[21] The Real Prince

697 218 76
                                    

JANGAN MENJADI SILENT ATAU GHOST READERS! VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!

JANGAN MENJADI SILENT ATAU GHOST READERS! VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pertunjukan drama sudah dimulai beberapa waktu lalu. Seluruh penonton di aula ini sebagian besar adalah murid dari kelas-kelas lain yang dengan antusias menunggu penampilan kami. Mereka sudah bersiap sejak lama, duduk di kursi-kursi dengan harapan besar.

Cahaya redup yang melingkupi aula menciptakan suasana magis karena satu-satunya yang ada adalah lampu yang menyorot panggung agar para penonton dapat melihat drama lebih jelas dengan nuansa tegang.

Aku dapat merasakan tatapan penuh harap dari setiap sudut aula yang menatap kami; para pemain yang telah berhari-hari mengasah peran demi menghadirkan kisah klasik Snow White di atas panggung.

Aku telah berada di atas panggung sejak awal, memainkan peran si Putri dan melantunkan dialog dengan sempurna sebagai bukti dari seturut latihan yang kutekuni selama berminggu-minggu. Namun, di sela-sela peranku, ada kegelisahan yang sulit kukendalikan.

Rin yang memegang peran Pangeran belum juga muncul. Aku tidak tahu apakah Tokimitsu sudah kembali atau belum, tetapi jika dia berhasil, maka si bulu mata lentik itu pasti sudah berada di sini dan Yukimiya memberi tahuku lewat kode. Namun, sepertinya Tokimitsu sendiri sudah kembali tanpa membawa hasil yang ingiinkan.

Bayangan akan adegan besar berikutnya semakin mengganggu pikiran. Seharusnya aku tidak boleh cemas, tapi membayangkan harapan seluruh kelas bertumpu pada panggung ini dan Rin yang tidak kunjung hadir membuatku semakin merasa tegang.

Musik latar yang lembut mulai mengalun, menandai dimulainya adegan berikutnya. Suara teman-temanku yang berperan sebagai kurcaci memperkuat suasana panggung. Mereka melantunkan dialog dengan lancar, seolah-olah kami benar-benar berada di dunia dongeng.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk fokus pada peranku dan mengikuti alur cerita, tapi perasaan gelisah tidak kunjung hilang. Irisku kemudian tertuju pada salah satu penonton yang duduk di bagian depan.

Shiori? Kenapa dia ada di sini?

Aku tidak menyangka jika dia datang ke sini untuk menonton pertunjukan drama yang kelasku bawakan, padahal dia sangat tidak menyukaiku. Rasanya janggal.

Di bawah sorotan cahaya yang terang, aku berjalan menghampiri temanku yang berperan sebagai Ratu Jahat. Dia berdiri anggun di sisi panggung dengan gaun hitam panjang yang berkilauan di bawah lampu. Ekspresi wajahnya begitu meyakinkan, penuh keangkuhan dan kejahatan, hingga aku hampir lupa bahwa ini hanyalah akting.

Dia menyodorkan sebuah apel merah berkilauan padaku dengan senyuman licik. Sungguh, penampilannya sebagai Ratu Jahat begitu meyakinkan dan sempurna.

"Silakan, Putri. Cicipilah apel ini... warnanya begitu merah, aku sengaja memberikanmu apel terbaik dan termanis yang kumiliki." Suaranya mengalir licin seperti racun. Meski ini hanya akting, dia seolah-olah sedang benar-benar mengutukku.

𝗖𝗔𝗧 𝗔𝗡𝗗 𝗞𝗜𝗦𝗦 || 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐑𝐢𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang