8

14K 472 4
                                    

Typo lagi berterbangan ya.... :D hihiihih

Happy Reading♥
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

( Emily POV )
Menyebalkan Elden! Mengganggu acara kencanku dengan Taylor. Eh?! Kencan? Apakah ini kencan? Kulirik Taylor yang masih setia disampingku. "Apa?", tanyanya lembut. Sangat lembut.

"Hmm.. tidak. Hanya saja. Hmm... itu...", bodoh! Mengapa aku gugup itu bertanya? "Apa? Bicara yang jelas Emel.",tanyanya sekali lagi.

"Itu... apakah kita kencan hari ini?", tanyaku. "Ha? Apa?! Aku tak kedengaraan", apa! Taylor ga dengar. Duh orang ini. Aku segera menjewer telinga kanannya. "Aduhh!", kata Taylor kesakita. "Lupakan!", kataku kesal.

"Kau mau makan ice cream?", tanya Taylor yang langsung membuat seluruh kesalku hilang entah kemana. "Mauuuuuu, aku maaauuuu cepat cepat", kataku sambil menarik - narik tangannya.

"Iya ya... santai", kata Taylor yang terdengar seperti tertawa. Yaa.. aku tau memang aku terlihat seperti anak kecil yang menangis dan dihadiahkan permen lolipop. Well... aku ga dewasa banget ya? --"

"Kau mau rasa apa?", tanya Taylor. Hmm coklat atau greentea ya? "Kau mau dua rasa?", tanya Taylor. Aku hanya mengangguk malu ya mungkin Taylor mengira aku sebagai gadis rakus.

"Aku mau greentea dan coklat.", kataku. "Iya, baiklah aku yang pesan", katanya sangat tulus dan lembut. Aku mengangguk senang.

"Kau mau pesan rasa apa?", tanyaku. "Coklat.", jawabnya singkat. Coklat? Berarti sama denganku. Bagaimana kalau aku dan Taylor makan bersama? Aduh tapi pasti memalukan memintanya seperti itu. Tapi jujur aku juga ga bisa habisin dua ice cream sekaligus.

"Taylor.... bagaimana kita pesan dua saja. Aku hanya pesan greentea saja. Aku juga ga bisa habisin dua ice cream sekaligus. Setidaknya kita--" , "saling mencicipi?", yap tepat sasaran dia menghentikan perkataanku dan melanjutkan dengan kata-kata yang tepat.

Aku mengangguk kembali. Dia tertawa. "Ya sudah kalau begitu. Aku pesan dulu ya.", katanya lalu meninggalkanku. Sudah cukup lama Taylor tidak kembali, ketika aku melihat ponselku sudah sekitar 30 menit dia meninggalkanku hanya untuk membeli sebuah ice cream, apakah selama itu unutk membeli icecream?

Dengan kesalaku mencoba untuk mencari Taylor dan aku melihat Taylor sedang berbicara Karen. Tapi melihat mereka berdua membuatku kesal, bukan karena berbicara saja tapi Karen dia menagis didepan Talor sambil berusaha untuk memegang tangan Taylor.

Tanpa berbasa basi aku datang menghampiri mereka berdua dan mendorong Karen. Taylor terbalak melihatku yang mendorong Karen seperti itu. "Emel, apa yang kau lakukan?", bentaknya Aku terkejut dia mmembentakku. "Harusnya aku yang berrtanya kenapa kalian berdua bertemu bukankah kmearin kau marah padanya?", marahku balik.

"Tapi tak sepantasnya kau mendorong orang yanglebih tua darimu. Diamana letak sopan santunmu?", ucap Taylor lagi. "Oh sopan santuku hilang sejak aku kenal dengan cewek sialan ini!", bentakku. "EMEL!", berntak Taylor yang membuatku sangat terkejut. Taylor terdiam dan segera menggandeg tangan Karena dan pergi meninggalkanku.

Melihat semua kejadian itu membuatku hanya terpikir dan terpaku. Serendah itukah aku hingga membuatku malu dihadapan perempuan itu? Aku mendengus kesal dan segera pergi kerumah Jane, sendirian dengan menggunakan taksi.

*RUMAH JANE*

"Ly, kenapa kamu?", tanya Jane ya tak seperti biasnaya dia sekarang cukup tenang karena dia bersipa mau pergi ke club. "Guru jelek itu sama Karen-karen ga jelas saling berpelukan dan pergi bersama meninggalkanku tanpa antaran pulang. Sialan kan?", aku menjawab dengan kesal. Jane hanya tertawa mendengar jawabanku.

Ide gila muncul dibenakku. "Jane", "hmm?" ,"Ajak aku ke club bersamamu", ucapku. "APA KAU GILA LY! AKU TAK MAU JADI BUBUR AYAM DITANGAN ORANG TUAMU", teriak Jane yang membuat telingaku tuli. "Please baby",ucapku memelas sebisa mungkin. Jane hanya menghelan nafas. "Ok. Tapi jangan minum sampai kau minum aku penggal lehermu", "Siap princess", balasku riang sambil memeluk Jane.

Tak kusangka club benar-benar tempat yang ramai seperti ini. Sesak lampu berwarna-warni membuatku sedikit pusing. "Jane kau tak pusing?", tanyaku."HA?", Jane tidak mendengar perkataanku mungkin musik disini lebih besar suaranya daripadateriakku."GAK JADI", balasku meneriaki Jane.

Jane menuju meja bar dan memesan minuman. "Kau pesan apa untukku?", tanyaku dekta kuping Jane jika ia tak dengaraku akan periksakan telingan ke dokter THT besok."HA?", fix aku bakal anterin kamu Jane. "KAMU PESNAIN AKU APA BEGO!", teriaku kesal dan seketikan bartender melihat kearahku karena ia terkejut. Jane tertawa terbahak-bahak. Sial makhluk ini.

Tak lama dua gelas datang bartender memberikan Jane minuman berwarna biru keunguan, sedangkan aku bening putih dan tampak seperti air es. "Itu air es, kau jangan minum nanti kau mabuk.", ucap Jane. Aku hanya kesal mendengarnya, aku balas dnegan anggukan.Aku dan Jane bercerita-cerita sambil menimati alunan musik dari DJ. "Ly, aku ke toilet dulu sepertinya orangtuaku telfon", kata Jane dan beranjak meninggalkanku. Setelah Jane pergi aku hanya menatap minumannya dan aku mencoba meneguknya. Rasanya pahit dan aneh tapi kucoba lagi. Mungkin aku bisa suka.

( Author POV )

Jane kembali ke meja sahabatnya dan betapa terkejutnya dia melihat sahabatnya naik diatas kursi denga berjoget-joget. Jane segera lari menghampirinya. "Ly, kamu ken—", mata Jane tertuju ke meja Emily yang terdapat 3 gelas kosong. "Siapa yang memesan?", tanya Jane kepada bartender. "Dia sendiri", jawab bartender santai dan melanjutkan tugasnya. Jane hanya bisa memijit kepalanya smabil berpikir bagaimana bisa anak ini melakukan hal konyol. Dia tidak pernah minum dan meminum sebanyak ini. "JANE KENAP TAYLOR PERGI SAMA KAREN? AKU KURANG DEWASA KALI YA? TAPI TIDAK AKU SUDAH DEWASA LIHAT AKU BISA MINUM TANPA MABUK YEAY", teriak Emily.

Jane benar-benar malu saat ini dan memkasa Emiliy untuk turun sambil ia menelfon Mr. Lautner. Jane tak berani menelfon orang tua Emily pilihan terbaiknya ya Mr. Lautner. Jane menjelaskan semua kejadian yang terjadi saat ini. Sambil menatapEMily Jane mematikan telfonya dan menemani Emily yang terus teriak-teriak.

Kurang lebih 15 menit kemudian Mr. Lautner datang dan sangat terkejut dengan melihat keadaan Emily yang mabuk parah. Taylor segera menuju meja Emily dan Jane, ia langsung menggendong Emily seperti karung beras karena Emily terus bergerak dan tidak bisa diam. "Thank you Jane,kau juga harus segera pulang.", ucap Taylor. "Yes sir, jaga Emily ya", pinta Jane dan mendapat anggukan dari Taylor.

Selama perjalanan di mobil Emily masih beteriak-teriak, hingga suatu titik dia terdiam. "Taylor, kenapa kamu pergi bersama si ular. Aku tadi yang pergi duluan sama kamu tapi kamu tinggalin. Membela si ular. Aku capek.", ucap Emily dan ia menutup matanya. Emily tertidur dan Taylor hanya menatap wajah Emily dengan kerutan yang ada didahinya.

Taylor mengusap rambut Emily, "Maafkan aku.", ucap Taylor lirih dan kembali fokus menyetir.

----------------------------

Hai.....

Seneng banget cerita ini sampe 1k lebih. *menangis sangat bahagia. Makasih banyak yang udah baca♥ + makasih banyak yang sudah vote ♥.

Pokoknya Terima Kasih ♥♥♥♥♥

Emily : udah jangan banyak ngomong. Nanti pembacanya bosen lo.

Ih... Emily kok jahat si. :D #bercanda ya Ly :D

Jangan lupa vote + comment :)
*kritik dan saran selalu ditunggu dengan senang hati ♥

xoxo♡

My Teacher = My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang