2

21.7K 730 6
                                    

Aku tak menjawab dan berjalan mengikuti guru jelek itu. Akan kubalas.

Aku mengikuti guru baru itu hingga berhenti disebuah ruangan. Seingatku ruangan itu ruangan yang dulunya ditutup dan tidak pernah dipakai. Tapi sekarang ruangan itu menjadi lebih bagus dan bersih.

"Terpana melihat ruangan saya?" , kata Mr. Taylor. "Ya terpana. Ruangan jelek ini semakin terlihat jelek. " , jawabku santai.

Aku segera masuk ke ruangan itu dan segera melatakkan buku yang banyak ini diatas meja. Tanganku sakit.

Aku segera pergi dan memegang pergelangan tanganku yang masih terasa pegal. "Siapa yang suruh keluar?". Guru ini. Tidak bisakah dia membuatku bernafas.

"Tangan saya sakit Sir. Jadi saya mohon jangan beri saya tugas." , kataku. "Saya tidak mau tahu", astaga guru ini egois sekali.

Tanpa peduli aku segera pergi tapi guru ini secepat kilat ia memegang tanganku. "KAMU TIDAK DENGAR APA YANG SAYA UCAPKAN?", kata Mr. Taylor dengan marah. Salah. Sangat marah.

Aku yang melihatnya seperti itu terkejut. Mataku tak dapat berkedip. Aku dapat melihat matanya yang tidak terlalu lebar. Dan wajah tampannya. Astaga! Apa yang aku pikirkan. Sadar Emily. Sadar.

"CEPAT, Kerjakan tugas ini!" , aku melihat tumpukan kertas yang ditunjuk oleh guru jelek itu. "Engga!", bentakku.

"Kamu..... " , "Sir... aku adalah donatur terbesar di sekolah ini! Gajimu aku yang bayar... Jangan berani memerintahku. Guru lain tidak ada yang sepertimu.", kataku memotong perkataanya.

Aku dapat melihat wajahnya yang penuh amarah. "Tidak ada donatur lagi disekolah ini. Saya pemilik sekolah ini sekarang.", katanya.

Apa?! Dia membeli sekolah ini? Yang benar saja. Akhirnya aku lari dan membanting pintu ruang kerjanya. Dia memanggil namaku tapi aku tak menoleh sedikit pun. Dasar guru jelek.!

*pulang sekolah

Aku segera menemui mama yang mungkin ada di ruang kerjanya. "Mom!" kataku membuka pintu ruangan mama.

"Ada apa sayang? Kau membuat mama kaget. Sini sini." , kata mamaku sangat lembut. Aku segera memeluknya. "Apa benar mama dan papa bukan donatur lagi disekolahku?", tanyaku.

"Iya sayang, mama diberitahu bahwa ada seorang pemuda yang membeli sekolah itu. Memangnya kenapa?".

Ternyata benar guru jelek itu engga bohong. Tapi bagaimana ini. Sikapku terlanjur buruk pada semua guru.

Apa aku harus jadi murid yang baik? "Sayang? Kenapa memangnya?", perkataan mama membuatku terkejut. "Maaf Ma... Engga apa-apa hanya saja, ....." , "Hanya apa? Pokoknya sekarang kamu harus baik pada semua guru. Kamu bukan lagi penguasa di sekolah. Jadi kamu harus jadi murid yang baik".

"Iya ma...", jawabku lirih. "Sekarang kamu mandi ya... Pakai dress yang mama belikan kemarin. Nanti kita makan malam diluar bersama sahabat mama dan papa. Dandan yang cantik ya.".

Pasti ini acara perjodohan konyol. "Acara perjodohan?" , tanyaku. "Engga... ini makan malam biasa.", jelas mama. Aku hanya mengangguk dan segera bergegas menuju kamarku.

Setelah di kamar aku meloncat ke kasur. Setelah itu aku bergegas mandi. Dan setelah itu memakai dress pink selutut, memoles wajahku dengan makeup natural.

Bingung?! Aku sebenarnya engga cocok sifat dengan style fashionku. Yapp... Sifat brutal tapi bajunya girly banget. Ya itu aku.

Aku segera menemui orang tuaku. "Anak papa cantik banget", puji papaku. "Baru tau? Anaknya siapa dulu?", mamaku yang menjawab.

Aku hanya tertawa melihat papa dan mama yang layaknya seperti anak kecil. Ya mereka sangat romantis. Mereka membuatku percaya bahwa cinta itu benar ada.

Aku mengikuti papa dan mama dari belakang dan masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil aku bercerita banyak tentang teman sekelas. Papa yang bercerita tentang teman di kantornya. Dan mama berbicara tentang kelompok arisannya.

Di dalam mobil kami tak pernah sepi. Pasti penuh tawa. Kehangatan keluarga ya membuatku lebih betah dirumah. Walaupun kalau papa mama tugas di luar kota aku akan peri ke club malam untuk menemani Jane.

Tapi jujur. Senakal nakalnya aku tak akan melakukan hal-hal bodoh. Walau aku nakal aku ingin membanggakan mereka.

Kami akhirnya sampai di sebuah restoran. Sepertinya restoran Jepang. Aku turun dari mobil dan mama menggandeng tanganku.

Akhirnya ketika sampai di dalam restoran , teman mama sudah memberi kode untuk duduk di tempatnya.

Mama pun berjalan menuju tempat itu. Ya ketika teman lama bertemu. Apa yang dilakukan ibu-ibu? Yapp cipika cipiki.

"Ini anakmu?",tanya tante itu. "Iya... perkenalkan dirimu sayang", kata mama. "Emily Walker. Senang bertemu denganmu", kataku sambil tersenyum lebar.

"Wah cantik sekali ya... Mirip kamu sewaktu kamu muda dulu.", kata tante itu. Mama hanya tertawa.

"Maaf ya... anakku agak telat dia sedang mengurus sekolah baru yang dia beli. Aku heran dengan anakku. Dia tak mau mengikuti jejaknya papanya, pemilik perusahaan emas. Malah lebih tertarik dengan sekolahan", jelas tante itu panjang lebar.

"Ya tidak apa-apa...", jawab mama. Aku mama dan papa akhirnya duduk. Dan kami mulai makan. Para orang tua saling berbincang-bincang.

Sedangkan aku?! Rasa bosan melanda. Aku melihat tante Emma. Ya namanya Emma. Yang mengangkat tangannya.

"Maaf aku terlambat." , suara berat seorang lelaki. Pasti anaknya tante Emma. Dari suaranya keren tapi, spertinya aku pernah dengan suara ini.

Aku menoleh dan sangat amat ( sudah sangat amat lagi :D ) terkejut. Guru jelek itu ngapain disini?!

------------------------------

Hiii......
Karena sudah libur jadi aku bakal sering-sering update.

Ini cerita ketigaku. Maaf ya kalau kurang bagus.

Jangan lupa vote + comment ... ^^

xoxo♡

My Teacher = My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang