitiki telapak kaki jeonggu

rekan detektif seunhwa melihat kearah jeonggu.

detektif menahan nafas sangking gugupnya beruntung mereka keluar dari ruangan jeonggu.

detektif seunhwa melihat jeonggu yang meringis kesakitan sambil memegangi dadanya.

"ada apa? biar ku panggilkan dokter"

"jangan, jangan. Kita harus segera melakukan sidang, kapan hasil visum tata keluar?"

detektif baru teringat, dia langsung bergegas ke rumah sakit yang melakukan visum pada tata dan jeonggu dengan tenangnya kembali berakting untuk tidak sadarkan diri.

..

"benar, di kepala pasien terdapat bekas benturan dan di beberapa bagian vitalnya tampak sedikit membengkak, hal ini bisa disebabkan karna trauma dan paksaan dari sesuatu untuk masuk" jelas dokter

"baik dokter, terimakasih" detektif memegang kertas itu dengan erat sedikit rasa kesal disalurkan ke genggamannya pada kertas itu

dia membuka pintu kantornya dengan gegabah dan langsung menemui atasannya 

"pak! saya dapat visumnya, disini menunjukkan benar adanya tindakan pelecehan" ucapnya sambil mengatur nafas 

atasannya itu hanya menatap nanar kertas yang dibawakan oleh detektif 

"persidangan akan dilakukan besok, jika pelaku masih belum sadar maka hukuman akan dijatuhkan seumur hidup" 

bagaikan petir di dalam ruangan, ia terbelalak mendengar tutur kata dari atasannya, tenggorokannya tercekat. 

"tapi pak, korban harus mendapatkan keadilan" 

"siapa yang peduli itu di zaman sekarang?" 

"simpan kertas itu dan jangan sampai publik tau"

.. 

tata sedari tadi memegangi dadanya yang terasa sesak tiba tiba, bahkan air matanya pun keluar karna rasa itu. 

"jeonggu.." 

YOUR EYES TELL EVERYTHING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang