18. Terbongkar

148 10 9
                                    

Hari berganti, minggu berganti, bulan berganti. Kini aila sudah naik kelas 11. Semuanya masih sama, ia masih satu kelas dengan yemi dan wisnu, ia juga masih bersahabat dengan yemi, hubungannya dengan wisnu sudah berjalan hampir 1 tahun dan masih tetap aman terrahasia. Yemi yang masih berusaha mendekati wisnu dan wisnu yang selalu berusaha untuk tetep menjaga hubungannya dengan aila. Jika dulu aila hanya anggota di osis sekarang aila merupakan sekretaris osis.

Seperti biasa aila masih berangkat dengan vespa kesayangannya. Jika biasanya ketika ia memasuki sekolah akan ada banyak tatapan dan sapaan namun kini tak ada satupun sapaan seperti biasanya gadis itu dapatkan. Jika biasanya tatapan yang ia dapat adalah tatap memuja dan tatapan kagum pagi ini tatapan itu sangan berbeda. Tatapan tidak suka dan mengintimidasi. Gadis itu tidak paham ada apa sebenarnya dengan dirinya.

"Apa ada yang aneh di gue ya, kenapa mereka lihat gue kaya gitu?" Gumamnya lirih.

"Tapi nggk ada yang aneh kok, seragam gue nggk salah dan nggk kebalik. Apa jangan jangan gue tembus?, ah nggk mungkin kan belum tanggalnya gue bulanan. Apa make up gue? Tapi gue nggk make up. Sebenarnya mereka kenapa sih natap gue gitu amat." Ucap aila lirih sambil melihat sekitar.

Awalnya ia merasa terganggu karena tatapan tatapan yang kurang mengenakan dari teman temannya namun lama lama gadis itu memilih abai dan tetap berjalan seperti biasanya.

Tak lama ia berjalan segerombol cewek yang ngakunya fansnya wisnu itu menghadang aila.

"Sok sok an cuek ternyata itu taktik lo biar dikejar" ucap cewek yang bernama yena.

"Maksut lo?" Tanya aila pada yena. Karena jujur saja aila tidak paham apa maksutnya. Kenapa dia sok cuek kan emang udah dari lahir. Terus dikejar, emangnya dikejar siapa. Begitulah isi kepala aila saat ini.

"Gak usah sok nggk tau deh lo. Taktik lo murahan tau nggk" ucap yena sebelum ia pergi dari hadapan aila.

Aila jadi semakin bingung sebenarnya ada apa. Kenapa dengan dirinya. Tiba tiba dilabrak orang, ditatap sinis, diremehin, di ghosipin.

Semakin berjalan untuk memasuki kelas semakin banyak cibiran yang ia dapat disepanjang jalan yang ia lewati.

"Cantik sih tapi sok banget"
"Dulu gue sering kagum sama dia tapi sekarang gue gak suka sama tingkahnya, sok cuek, sok polos"
"Sok jual mahal tapi mau mau aja"
"Sok cuek biar dikejar"
"Sok cantik banget, padahal mah cantikan gue cuma gue agak coklat aja"
"Cewek muna"

Itu beberapa kalimat yang didengar aila pagi ini dari beberapa orang nggk suka sama aila. Walaupun banyak yang suka tapi sebenarnya yang suka juga banyak kok jadi imbang.

Bahkan sebelum ia memasuki kelasnya, ia mendapatkan cukup banyak selamat. Yang sebenarnya ia sendiri tidak paham kenapa ia diberi ucapan tersebut. Contohnya seperti saat ini, padahal tinggal beberapa langkah lagi ia masuk kedalam kelasnya namun ia kembali dihadang oleh beberapa cewek yang lumayan ia kenan.

"Cie aila, selamat ya" ucap juwi

"Buat apa?" Tanya aila bingung.

"Nggk usah ditutupin, kita semua udah tau kok. Tapi tenang kita akan selalu dukung lo. Kita peegi dulu sekali lagi selamat aila" ucap yaya dan mereka semua menyalami aila lalu pergi meninggalkan aila yang masih kebingungan.

"Selamat buat apa? Dukung apa lagi coba? Perasaan gue nggk lagi ada ikut olimpiade. Mending gue tanya yemi aja deh" ucap aila lalu melangkah untuk masuk kedalam kelas.

Jika biasanya setiap aila masuk kelas, teman temannya tetap melakukan aktivitasnya kini ada beberapa anak yang menghampiri aila dan lagi lagi memberinya selamat. Namun ada juga yang hanya menatap aila. Tidak lupa yemi yang juga hanya menatap aila, tapi sayangnya itu bukan tatapan senang melainkan tatapan tidak suka.

Di Ujung Senja || NOMIN GsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang