***
Sekolah akhirnya berakhir beberapa saat yang lalu. Seluruh murid-murid langsung bergegas menuju tempat tujuan masing-masing. Ada yang pergi berbelanja bersama teman-teman, ada yang langsung menuju rumah, dan ada pula yang menuju tempat kerja. Tidak heran karena di Jepang memang banyak sekali murid sekolah yang mencari kerja sampingan.
Aku termasuk ke dalam bagian dari mereka yang menuju rumah. Saat ini diriku berjalan sambil menuntun sepeda dengan wajah datar nan masam. Aku tidak berjalan sendirian, tetapi ditemani oleh si poni miring yang menjadi lawan mainku pada drama saat festival sekolah yang akan mendatang.
Sebenarnya kami bisa saja menaiki sepeda yang sama, tapi aku tidak sudi membonceng dirinya sekaligus tidak mau sepedaku dinaiki olehnya karena bisa saja akan dirusakkan secara sengaja. Lagi pula, aku yakin kalau dia sendiri juga tidak sudi membuang tenaga sebagai pengemudi sementara diriku hanya duduk diam.
Hatiku masih tidak terima karena teman-teman kelas menunjukku sebagai Putri Salju dalam drama, apalagi jika harus berpasangan dengan siluman jadi-jadian berbulu mata lentik di sampingku saat ini. Bukan dia saja aku tetap tidak mau karena adanya drama memaksaku untuk beradegan ciuman, apalagi bersama Itoshi menyebalkan itu.
Walau ketika di sekolah kami sudah berbicara mengenai hal ini, tetap saja aku masih tidak rela. Aku dan dia memang sudah pernah berciuman karena terdesak oleh keadaan, tapi melakukannya di hadapan banyak pasang mata tidak pernah terpikirkan olehku.
Di sela-sela langkahku, mataku meliriknya yang masih fokus terhadap langkahnya sendiri. "Hei, Poni Miring," panggilku membuka suara.
Dia hanya diam tidak memberi respon apa pun padahal kutahu kalau telinganya mendengar suaraku.
"Poni Miring!" Akupun meninggikan nada seraya menyentuh lengannya.
Berhasil, apa yang kulakukan kini membuatnya menoleh ke arahku.
"Siapa yang kau panggil Poni Miring?"
Alisku berkedut. "Tentu saja kau. Hanya ada aku dan kau di sini, aku bukanlah seorang indigo jadi tidak mungkin memanggil hantu. Lagi pula, yang memiliki gaya poni miring di sini adalah kau," tanggapku panjang.
"Poni miring seperti ini saja sudah membuatku disukai banyak perempuan." Dia membalas dengan nada sombong tapi ketenangan masih tercetak di wajahnya.
"Terserah kau saja," bisikku lelah. "Apa yang harus kita lakukan? Kenapa kau tidak menolak ketika dipilih sebagai Pangeran?" tanyaku resah.
"Itu tidak akan berguna."
"Apa kau tidak memikirkan kondisimu nanti? Ciuman membuatmu berubah wujud menjadi kucing dan semua orang yang ada di sana akan melihatnya sehingga rahasiamu terbongkar. Pikirkan tentang itu, Itoshi. Rasanya sangat memalukan jika berciuman di depan banyak orang walaupun hanya bermain peran." Aku mengeluarkan isi hatiku. Kami berdua sama-sama sangat dirugikan karena drama ini. Aku yang malu berciuman di depan banyak orang, dan jati dirinya yang terancam jika bibir kami bertemu karena hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗔𝗧 𝗔𝗡𝗗 𝗞𝗜𝗦𝗦 || 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐑𝐢𝐧
FantasySore itu, aku menemukan kucing yang sedang berlindung di bawah seluncuran anak-anak dari derasnya air hujan yang mengguyur bumi. Aku memutuskan untuk membawanya pulang dan dipelihara. Saking gemasnya dengan kucing hitam tersebut, aku pun memeluk dan...