***
"ADA APA, [NAME]?!"
Mulutku yang tadinya menganga, langsung terkatup begitu mendengar suara ibuku yang menggelegar pasca diriku meneriaki nama lelaki dengan bulu mata lentik di depanku ini.
Kudengar langkah kaki pada tangga yang kian jelas di telinga pertanda seseorang mendekat. Dan aku yakin jika itu adalah ibuku.
Aku benar-benar dilanda oleh rasa panik. Bagaimana jika ibuku tahu kalau ada laki-laki di dalam kamarku?! TERUTAMA KONDISINYA TANPA BUSANA! Aku pasti akan langsung diusir dari rumah, dikucilkan oleh para tetangga, dan hidup tanpa arah.
Aku menggeleng cepat, mengakibatkan bayangan mengerikan tersebut lenyap seketika. Kembali aku tersadar jika saat ini ibuku semakin mendekat dan mungkin hanya tinggal lima langkah baginya untuk sampai di depan pintu kamarku.
Bagaimana ini? Bagaimana ini? BAGAIMANA INI?! Rasa panik ini terus membungkusku. Apa yang harus kukatakan kepada ibuku nanti? Namun sia-sia saja memberi seribu alasan, karena jika dia menyadari keberadaan laki-laki berambut gelap ini, aku yakin bayangan buruk tadi akan menjadi kenyataan.
Tamatlah riwayatku. Pintu kamarku telah diketuk. Tubuhku sempat membeku selama beberapa saat, tapi kembali mencair dalam waktu cepat mengingat aku harus menyembunyikan manusia jadi-jadian di hadapanku ini.
"Sembunyi...." bisikku cepat sambil memaksa Rin untuk bersembunyi di balik selimut.
Namun dia tampak tak suka dengan caraku yang memang sangat memaksa. "Ck! Apa-apa—"
"Ibuku datang, lakukan saja apa yang aku katakan." jawabku cepat menahan panik seraya menghadiahinya tatapan tajam.
Dia hanya diam dan langsung bersembunyi di balik selimut sehingga terlihat seperti bantal dan guling.
"[Name]."
Dengan cepat aku menuju pintu dan membukanya sedikit. Yang kulakukan adalah menampakkan kepala. Biarpun sudah bersembunyi di balik selimut, tetap saja hal tersebut masih terasa tidak aman.
"Ada apa, Ibu?" tanyaku seraya memasang wajah tenang tapi sepertinya gagal dan membentuk ekspresi kikuk.
"Seharusnya Ibu yang menanyakan itu," balas ibuku dengan sebelah alis yang terangkat.
Karena bingung harus menjawab apa, aku pun memberikan tawa renyah. Sedangkan ibuku tetap dalam posisi serta ekspresi yang sama.
"Kau tadi berteriak, bukan?" Ibuku memastikan.
"A-Ah, iya. Tapi tidak ada masalah besar, Ibu tenang saja," dustaku.
"Lalu kenapa kau berteriak sekeras itu jika tidak ada masalah besar?" tanyanya lagi seraya melihat ke dalam kamarku.
Dengan cepat aku langsung bergeser untuk menghalangi pandangannya. Kuberikan tawa renyah untuk yang kedua kalinya lalu kembali membuka suara, "Itu..., tadi ketika aku membuka lemari pakaian, tiba-tiba ada cicak yang jatuh sehingga membuatku terkejut," dustaku lagi dengan nada meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗔𝗧 𝗔𝗡𝗗 𝗞𝗜𝗦𝗦 || 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐑𝐢𝐧
FantasySore itu, aku menemukan kucing yang sedang berlindung di bawah seluncuran anak-anak dari derasnya air hujan yang mengguyur bumi. Aku memutuskan untuk membawanya pulang dan dipelihara. Saking gemasnya dengan kucing hitam tersebut, aku pun memeluk dan...