***
Setelah menerobos derasnya hujan dengan memakan waktu selama beberapa menit, aku akhirnya sampai di rumah. Sebuah rasa syukur yang sangat besar karena berhasil lolos dari tamparan rintik air dari langit.
Usai memarkirkan sepeda, aku segera membuka pintu yang dikunci menggunakan kunci cadangan yang selalu kubawa setiap pergi sekolah. Begitu pintu terbuka, kakiku maju satu langkah sehingga diriku kini berdiri di ambang pintu.
Wajahku yang tidak tertutupi pelindung tentunya basah kuyup. Namun, aku bersyukur mantel yang membungkus tubuhku ini menjadi pelindung utama sehingga tidak ada hal lain yang basah selain tangan dan wajahku. Berhubung hari ini sedang hujan, aku juga sengaja memakai sepatu yang tidak akan basah terkena air.
Semua aman, termasuk tas sekolahku yang di dalamnya terdapat temanku yang sedang kedinginan.
Hujan deras masih memukul atap-atap rumah dengan gemuruh petir yang nyaris menenggelamkan desah napasku. Embusan angin dingin menggelitik kulitku, tapi bukan itu yang menjadi pusat pikiranku.
Itoshi Rin kini dalam wujud seekor kucing sedang menggigil di dalam tasku, seolah dunia yang dingin telah merampas kekuatannya. Rasanya ironis. Sosok yang dingin dan tidak tersentuh, kini begitu lemah.
Aku segera membuka mantel hujan dan menaruhnya di gantungan, air masih menetes dari rambut bagian depanku saat diriku melepas sepatu. Langkahku tergesa-gesa menuju kamar karena aku harus menghangatkannya.
Begitu sampai di kamar, aku segera menurunkan tasku ke lantai dan dengan hati-hati membuka ritsleting. Di dalamnya, seekor kucing hitam masih meringkuk lemah bersama jaketku. Kuangkat dia dengan lembut, merasakan tubuhnya yang panas di tanganku.
"Maafkan aku... aku tidak seharusnya berkata seperti itu padamu...." gumamku pelan, suara hatiku yang berisi penyesalan bergemuruh lebih keras dari pada hujan di luar sana.
Rin hanya menatapku setengah terbuka, seolah tidak lagi memiliki energi untuk menjadi dirinya yang biasanya——sosok yang selalu menyebalkan.
Aku meletakkannya di atas tempat tidur, lalu menyelimutinya dengan selimut. Setidaknya hal pertama yang harus kulakukan adalah membuatnya merasa hangat dan tidak kedinginan karena kucing sangat rentan terhadap hawa dingin.
Dengan cepat, aku ke luar dari kamar dan menuju kamar orang tuaku untuk mengambil pakaian milik ayahku. Kuambil sebuah kaos lengan panjang, celana panjang, dan sweater dari dalam lemari ayahku. Aku benar-benar bersyukur karena orang tuaku sudah pergi sekarang. Jika tidak, aku tidak tahu harus membawanya ke mana selain ke rumahnya, sementara aku tidak tahu di mana dia tinggal. Aku harus menghubungi salah satu keluarganya, dan itu akan semakin membuatnya tersiksa karena harus menunggu lama di dalam kedinginan.
Setelah mendapat apa yang kucari, aku segera kembali ke kamar. Kulihat dia masih tampak kedinginan meski berada di bawah selimut, bulu hitamnya yang lebat tetap bermekaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗔𝗧 𝗔𝗡𝗗 𝗞𝗜𝗦𝗦 || 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐑𝐢𝐧
FantasySore itu, aku menemukan kucing yang sedang berlindung di bawah seluncuran anak-anak dari derasnya air hujan yang mengguyur bumi. Aku memutuskan untuk membawanya pulang dan dipelihara. Saking gemasnya dengan kucing hitam tersebut, aku pun memeluk dan...