Lana membuka matanya perlahan, terik mentari menusuk pupilnya melalui sela-sela daun yang kian gugur dari pohonnya. Mereka belum pernah melihat musim ini sebelumnya, karena di negarinya dahulu hanya terdapat dua musim saja.
Lana mengingat kembali mimpinya barusan, lalu melirik rekan termasuk teman lama yang sudah satu tahun penuh bersamanya. Kini Lana bukan lagi anggota, tapi seorang Komandan Fraksi Devil Wears. Satu tahun yang lalu, tepat setelah kelompoknya kehilangan salah satu anggota, mereka memutuskan untuk membubarkan kelompok dengan keputusan yang mutlak. Lana pun menghubungi teman-teman lamanya yang berada di berbagai fraksi, dengan otoritasnya sebagai komandan, Lana berhasil menyatukan mereka dalam satu kesatuan.
Dia bangkit, berjalan pergi dengan langkah pendek, meninggalkan teman-temannya yang masih terlelap. Sebenarnya bukan maksud untuk tertidur di tengah jam jaganya, tetapi itu bukan masalah karena dia terlalu sensitif dengan hawa keberadaan God. Kedatangan mereka selalu mengusik hidupnya sejak perang dimulai.
Lana berjongkok, memandang pantulan wajahnya di air yang tenang.
"Hanya orang gila yang mencuci tangan tapi tetap menggunakan sarung tangannya," canda wanita di belakangnya. Itu adalah Alexa, wakilnya di kelompok ini.
"Terdengar menghina sekali," balas Lana.
Alexa tertawa kecil. "Kau tidak pernah melepasnya karena itu anti air dan tidak mau ribet, 'kan?" tanya Alexa.
"Anggap saja itu sebagai alasan," jawabnya.
"Lana, biarkan aku bertanya soal kelompokmu yang dulu. Nasib kalian semua berubah, 'kan?" tanya Alexa memancing.
"Yang berubah adalah kami yang tidak lagi bertarung bersama ... hanya itu. Sisanya tetap sama karena tujuan kita adalah untuk bertahan hidup." Lana meneguk sedikit mata air yang berada di belakang rawa.
"Kau tetap tidak berniat untuk berkata jujur ya?" tebak Alexa setengah kesal. "Kita sudah mengenal hampir sepuluh tahun loh," lanjutnya.
"Kalau penasaran, coba tanya pada Chrollo atau rekan lamaku yang lain!" titah Lana, wanita itu pun kemudian meninggalkan Alexa.
Alexa menghela napas panjang, sudah pasrah, toh dia pikir nanti mereka juga akan mengetahui alasan Lana. Lagi pula, Lana memang begitu, dulu dia wanita yang positif dan pernah menjadi panutannya. Alexa sadar dulu dia bukan apa-apa, sering dibantu oleh Lana dalam masalah pertemanan maupun keluarga, level mereka jelas-jelas berbeda.
Apalagi dinding wanita itu semakin tinggi sekarang.
Ketika Lana dan Alexa kembali, empat wanita lainnya sudah terbangun dari tidur nyenyak mereka. Ada Iori dan Raney yang sedang mengumpulkan nyawa, sedangkan Maera dan Sora menyambut kedatangan mereka dengan sedikit sapaan pagi.
Setelah menyantap persediaan sarapan sedikit, mereka kembali meneruskan perjalanan ke Kota Lama, sebuah tempat yang menjadi pintu masuk ke sarang God di ujung Selatan.
"Sebelumnya Lana sudah pernah masuk 'kan, ke sarang God dengan timnya yang dulu?" tanya Iori.
"Benar. Tapi hanya perbatasan karena Kota Lama berada di bagian dalam," jawab Lana.
"Menurut rumor, Kota Lama dihuni beberapa masyarakat yang masih hidup!" kata Maera bersemangat.
"Kalau pun iya, rasanya lebih buruk dari neraka!" ujar Alexa bersemangat.
"Memang kau pernah merasakan neraka?" tanya Lana.
Sora menyahut, "Tidak perlu dibahas, nanti juga kita mampir ke neraka."
Mendengar kalimat yang tidak lucu ini membuat para wanita itu saling beradu mulut, mereka menyanggah ucapan Sora yang mengajak mereka mampir ke neraka nanti. Lana melihat betapa serunya perbincangan teman-temannya, tapi dia memilih untuk diam dan hal itu mencuri perhatian Alexa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indonesian War: Black Sword
FantasíaKeinginan untuk hidup dapat membuat manusia lebih kuat ketimbang mereka yang memiliki potensi dalam bertarung. Akan tetapi, kedua hal itu dimiliki oleh Lana-sang pemimpin wanita di salah satu kelompok dari Fraksi Devil Squad. Tepat setelah perang t...