PAGI HARINYA
jeonggu bangun dari tidurnya, kepalanya terasa sangat berat.
"bagaimana aku bisa pulang?" Dia mengingat kejadian semalam.
"seunhwa yang membawaku?" ucapnya menerka nerka
jeonggu menata kembali dan membersihkan bingkai foto tata dan mereka berdua, lalu tersenyum.
jeonggu terkejut saat membuka pintu.
"bisakah kamu mengetuk pintu, kecil?" anak itu tersenyum memperlihatkan giginya
dia hanmin, anak berusia 8 tahun yang juga mengalami sakit mental seperti tata dulu, dia sudah ditempatkan di penampungan, namun ada kalanya dia kabur seperti ini.
"hyung, hyung, main! ingin main!"
"main apa? sekarang kamu harusnya ada dirumah, hanmin" hanmin menggeleng
"ingin main! dirumah, tidak seru!"
"maaf hanmin, aku sibuk sekarang" hanmin menurunkan pandangannya dengan ekspresi sedih
"bohong, ayo kita main!" hanmin kembali tertawa saat tiba tiba jeonggu menggendongnya.
"pesawat! pesawat!" seru hanmin
jeonggu mengangkat tubuh hanmin lebih tinggi dan berlari. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang memerhatikan mereka dengan senyuman teduh.
"dia tidak terlihat seperti yang seunhwa bilang"
tata mengikuti mereka hingga sampai di taman.
"hanmin!!" hanmin menoleh dan tersenyum saat melihat teman temannya melambaikan tangan ke dirinya, jeonggu menurunkan hanmin dari gendongannya
"15 menit, lalu kita akan kembali, dengar Choi hanmin?" ucapnya sedikit berteriak karna hanmin menjauh sambil berlari
hanmin menoleh dan mengangguk.
jeonggu ingin duduk di kursi taman, namun lagi dan lagi rasa sakit di dadanya menyerang, makin hari makin sering Jeonggu merasakan ini, rasanya sangat sakit sampai Jeonggu berlutut, dengan tangan yang gemetar dia meraih botol yang berisi obatnya, dia mengumpat saat dia menjatuhkan botol itu.
jeonggu melihat ada tangan yang menyodorkan botol obat itu, dia mengambilnya dan buru buru menelan 3 butir pil.
dia memejamkan matanya untuk menunggu rasa sakitnya mereda, dia menghela nafasnya saat rasa sakit itu perlahan menghilang.
"terimakasih" ucap jeonggu, dia terdiam saat melihat siapa yang sudah menolongnya
dia melihat tata dengan wajah yang khawatir, dia langsung bangun dan hendak pergi.
"aku sudah ingat semuanya" jantungnya terasa berhenti mendengar itu
"jeonggu..."
"siapa jeonggu?" dia berbalik menghampiri tata
"aku bukan Jeonggu kau salah orang, terimakasih telah membantu, aku pergi"
"sampai kapan? tidakkah kamu senang bertemu denganku Jeonggu?"
"kenapa? apa yang kalian berdua lakukan kepadaku?" tanya tata sambil mendekat ke Jeonggu yang terdiam di tempat
"kenapa menjauh Jeonggu?"
"aku ingin kita kembali.."
"aku juga dengar tentang DNA itu.. jadi kamu melakukan ini semua atas dasar persaudaraan atau cinta?" kali ini dia berani untuk melihat wajah seseorang yang dia amat sangat rindukan.