***
Dalam suasana yang masih dibalut hawa dingin akibat hujan yang belum juga reda, aku menduduki kursi dan memandang diriku pada cermin rias. Bukan pandangan kosong, bukan pula pandangan tanpa arti, melainkan pandangan bodoh dengan ekspresi wajah yang bodoh pula.
Aku masih merasa jika apa yang kualami ini hanyalah mimpi serta khayalan belaka. Bagaimana bisa seorang manusia berubah menjadi seekor kucing? Ayolah, hal konyol seperti itu hanya ada di dalam film fantasi yang selama ini kutonton. Namun, hal konyol itu kini terjadi di depan mataku sendiri. Dan yang paling mengejutkan, siluman kucing tersebut adalah teman sekelasku sendiri.
Aku kembali mencubit diriku sendiri, masih menyangkal jika ini adalah kenyataan serta berusaha sadar.
"Aduh!"
Sakit, jadi ini bukan mimpi. Jika ini bukan mimpi, mungkinkah saat ini aku terlempar ke dunia lain? Ya, itu kemungkinan bodoh, sama bodohnya dengan ekspresiku saat ini, dan lebih bodoh dari pada kejadian yang aku alami.
Aku melihat Kuroo, atau lebih tepatnya Itoshi Rin dalam wujud kucing yang saat ini memasuki kamarku dengan santai setelah orang tuaku memanjakannya. Ya, mereka memang menyukai kucing, apalagi melihat rupa kucing hitam yang bersih dan terawat seperti ini pastinya membuat mereka semakin bersemangat dan merasa gemas.
Kucing itu menaiki kasurku, menaiki bantal, dan menempatkan diri di atas selimut dalam posisi nyaman. Aku memelototi dan menunjuknya dengan kesal. "Hei, kau pikir siapa dirimu berani menempatkan diri di sana?! Berhentilah bersikap seakan kau raja kucing!" kesalku kepadanya. Sudah seenaknya membuatku terkejut dengan aksi sulap yang merubah wujudnya menjadi hewan, mengambil ciuman pertamaku, dan sekarang dia mengambil wilayah nyamanku.
"Itu salahmu sendiri karena membawaku ke sini." Dia membalas secara acuh tak acuh, tentunya dengan wujud kucing yang bisa berbicara.
Aku melangkah lalu menduduki kasur, mengulurkan tangan dan menggendongnya. "Kau ini tidak tahu terima kasih, ya? Padahal aku sudah menolongmu." omelku sambil menatap mata hijaunya yang besar.
"Dan aku tidak meminta pertolonganmu." Rin membalas sambil menjulurkan lidah seperti mengejek. "Turunkan aku," suruhnya.
"Kau menyebalkan!"
"Turunkan aku atau kucakar kau." ancamnya seraya mengeluarkan cakarnya yang tajam.
Menghela napas lelah, aku pun menurunkannya di atas kasur, tidak lagi pada bantal dan selimut. Dia sepertinya menerima dan kembali mengambil posisi yang nyaman.
"Bersikap baiklah di sini, orang tuaku menyukaimu," pesanku kepadanya.
"Sejak tadi aku sudah bersikap baik," balasnya. "Kau saja yang bersikap buruk." Lagi-lagi dia menjulurkan lidah sebagai bentuk ejekan yang membuatku sangat ingin meremasnya secara kuat karena dia sangat menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗔𝗧 𝗔𝗡𝗗 𝗞𝗜𝗦𝗦 || 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐑𝐢𝐧
FantasySore itu, aku menemukan kucing yang sedang berlindung di bawah seluncuran anak-anak dari derasnya air hujan yang mengguyur bumi. Aku memutuskan untuk membawanya pulang dan dipelihara. Saking gemasnya dengan kucing hitam tersebut, aku pun memeluk dan...