***
Suasana makan malam kali ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan biasanya. Ayahku memang belum pulang dan aku hanya makan malam berdua dengan ibuku tanpa menunggunya. Hal itu sudah biasa terjadi karena pekerjaan kantornya memaksanya untuk tetap tinggal. Bedanya, kali ini aku makan tanpa selera sama sekali. Yang kulakukan sejak tadi hanyalah mengaduk-aduk makanan dan menyendokkannya ke dalam mulut tanpa minat.
Itoshi Rin-pikiranku masih terjebak tentang jati diri pria yang berstatus sebagai teman sekelasku tersebut. Akal dan pikiranku sebagai manusia normal berusaha menolak kenyataan yang kualami dan kulihat sendiri dengan mata kepalaku. Ini membuatku merasa seperti berada di dalam mimpi atau dunia fantasi.
"Apa yang kau pikirkan? Makanlah dengan benar!" tegur ibuku sehingga membuatku sedikit terkejut.
"Iya, Bu, maaf." lirihku sambil makan dengan benar. Menu makan malam kali ini adalah sup ayam, sangat cocok disantap pada cuaca dingin akibat hujan untuk menghangatkan tubuh. Sup ayam dengan wortel dan kentang merupakan salah satu masakan ibuku yang kusuka. Biasanya aku makan dengan lahap, tapi kali ini tidak terlalu berselera.
Ibuku menghentikan kegiatan makannya dan memberi tatapan serius kepadaku. "Kau ini kenapa? Apa yang kau pikirkan sampai melamun seperti itu? Ceritakan pada Ibu." Dia bertanya dengan diselingi helaan napas kasar.
Aku menggeleng cepat, merasa bersalah karena membuatnya khawatir. "Tidak, Bu. Bukan apa-apa, maaf membuat Ibu khawatir." jawabku seraya memberi senyuman meyakinkan. Setelah memberi jawaban, aku kembali makan dengan gaya yang terlihat sangat berselera, sama seperti yang kulakukan di hari-hari sebelumnya.
Alis milik ibuku sedikit mengerut, membuatku tahu kalau dia masih menyimpan kecurigaan. "Lalu kenapa kau melamun seperti itu dan mengabaikan makananmu? Tidak biasanya kau seperti itu. Ibu membuat sup kesukaanmu, seharusnya kau memakannya dengan semangat, Nak," ujarnya. "Apa ada sesuatu yang terjadi di sekolahmu? Ceritakan pada Ibu, jangan menyimpannya sendirian."
Aku kembali menghentikan kegiatan makanku dan menatap ibuku sambil tersenyum kecil. Tanganku terulur untuk menyentuh bahunya, memberikan elusan lembut di sana. "Ibu, aku benar-benar tidak apa-apa, sungguh. Hanya sedikit tidak enak badan karena pulang dalam keadaan basah terkena hujan," jelasku lembut dan sangat meyakinkan.
Ibuku menghela napas panjang. "Ibu pikir kau mengalami hal yang buruk di sekolah."
Mendengar hal tersebut membuatku mengerti karena banyak sekali murid-murid yang mendapat pembullyan di sekolahnya, dan ibuku pasti sangat takut jika aku mengalami hal yang sama. Itu sebabnya dia khawatir dan aku menyesal karena telah membuatnya khawatir. Padahal yang kupikirkan sejak tadi adalah kejadian yang tidak terduga, dan tidak mungkin aku memberi tahunya.
"Ibu tenang saja. Jangan khawatir, jika hal itu terjadi, aku pasti menceritakannya pada Ibu dan Ayah, serta melaporkannya ke pihak sekolah," tuturku mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗔𝗧 𝗔𝗡𝗗 𝗞𝗜𝗦𝗦 || 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐑𝐢𝐧
FantasySore itu, aku menemukan kucing yang sedang berlindung di bawah seluncuran anak-anak dari derasnya air hujan yang mengguyur bumi. Aku memutuskan untuk membawanya pulang dan dipelihara. Saking gemasnya dengan kucing hitam tersebut, aku pun memeluk dan...