[14] Rin

914 210 33
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

ITOSHI RIN




Ketika aku membuka mata, langit di luar jendela masih diselimuti abu-abu pekat. Hujan yang tadinya menghantam kaca dengan deras seolah ingin menghancurkan dunia di luar, kini mulai mereda. Tetesan-tetesan air terakhir jatuh pelan, seperti sisa tangisan badai yang enggan berakhir.

Kamar terasa hening, hanya diiringi oleh suara napas lembut dari gadis yang tertidur di sebelahku. Hangat tubuhnya menyelimutiku melewati kain selimut yang tipis. Sebuah kehangatan yang asing tapi nyata.

Aku berbaring dalam diam, membiarkan pikiranku meraba kembali kesadaran. Tubuhku tidak lagi seberat sebelumnya. Demam yang sempat menggerogoti dan menyeretku dalam kubangan sakit yang tidak tertahankan kini memudar. Dingin yang tadi menyelinap hingga ke tulang sampai membuatku gemetar, sekarang tergantikan oleh kehangatan yang samar.

Kehangatan yang berasal dari gadis di sebelahku. Di tengah lelapnya, dia tetap mendekapku dengan lembut di seolah memastikan agar diriku tidak terjatuh lagi ke dalam kegelapan berupa rasa dingin.

Aku menoleh perlahan, memandangi wajahnya yang damai di bawah pancaran lampu kamar. Tidurnya begitu tenang, napasnya teratur, dan bibirnya yang mungil sedikit terbuka. Untuk beberapa saat, aku hanya menatapnya.

Dia tertidur.

Aku terbiasa sendirian dan menjaga jarak demi membangun tembok di sekitarku agar tidak ada yang masuk terlalu jauh. Hidupku bagaikan kanvas kosong, tanpa warna, tanpa emosi yang perlu dipamerkan. Namun, gadis ini... dia seperti setetes cat yang secara tidak terduga jatuh ke kanvasku, menodainya dengan kehadiran yang tak terduga.

Aku sadar betul apa yang kulakukan ketika diriku tersiksa oleh rasa dingin dan takut sebelumnya. Itu adalah hal memalukan sekaligus yang paling kubenci karena diriku begitu lemah sehingga butuh seseorang.

Aku tidak lupa saat di mana aku memeluknya dengan gemetar dan memohon agar tidak ditinggalkan. Demam seperti ini tidak akan membuatku amnesia begitu saja. Bagaimana dia membawaku kembali ke rumahnya, mengganti seragamku dengan pakaian milik ayahnya yang lebih hangat, menyuapkan sup untukku, serta memberi usapan lembut sebagai upaya menenangkan... aku ingat semuanya.

Namun, satu hal yang pasti. Aku harus pergi. Pikiran itu tiba-tiba menyergapku, seperti kilat di langit malam.

Orang tuanya.

Mereka pasti akan pulang. Jika mereka menemukan kami di sini, dalam keadaan seperti ini, mereka pasti akan salah paham. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Tanpa suara, aku mulai menggerakkan tubuhku untuk melepaskan pelukanku yang melingkar di pinggangnya. Setiap gerakan terasa hati-hati agar dia tidak terbangun.

𝗖𝗔𝗧 𝗔𝗡𝗗 𝗞𝗜𝗦𝗦 || 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐑𝐢𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang