Semenjak musim dingin datang, Lana, Chrollo dan anggota mereka telah memutuskan untuk tinggal sementara waktu di sebuah gedung teater yang terbengkalai. Gedung tersebut hanya berjarak sepuluh sampai lima belas kilometer dari tempat anggotanya yang lain berada saat ini. Dengan musim yang ekstrem ini mereka tidak sepenuhnya yakin akan bertahan hidup jika memaksakan diri untuk bertarung.
Cadangan makanan mereka masih tersisa cukup banyak dan dapat digunakan sampai bulan depan, sekitar lima belas hari ke depan sebelum berpindah ke bulan berikutnya dan menikmati musim yang baru. Lana mengunyah roti coklatnya dengan menggenggam sebotol air di tangan yang lain, dia menghampiri Chrollo yang termenung sendirian.
"Akhir-akhir ini kita tampak seperti pengangguran," kata Lana.
"Iya,"sahut Chrollo. Dia meletakkan telapak tangannya di atas air dalam kolam teratai. "Kakak bilang, teratai salju sangat berguna bagi kehidupan."
"Contohnya?"
"Bunga ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit, meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita juga bisa dibuat kue juga," jawabnya.
Alis Lana berkedut saat mendengar jawaban Chrollo barusan. "Kau yakin?"
Chrollo menyentuh bunga teratai salju dengan tangannya. Air dingin itu terasa menusuk sampai ke tulang dan membuat tangan kanannya mati rasa. Namun, Chrollo masih bersikeras mengusap bunga tersebut.
"Dia juga suka teratai salju? Kakakmu itu," tanya Lana.
Chrollo mengangguk. Akhirnya mengeluarkan tangannya dan menggunakan sapu tangan kusut untuk mengeringkannya. "Nama asli teratai adalah Nelumbo Nucifera, itu yang dikatakan kakakku dan dia sangat menyukainya."
"Apa kau pernah memberikan bunga pada seseorang?" tanya Chrollo. Pria itu mengeluarkan bungkus rokok terakhirnya, hanya tersisa lima batang saja dan hal itu membuat Chrollo berdecak.
"Kau ini ... memangnya aku wanita seperti apa?" tanya Lana terkekeh.
"Pasti pernah, 'kan? Ke sosok yang menjadi tujuanmu itu?" tanya Chrollo terus memancing Lana.
Lana menggeleng. "Aku tidak suka bunga, jadi tidak melakukannya."
Chrollo tertawa keras, membuat rekan mereka yang lain memfokuskan perhatian mereka padanya. Bagi mereka mungkin tawa Chrollo adalah hal yang langka. Bagaimana tidak? Chrollo adalah pria berwajah dingin sepanjang hari. Dia tidak bicara kalau bukan menyangkut hal yang penting. Tidak di sangka, orang dari masa lalu memang memiliki tempat tersendiri di dalam hatinya. Selain Lana, hanya Sasha dan Kenno mampu membuatnya kesal sepanjang hari karena lelucon basi mereka.
Chrollo mengambil satu teratai salju dan memberikannya pada Lana. "Ini ... berikan pada sosok itu," ujar Chrollo.
"Aku tidak suka memberi seseorang bunga," tolak Lana.
Chrollo mengembalikan teratai salju ke habitatnya. "Apa karena kau wanita? Jadi, memiliki harga diri untuk menyerahkan ini pada seorang pria?"
"Bukan. Karena aku sudah memberikannya pedang," jawab Lana.
"Di pedang itu terukir namanya, caramu mengungkapkan perasaan sungguh aneh!" ejek Chrollo.
"Lebih baik ketimbang diam saja sampai sosok itu diambil orang," balas Lana.
"Kau mengejekku?!" Chrollo melotot marah, membuat Lana tertawa.
Chrollo pun meninggalkan Lana yang berjongkok di depan kolam teratai salju sendirian. Entah ke mana kaki pria itu akan melangkah, yang pasti dia sedang berusaha untuk memantau keadaan di sekitar sana. Sepeninggal Chrollo, atensi Lana terfokus pada vribating bracelet yang terletak di sebelah jam tangannya. Agak aneh memang menggunakan jam tangan dan gelang di satu pergelangan tangan yang sama, tetapi bukan Lana kalau tidak begitu. Dia mudah ditebak apalagi oleh Alexa, tapi kadang kala dia juga di luar dugaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indonesian War: Black Sword
FantasyKeinginan untuk hidup dapat membuat manusia lebih kuat ketimbang mereka yang memiliki potensi dalam bertarung. Akan tetapi, kedua hal itu dimiliki oleh Lana-sang pemimpin wanita di salah satu kelompok dari Fraksi Devil Squad. Tepat setelah perang t...