13.

19 23 1
                                    

Aveyra cintya. Gadis itu mendekat dan berdiri di samping narendra. Sedangkan narendra hanya diam saja, sebelum avey memanggil nya.

"...ren?"
"Naren.."

Naren mengalihkan pandangan nya, menatap siapa yang memanggilnya. Saat dia melihat siapa yang memanggilnya, ia lalu mengalihkan pandangan nya kembali.

"Ya? Ada yang bisa saya bantu?" Ucap naren dengan formal, seperti biasa. Namun.. Tatapan itu.. Berbeda sekali dengan tatapan naren saat bersama sea. Tatapan datarnya yang tajam, ditujukan pada avey? Tidak. Mungkin hampir semua perempuan di tatapnya dengan tajam.
"Ng.. Begini...kita kan dipilih menjadi ketua kelas dan aku wakil ketua kelas. Mohon bantuan untuk kedepan nya." Ucap avey dengan sedikit gugup.
"Tentu." Balas naren singkat.

Ting!

Suara notifikasi ponsel naren tidak begitu nyaring dan tidak begitu kecil. Setelah membaca pesan itu, naren langsung berbalik dan menghadap UKS.

"Permisi." Pamitnya pada avey.
"Oh? Iya.."

Melihat naren yang melihat ke arah UKS, membuat sea kelabakan dan segera duduk dan berpura-pura memijat kakinya.

"Ack! Ugh." Ringis sea, bersamaan dengan pintu UKS yang terbuka. Kemudian tertutup kembali.

Naren berjalan mendekat ke arah kasur sea. Sedangkan sea hanya bisa mematung.

Naren kemudian memiringkan kepalanya dan bersandar di kasur sea.

"Siapa yang ngelakuin ini?" Dari raut wajah naren, sepertinya dia kesal. Dan melihat luka-luka sea dengan intens.
"Mmm, ini salahku, kok."
"Udah diobatin?"
"Udah."

"..."

"...."

"Jangan terlalu formal sama aku." Ucap sea.
"Oh? Okay."
"Kamu juga jangan terlalu formal sama aku." Sambung naren kembali.
"Aku nggak formal kok??"
"Panggil 'kak' Aja atau 'rendra' " Jelas naren.

'Mmm, panggilan khusus?' pikir sea, karena sebagian orang memanggil nya naren, bukan rendra.

"Oke oke." Pada akhirnya sea mengiyakan.
"Mau ku bantu?" Tanya naren melihat plester dan perban di tangan sea.
"Nih." Sea memberikan plester dan perban nya kepada naren.

Saat naren sedang fokus menempel plesternya di bagian pipi sea, sea menatap naren lamat.

Fokus naren kemudian buyar ketika menyadari betapa dekatnya dirinya dengan sea. Dan sea yang sedari tadi menatapnya dalam-dalam.

"Kenapa?" Tanya naren dan menjauhkan wajahnya perlahan.
"Apanya?" Tanya sea kembali.
"Kok ngeliatin nya gitu banget? Nanti suka, loh." Goda naren, mungkin dia akan menyebalkan untuk kedepan nya bagi sea.

"Emang suka" Goda sea kembali, entah kenapa dia ingin mengatakan itu.

"..."

"....."

Pshhh

Rona kemerahan menyebar dari leher sampai wajah naren dengan cepat, dia tidak mengharapkan ini sebelumnya. Padahal beberapa detik lalu mereka sangat canggung, sekarang bahkan bisa saling mengejek. Walau naren tau bahwa itu hanya candaan, tidak bisa dipungkiri jika dia menerima kupu-kupu yang beterbangan saat bersama sea.

"Haha.. Apasih." Naren tertawa canggung, dan berusaha menetralkan detak jantungnya.

࣪ 𓏲

Kini mereka hanya menikmati waktu sambil menunggu jam pulang di UKS. Yah, bisa dibilang keduanya tak ingin membantu persiapan lomba karena itu begitu merepotkan.

Bel pulang telah berbunyi, sea duduk di depan ruangan UKS sambil menunggu kedatangan naren.

Naren mengambilkan tasnya karena sea yang masih dalam penyembuhan kakinya yang terkilir.

"Halo!" Sapa seseorang yang dikenal sea. Yaitu avey.
"Oh, iya. Halo kak vey." Sapa sea kembali.
"Kamu ada hubungan apa sama naren?" Tanya avey ramah dengan senyum cantiknya. Tak heran alrendra dan laki-laki lain nya jatuh hati pada avey yang bak selebritis ini. Sea bingung, kenapa avey menanyakan itu? Apakah ada rumor tentang dirinya dengan naren?

"Mhm.. Atau kamu adiknya ya? Naren pernah bilang kalau punya adik perempuan pas presentasi." Tebak avey dengan riang. Sepertinya avey suka kepada naren.

"Bukan, kok." Pernyataan sea membuat avey mengernyit. Sepertinya sea mengenal naren dengan baik.

"Terus, hubungan kamu sama naren apa?" Tanya avey sekali lagi.

Setelah mempertimbangkan apakah sea harus menjawab pertanyaan avey, baru saja sea ingin menjawabnya naren sudah tiba di depan UKS dengan menenteng tas sea.

"Ayo, sei." Ajak naren dan mengulurkan tangan nya, untuk menuntun sea.
"Ah, dah kak vey." Pamitnya kemudian menerima uluran tangan naren.
"Oh, iya..hati-hati."

࣪ 𓏲

"Mau mampir?" Tanya naren sembari memasangkan helm sea.
"Kemana?"
"Beli roti bakar." Tawar naren.
"Udah sore."
"Gapapa, toh biasanya kamu pulang sekolah sore-sore gini makan roti bakar bareng temen kamu, kan."
"Kok tau?"
"Aku dilan"
"Dilan 1945 inimah"

Keduanya tertawa. Udara segar sore hari itu menerpa rambut sea saat berada di atas motor naren. Melaju dengan kecepatan sedang, dan berhenti di depan penjual roti bakar yang biasanya sea beli.

"Bang, selai stroberi 2 yap."
"Siap neng."

Sembari menunggu pesanan nya selesai, sea membuka ponselnya dan tersenyum kecil saat dia flexing lagi kepada biyya.

Melihat pemandangan manis itu, diam-diam naren merasakan kehangatan dalam senyuman sea yang manis.

Tak lama, pesanan sea siap dan saat sea ingin membayar, tangan nya di tahan oleh naren.

"Biar aku aja."
"Ih, aku aja udah suka kakak mau nganter, sekarang mau beliin aku? Beliin aku rumah sekalian." Sea mengomel saat naren membayar roti bakar nya.
"Nanti aku beliin kalo udah nikah." Perkataan naren justru membuat sea yang tadinya kesal menjadi salah tingkah semester akhir.
"Apasih." Hanya kata itu yang bisa sea keluarkan saat malu. Sejak di putuskan dengan alrendra, sea sudah tidak merasakan kupu-kupu nya lagi. Namun kali ini naren berhasil membuat sea merasakan itu lagi.


To be continue.....
825 words.

SCERENTY LOVE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang