3

19.2K 720 0
                                    

Guru jelek itu ngapain disini?!

( Author POV )
Emily membuka mulut lebar-lebar, ia ternganga melihat Taylor yang datang di restoran itu. Mata Emily melihat Taylor hingga Taylor duduk di depannya.

"Sudah puas menatapku?", tanya Taylor. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Emily. "Hei", ucap Taylor kali ini sambil menekan pipi Emily dengan jari telunjuknya.

"Ngapain kamu disini?!", tanya Emily keras sehingga membuat semua orang di meja menatapnya. "Maaf..", ujar Emily lirih.

Taylor hanya tertawa melihat tingkah Emily. Sedangkan tante Emma hanya tersenyum melihat anaknya Taylor, yang tertawa lepas. Karena semenjak kejadian itu Taylor jarang tertawa lepas.

( Emily POV )
Sial ! Guru itu membuatku malu. Awas saja! "Kalian saling mengenal?", tanya mamaku. "Iya, dia murid ternakal disekolahku.", kata Mr. Taylor dengan santainya.

Ok. Ini ketiga kalinya ia membuatku malu hari ini. Aku memberikan tatapan tajam pada guru jelek itu. "Oh yaa?", kata mamaku percaya? Mamaku sudah tahu bagaimana sikapku disekolah. Ya brutal. Tapi ia tak pernah marah. Karena aku dapat memgimbanginya dengan prestasi.

Aku masih melihat guru jelek itu melahap sushi dengan teramat santainya. "Kenapa kau mau?", kata Mr. Taylor memberiku sushi. "Lebih baik aku makan wasabi dari pada sushi bekasmu", jawabku.

"Ya coba saja. Ini wasabi-nya ", katanya sambil meletakkan wasabi di pringku. Oh orang ini!!! "What the... " , "Kamu tadi yang minta.", katanya memotong kata-kataku.

"Maaf aku mau kebelakang dulu", pamitku pada mama, papa , dan tante Emma. Mereka tersenyum dan aku segera pergi. Marah! Aku akan menyusun cara untuk membalas kelakuannya!

( Taylor POV )
Apa aku keterlaluan hingga membuatnya pergi? Aku melihat kepergiannya. "Permisi aku juga ini kebelakang", kataku sambil pergi.

Aku menyusulnya. Dan memegang pergelangan tanganya. Astaga apa aku sejahat itu? Aku melihat setetes air hampir keluar di mata kirinya.

( Emily POV )
Aku kebelakang untuk melepas kontak lensaku. Karena perih mataku terus mengeluarkan air mata.

Aku meresa pergelangan tanganku dipegang seseorang. Aku langsung menoleh. Oh guru jelek itu.

"Kamu tidak apa-apa kan?", tanyanya lembut. Aduh... jantungku... kenapa berdetak secepat ini? "Hmm.. tidak apa-apa", jawabku.

"Maaf aku membuatmu menangis. Aku tidak bermaksud seperti itu." ,katanya. Aku ingin tertawa. Menangis katanya? Sejak kapan aku mudah menangis.

Aku kerjain guru jelek ini. Ya lumayan sebagai pembalasan kecil. "Hikss... iya kamu terlalu jahat. Sudah mempermalukanku." ,kataku sambil pura-pura menangis.

Dia menarikku dan sekarang aku dipelukannya. "Maaf ya...", katanya sambil mengelus rambutku. Jantungku. Sepertinya aku harus pergi ke dokter jantung.

( Taylor POV )
"Hikss... iya kamu terlalu jahat. Sudah mempermalukanku." , katanya yang membuatku ingin tertawa.

Anak ini membohongiku. Apa dia tak tahu caranya berbohong? Terlihat jelas dimatanya.

Aku langsung memeluknya. Entah apa yang membuatku ingin memeluknya. Jantungku berkerja lebih cepat dari biasanya.

"..... lepaskan pelukan ini. Kau membuatku sulit bernafas." , aku pura-pura tidak mendengarnya. Ia yang sangat mungil terasa pas di pelukanku.

"HEIIII !!!! GURU JELEK!!! LEPASKAN!!!!" , astaga suara anak ini bisa membuatku pergi ke dokter THT. Aku segera melepaskannya.

"Itu mulut apa toa?", tanyaku sambil memegang telingaku. Dia terlihat sangat manis dengan pipinya yang merah. Astaga apa yang aku pikirkan?!

"Ya mulut. Kau tidak bisa tau bedanya mulut dengan toa?", kata Emily lalu meninggalkanku.

( Emily POV )
Aku meninggalkannya, karena mataku sudah terlalu mainstream. Eh... salah... sudah terlalu perih.

Aku melepaskan kontak lensaku. Dan aku merasa lega. Aku dapat melihat mata biruku yang asli.

Aku memoles kembali wajahku dengan compact powder dan sedikit menabahkan masscara.

Setelah selesai berbenah aku kembali ke meja makan. Disana guru jelek itu sudah duduk dengan manis.

Aku duduk. Tapi suasanya sangat aneh. "Kok lama?" , tanya mama. "Iya... tadi aku melepas kontak lensaku. ", jawabku. "Ok kalau begitu kita mulai saja."

"Begini , papa dan mama sudah sepakat untuk menjodohkanmu dengan Taylor. Tapi ini terserah padamu.", kata papa.

Aku tak dapat berkedip mendengar perkataan papa. "Apakah harus? Aku masih sangat muda Pa. Dan usiaku jauh untuk menikah. Apakah tak dapat ditundan 5 tahun ke depan?", tanyaku.

"Sayang, kami tak memintamu untuh menikah. Perjodohan ini mama ingin kamu semakin dekat dengan Taylor. Dia itu pemuda yang baik.",  jelas mama.

Huft... aku hanya menghembuskan nafas panjang. Aku hanya mengangguk. Aku melihat ke arah guru jelek yang tampak santai.

"Kamu mau kan, Taylor?", tanya tante Emma. "Iya aku mau", jawab Mr. Taylor santai tanpa beban.

"Baiklah kalau begitu ini sudah malam sebaiknya kita pulang", kata papa. "Iya... Terima Kasih atas undangannya ya Emma", kata mama sambil memeluk tante Emma.

"Iya... kita akan jadi besan", kata tante Emma yang membuatku menciut. "Aku pulang dulu. Jangan lupa kerja PR!", kata guru jelek itu sambil menepuk bahuku.

"Yes Sir...", jawabku dan berjalan mengikuti papa dan mamaku.

Hari ini yang melelahkan yaa.... ?

( Taylor POV )
Semoga aku tidak mendapatkan kejadian yang sama seperti dulu. Aku menarik nafas yang panjang dan menghembuskannya dengan cepat.

Aku menyetir dan mengantarkan mamaku pulang.

Kau sangat menarik Emily.

-------------------------------

Hi...
Terima Kasih sudah baca sampai sini.

Jangan lupa vote + comment :)
*paling suka kalau dapat kritik dan saran dari kalian ^^ :D

xoxo♡

My Teacher = My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang