12

10.2K 391 14
                                    

Typo lagi ada dimana - mana... :D

Happy Reading♥
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

( Taylor POV )
Sampai di Rumah Sakit aku berlari. Dan aku menemukan teman Emel. "Mr. Taylor?", kata teman Emel.

"Dimana Emel?", tanyaku. "Itu di dalam kamar tapi ia masih tidak sadar.", jawab teman Emel.

"Aku masuk dulu", kataku cepat. Dan aku langsung masuk kamar rumah sakit dan melihat Emelku terbaring.

Kupegang pipinya yang terasa lengket mungkin akibat banyaknya air mata yang ia keluarkan. Kau harus kuat Emel.

Aku duduk di sampingnya dan memegang tangannya yang mungil itu. Ayo cepat sadar Emel.

"Mom", kata Emel. Aku langsung melihatnya. "Momm", aku melihatnya yang masih menutup mata dan sambil memanggil mamanya. "Dad",katanya lagi.

Mungkin tanpa ia sadari ia mengeluarkan air mata. Tahukah kamu Emel. Setiap air mata yang keluar dari mata indahmu dapat membuat luka dihatiku.

Emel membuka matanya. "Tay", "Mom dan Dad masih ada kan?", tanyanya. "Emel, mom and dadmu sudah di tempat yang lebih baik", kataku sambil mengelus tanganya.

Aku melihat Emel terus menangis. Aku menghapus air matanya. "Sudah Emel.", "Buat apa aku hidup lagi Tay... aku tak akan bisa membahagiakan orang tuaku lagi.", katanya membuat hatiku semakin sakit.

"Emel, orang tuamu ingin kau bahagia", kataku. "Iya aku tahu itu. Untuk apa aku bahagia jika orang tua tak dapat melihatku hah?", kali ini Emel memukul kepalanya keras yang membuatku panik.

"Emel, kau semakin membuat orang tuamu sedih Emel. Berhenti", aku langsung memeluk tubuhnya yang mungil itu.

"Tay... orang tuaku tidak ada... percuma aku hidup Tay", dalam pelukanku terasa badannya lemas. "Tay... aku ingin menyusul mereka Emel. Aku tak kuat jika sendiri disini", kata Emel yang semakin membuat hatiku sakit.

"Emel berhenti bicara seperti itu. Kau tak sendiri. Masih ada aku disini. Aku akan selalu bersamu. Tak akan meninggalkanmu.", kataku sambil mengelus rambutnya.

"Aku sayang Mama dan Papaku. Apa mereka sayang padaku?", tanyanya dengan nada sedih. "Tentu saja Emel", kataku. "Bohong, jika mereka sayang padaku mengapa mereka meninggalkanku sendiri disini?", katanya sambil menangis.

"Sudah Emel. Biarkan mereka tenang disana.", kataku. "Hmm", hanya itu yang terdengar dari Emel.

"Permisi", seorang polisi masuk ke kamar Emel". "Selamat Malam. Dari hasil penyelidikan kami kematian orang tua Sdri. Emily dikarenakan ada salah satu bagian dari mobil yang rusak. Kerusakan tersebut bisa dari mobil itu sendiri atau ada dari pihak orang lain. Kami akan terus menyelidikinya.", kata polisi itu.

"Iya tolong terus selidiki.", kataku.

"Emel, sebaiknya kau istirahat, besok kau harus ke pemakaman orang tuamu", kataku.

"Mereka meninggalkanku selamanya?", tanyanya. Dia terlihat seperti orang hilang arah. Tidak punya tujuan hidup.

Melihatnya seperti itu ingin rasanya aku yang menggantikan penderitaan yang ada pada dirinya yang mungil ini.

"Sudah kau tidur, aku akan menemanimu disini", kataku. Aku membaringkannya kembali di tempat tidur di rumah sakit.

Aku mengelus rambutnya dan matanya perlahan menutup dan mungkin ia sudah tertidur.

Kau harus kuat Emel.

*pyar*

Aku terbangun dari tidurku karena mendengar pecahan kaca. Dan aku melihat Emel yang sedang membanting semua barang yabg ada di kamar rumah sakit.

"PERGII!!", ucap Emel pada seseorang (?) Tapi aku tak menemukan seseorang di dalam kamar.

" Kau kenapa Emel?", tanyaku. "Tadi ada wanita berbaju hitam menghampiriku, aku taku", katanya. "Tapi tidak ada seorang pun disini", kataku. "Tadi ada", "Ya sudah kau tidir lagi. Aku akan menjagamu", ucapku.

Aku keluar kamar Emel untuk melihat siapa orang yang dimaksud oleh Emel. Tapi yang aku lihat hanya teman Emel yang tertidur di ruang tunggu dan orang yang tak kuketahui.

Aku membangunkan teman Emel. Dan ia tampaknya bangun. "Sebaiknya kau pulang sekarang. Besok kau harus ke sekolah", kataku.

"Tidak, aku mau menemani sahabat saya. Orang tuaku sudah mengurus untuk upacara pemakaman orang tua Emily besok.", ucapnya. "Baiklah kalau begitu." , kataku lalu masuk kembali.

"Tay... jangan pergi. Kau disini saja.", kata Emelku yang terdengar manja. "Iya maaf... tadi aku keluar hanya untuk melihat keadaan sekitar", kataku.

Emel menutup matanya kembali dan tertidur. Aku menatap wajahnya yang penuh dengan kesedihan yang membuat hatiku perih.

***

Sekarang, tiba saatnya peti orang tua Emel dibawa dan akan dikubur.

"Mom... dad... kenapa kalian hanya bisa menemaniku selama 16 tahun saja? Padahal bulan depan aku sweet seventeen mom... katanya mom and dad janji akan buatkan aku pesta yang besar? Tapi kenapa kalian sekarang pergi?

Dad, nanti siapa yang akan mendampingi saat aku menikah nanti? Bukankah papa bilang kalau papa ingin melihatku menikah? Apa tak terlalu jauh papa melihatku dari surga sana? Kenapa papa pergi? Kenapa papa tak menepati janji papa?

Mom, siapa yang akan jadi tempat curhatku pertama kali? Siapa yang akan membuatkan makanan kesukaanku lagi? Siapa yang akan membelikanku baju cantik? Siapa yang akan berkomentar pertama kali saat bajuku jelek? Kenapa mama pergi?

Ma Pa,... kalau aku dirumah siapa yang akan bercanda lagi sama aku? Siapa yang bisa menghangatkan suasana rumah selain kalian? Siapa yang akan marah padaku lagi? Siapa?

Kenapa kalian pergi begitu cepat kenapa? Apa kalian tak sayang padaku? Tapi... aku .... sangat sayang kalian...".

"Emel!!", aku terkejut melihat Emel sudah lemas dipelukkanku. Mungkin ia pingsan tak kuat menahan perih yang ia rasakan.

"Lyly...", aku dapat mendengar teman Emel menangis. Aku langsung mengangkat Emel, dan membawanya ke mobilku.

Emel, kamu jangan seperti ini. Kau membuatku sangat perih Emel. Aku melihat wajah Emel dan menghapus air mata yang ada di wajahnya.

"Taylor...", aku menoleh ke belakang. "Ma?", tanyaku bingung melihat mamaku tiba - tiba sudah berada dibelakangku.

"Kita bawa Emily ke rumah saja ya. Mama tak tega melihatnya sendrian seperti itu. Jadi kita bawa dia ke rumah. Dan mama juga sudah janji pada mama dan papanya Emily agar Emily tetap bahagia."

"Iya Ma... aku juga berpikir begitu. Tapi jangan dibahas sekarang ya Ma.. Emel masih lemah."

Emel, aku tahu kau gadis yang kuat.

( Author POV )
Saat pemakaman orang tua berjalan dengan tenang. Terlihat Jane yang menangis, mama Jane yang menangis. Keluarga Jane dan keluarga Emily sangat dekat. Dan saling menganggap sebagai saudara.

Keluarga Taylor juga berduka. Tante Emma juga merasa sangat berduka. Dan tak mengira bahwa shabatnya akan meninggalkannya begitu cepat.

Dibalik kesedihan itu ada seseorang yang tertawa lepas melihat semua itu. Dan ia merasa puas. "Aku bisa mendapatkannya!! Pastii!!"

---------------------------

Hi..

Semoga part ini jelas :)

Sorry updatenya lama banget yaaa... T^T lagi kehabisan ide + ada beberapa urusan. ... :')

Maaf yaaa...

Terima Kasih buat kalian semua yaaa ♥♥♥ Yang sudah baca♥ Yang sudah vote♥ Yang sudah comment♥ Terima Kasih banyaakkk ♥

Jangan lupa vote + comment ya ;)
*kritik dan saran diterima dengan hati gembira :D

xoxo ♡

My Teacher = My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang