5

18.8K 587 9
                                    

( Emily POV )
Ternyata aku salah menilaimu Taylor.

"Ly.... berhenti...", seru Jane. "Ada apa Jane? Cepat! Nanti keburu dikejar Taylor", kataku.

"Kamu buat apa lari?", tanya Jane. Iya ya? Buat apa aku lari hanya gara-gara melihatnya berpelukkan dengan wanita lain. "Kau cemburu melihat Taylor memeluk seorang wanita?", tanya Jane lagi.

"HA?! Cemburu buat apa? Engga penting banget!", jawabku kesal. "Tapi kamu melakukan hal seperti orang cemburu. Buat apa kamu lari kalau kamu tak cemburu?", kata Jane.

"AKU ENGGAK SUKA SAMA TAYLOR DAN ENGGAK CEMBURU!!", teriakku.

"Oh gitu? Baiklah aku akan menyuruh mama membatalkan perjodohan ini.", kata suara seseorang dari belakang.

"Taylor?", tanyaku. "Panggil saya Mr. Lautner. Karena saya guru anda!", kata Taylor yang membuatku sedih. Gaya bahasanya menjadi formal.

"Taylor, aku bisa jelaskan semuanya?", seorang gadis yang memeluk Taylor berlari menghampiri Taylor.

"Tidak perlu, Baby", kata Taylor lalu mencium bibir wanita itu. Aku yang melihat kejadian itu hanya dapat mematung.

"Ly.. kita pulang sekarang", ajak Jane lembut dan menggandeng tanganku. "Ya Jane", jawabku.

Apa hubungan ku berakhir cepat? Tapi dari awal aku memang tak menginginkannya. Tapi kenapa aku tak gembira?

( Author POV )
Di dalam mobil gadis berambut pirang panjang itu hanya melamun. "Ly? Kau baik-baik saja?", tanya sahabatnya Jane.

Tak ada jawaban dari Emily. Dia masih terpaku pada lamunannya. "Ly?", tanya Jane lagi. Masih tidak ada respon dari Emily.

"Ly... Hello!", kali ini Jane menggoyangkan tangan Emily. "Ha? Ya?", kata Emily. "Kamu ini aku panggil 3 kali tapi ga ada jawaban. Kamu mikirin Mr. Taylor ya?", kata Jane. "Iyaa...", ucap Emily lirih. "HA?! Engga aku ga mikirin Mr. Lautner itu.!", kelak Emily. "Ya ya bu.. biasa aja mulutnya jangan kayak toa. Hmm...tapi biasanya jawaban pertama benar lo.", goda Jane.

"Janeeee....", kata Emily. "Ya ya bercanda. Sana turun dari mobil mahal gua! Itu rumahmu. ", kata Jane.

"Wiihhhh sombong amat luu?" , goda Emily. "Bercanda bebb... hahahahaha",kata Jane sambil tertawa. "Good Night Baby...", ucap Emily. "Nitee...",balas Jane.

Emily masuk ke rumahnya, dan kedua orang taunya menyambutnya. "Tumben, pulangnya cepat", tanya papa Emily. "Iya engga jadi ke cafe", jawab Emily. "Kenapa?", tanya papa lagi. "Tutup cafenya. Pa, maaf ya aku mau langsung ke kamar.", ucap Emily cepat dan langsung ke kamarnya.

( Emily POV )
Huft... lelah. Aku mengganti bajuku dan berbaring di kasurku. Sebaiknya aku tidur.

*pagi hari

Hmm.. mataku tidak dapat terpejam sama sekali. Sebaiknya aku bersiap saja kesekolah.

Aku menuju kamar mandi, tapi aku menemukan sesosok setan di pagi hari. Dan setan itu aku. Mata ku bengkak dan ada lingkaran hitam dibawah mataku.

Aku tak peduli karena itu semua dapat ditutupi dengan makeup. Setelah mandi aku mengganti pakaianku.

Lalu, memakai makeup. Well, untuk kali ini concealer-ku habis so... aku ga bisa nutupin mata hitamku.

Aku langsung berangkat tanpa sarapan.

*di kelas

Aku melihat teman sekelasku semuanya menatapku aneh. "Ly ly Emilyyyy...", panggil Jane heboh.

"Oh tidak. Kenapa kamu seperti zombie?", kata Jane yang terkejut melihatku. Aku tidak menjawab Jane. Karena hari ini aku benar-benar malas untuk berbicara.

"Baiklah ceritakan padaku nanti ya.", kata Jane lembut. Aku hanya tersenyum lalu mengangguk. Maaf Jane.

Pelajaran dimulai seperti biasa pelajaran pertama adalah Fisika. Aku melihat Taylor yang menjelaskan hanya membuatku merasa terganggu.
"Ms. Walker kerjakan soal nomor 2", kata Taylor. Denga malas aku berjalan ke papan dan mengerjakan soalnya.

"Ya jawabannya benar, silahkan kembali ke tempat duduk. Berikutnya Cindy.",kata Taylor. What!! Dia memanggilku dengan sangat sopan bagaikan aku ini adalah makhluk asing yang baru datang. Tapi memanggil murid lain tidaj seperti itu.

Aku tak mengerti jalan pkiranmu Taylor!

*bel istirahat

"Ly ke kantin yuk!", ajak Jane. "Iya", kataku lalu menggandeng Jane.

Saat berjalan di koridor aku bercerita pada Jane bahwa aku tidak bisa tidur semalaman.

"Ly...", "Iya Jane", tanyaku. Aku melihat Jane terpaku melihatku dan kepalaku seperti dihantam batu. Well itu bola basket dan aku terjatuh, gelap.

( Author POV )
Emily jatuh pingsan. Kepalanya mengeluarkan darah. "Ly... bangun", ujar Jane sambil berusaha mengangkat Emily. Apa daya? Jane terlalu kurus menggendong Emily.

Melihat Emily yang terjatuh, tanpa basa basi Taylor langsung membawa Emily ke ruang kesehatan.

Taylor menggendong Emily dengan kedua tangannya. Hingga banyak darah yang menepel di tangannya. Taylor membaringkan Emily di kasur. Dan menyuruh guru kesehatan merawa Emily.

Taylor keluar dari ruangan tersebut untuk mencuci tangannya yang penuh darah.

( Emily POV )
Cahaya putih menyilaukanku. Apa aku mati? "Ly, kau sudah sadar?", tanya seseorang. Aku membuka mataku dan menemukan sesosok Elden disisiku. Aku berusaha bangun tapi kepalaku pusing sekali.

"Kamu jangan bangun dulu.", kata El. "El... kamu yang membawaku kesini?",tanyaku lirih. "Iya, aku yang membawamu. Sudah sebaiknya kamu istirahat.",ucap El.

Aku pun tertidur lagi. Ya, bisa mengimbangi tidurku karena semalaman aku tidak bisa tidur.

"Ly... bangun sudah waktunya pulang", kata seseorang yang membangunkanku. Sepertinya itu suara Jane.

"Jane?", "Iya ayo pulang, tas-mu sudah aku bawa". "Thank You Jane.".

Di koridor aku melihat Taylor. "Kamu sudah baikkan, Emel?", tanyanya sok baik yang membuatku marah.

"Mr. Lautner tidak perlu sok baik! Anda bisa melihat sendiri saya baik-baik saja! Dan satu lagi nama saya bukan Emel!", kataku lalu meninggalkannya.

Di parkiran Jane memarahiku. "Kau tak seharusnya berkata kejam seperti itu Ly. Dia. Mr. Taylor yang menggendongmu sampai di ruang kesehatan. Begitu caramu berterima kasih?".

"Ha? Taylor. Bukankah Elden yang membawaku?",tanyaku. "Kata siapa Ly? Jelas Taylor yang membawamu. Kan ada aku melihat kejadian itu".

Shit!! Si Elden itu. Tak seharusnya aku kasar pada Taylor. Dan tadi dia berbicara biasa padaku.

Aku pergi mencari Elden dan berharap masih menemukannya. "Ly mau kemana?", tanya Jane.

"Tunggu sebentar", kataku pergi lalu meninggalkannya. Sialan kau Elden!
Aku menemukan Elden di lapangan basket. "Elden!", teriakku.

Elden menoleh dan menghampiriku, "Ya?". Aku langsung menamparnya. "Kenapa kau bohong padaku. Bukan kamu yang mengantarku ke ruang kesehatan!",kataku marah.

"Ya memang bukan aku tapi memangnya kenapa? Apa aku tak boleh mengaku seperti itu?!". Jawabannya membuatku semakin marah.

"Kau--", tak sampai aku selesai bicara Elden sudah mencium pipiku.

"Kalau mau pacaran, jangan disekolah. Di luar sekolah sana jangan disekolah." ,kata seorang pemuda yang sangat khas suaranya.

Ketika aku menoleh. Taylor.

------------------------------

Hii....

Terima Kasih sudah setia baca sampai sini.

Maaf jika banyak typo yang beterbangan :D

Jangan lupa vote + comment :)

xoxo

My Teacher = My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang