8.

15 21 0
                                    

"Mmh.." Lenguhan sea menyadarkan naren yang sedang menahan kantuknya itu.

Naren mengubah posisinya yang tadinya bersandar di kasur rumah sakit menjadi duduk.

"Abang...kemana?" Sea menatap lekat laki-laki di samping nya itu, dia tidak tahu mau memulai topik darimana, keduanya canggung.
"Arsen..pulang sebentar, mau ambil barang katanya." Jelas naren tanpa menatap mata sea
"Udah baikan?" Tanya naren

Sea sedikit terkejut saat membuka mata,mendapati naren yang menenggelamkan wajahnya di tangan nya sendiri. Bagaimana bisa dia tahu kalau sea sakit? Dan kenapa dia mengkhawatirkan sea? Padahal ini hanya perjodohan, keduanya tak harus memiliki perasaan yang sama.

"Iya, tapi masih sakit disini." Sea menunjuk lengan kirinya. Bukan karena apa, tapi sea tertidur dengan lengan kirinya yang tertindih tubuhnya, karena itu mungkin lengan nya menjadi keram atau terasa pegal.

"Mau di pijetin?" Tawar naren
"Eh? Boleh?"
"Boleh."

Naren mulai memijat lengan sea, sea mulai rilex dan merasa tidak terlalu canggung dengan naren lagi.

"Tante sama om tadi kesini." Ucap naren, tangan nya masih memijat lengan sea.
"Bunda bilang apa?"
"Tadinya pengen ngobrol sama kamu, tapi ngga jadi soalnya kamu butuh istirahat"
"Bunda nitipin sesuatu ngga?"
"Bunda nitipin kamu ke saya."
"Bunda ada ada aja."

Sea dan naren tertawa garing. Dengan cepat mereka mengakrabkan diri, sebenarnya keduanya adalah tipe orang yang mudah bergaul, namun jika tidak di dekati duluan, dia tidak akan bisa akrab.

Suara tepukan dan tawa khas orang yang sea kenal mendekati ruangan sea. Sebenarnya ruangan sea itu hanya berisi satu kasur, agar tidak terganggu atau tidak enak pada pasien lain.

"SE-waduh ganggu kita, biy" Baru saja natha ingin berlari dan memeluk sea, dia dikejutkan dengan sea yang tertawa riang bersama naren.
"Lah iya?" Biyya kali ini menyetujui perkataan natha.

"Tunggu, aku bisa jelaskan" Sarkas sea seperti adegan-adegan selingkuh di sinetron
"Jelasin apa lagi mas?! Udah cukup! Aku muak!" Seakan menghayati, natha malah menambah dialog dan berakting 😁😁😁

Mereka tertawa bersama, biyya dan natha mendekati sea yang masih terbaring.

"Walah walah, ciee pegangan" Natha menunjuk tangan naren yang melingkari lengan sea, masih memijatnya.
"Apa si el, tangan gue ketekuk, Masih mending dari pada lu kalo gila suka mukul orang" Sea menatap natha dengan memincingkan mata, naren tersenyum kecil, dan berdiri dari kursinya, mempersilahkan teman sea untuk menjenguk dan memberi lebih banyak privasi untuk mereka.

"Duluan ya" Pamit naren dan keluar dari ruang inap sea.
Setelah naren keluar, natha dan biyya dengan cerewet menanyai dengan rentetan kalimat.

"Lu kok bisa sakit? Kok bisa dia ada disini? Udah mulai suka? Udah move on? Udah baikan?"

"Satu satu, el, biy." Sea hanya bisa tersenyum dengan terpaksa ketika kedua teman nya itu menginterogasinya.

Mereka bercanda tawa bersama, tak lupa biyya memberikan buah tangan yang di beli keduanya sebelum tiba di rumah sakit.

"Eh tau ngga, sekarang gue udah putus sama alrendra." Wajah sea kini menjadi masam mengingat apa yang membuat nya sakit. Untuk pertama kalinya, dia menyebut nama alrendra dengan lengkap, biasanya hanya aren.

"Sumpah? Demi?" Balas natha yang terlihat sangat serius mendengar cerita sea.
"Aseli, sei?" Kini biyya juga turut penasaran.

"Iya, aseli"
"Kok bisa?" Tanya biyya kembali.
"Avey."
"Trus rencana lo gimana?" Tanya natha kali ini
"Ya ga gimana-gimana lah?" Bingung sea, memangnya apa yang natha maksud?
"Maksud gue, lu mau nerima perjodohan itu sekarang?"
"Gatau"
"KHAELAHHH" Keluh natha, penonton kecewa.

SCERENTY LOVE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang