Raney berjalan pelan menuju Lana yang sedang menyantai di tepi atap, dia berdiri di samping wanita itu sambil menikmati gemintang di malam gelap. Sama-sama tak memiliki rasa takut. Raney menoleh untuk memandang Lana sampai tatapan mereka bertemu untuk sesaat. Lana pun mengubah posisinya menjadi duduk, menghadap ke depan dan membiarkan satu kaki di atas sementara kaki lainnya jatuh ke bawah.
Raney menghela napas panjang yang terdengar lelah bagi Lana. Wanita itu meletakkan sebotol cola di samping temannya, meski sadar bahwa Lana tidak mengonsumsi minuman tersebut, dia mengatakan bahwa hanya ini yang tersisa, tidak ada kopi seperti yang biasa diminum Lana—seperti americano.
"Habiskan saja! Aku tidak mau bolak-balik ke kamar mandi," titah Lana.
Raney tersenyum kecil, dia meneguk sekaleng cola yang dia ambil dari mesin minuman instan di gedung dengan paksa, tidak menyangka bahwa masih dapat merasakan nikmatnya minuman berperasa.
"Jangan-jangan kau memecahkan kaca mesin minumannya ya?" tebak Lana.
Raney menyengir, lalu mengangguk. "Seratus persen betul. Aku sempat ketahuan oleh orang bernama Ryota tadi, pria itu memergokiku dan aku hanya bisa meminta maaf."
"Apa reaksinya?" tanya Lana.
Raney diam sesaat, mengingat kembali ekspresi Ryota sebelumnya. "Dia hanya tersenyum maklum, kemudian berkata kalau minuman di mesin itu untuk persediaan sebenarnya."
"Aku yakin kau merasa bersalah padanya, karena kau orangnya seperti itu." Lana berdiri, membersihkan pakaiannya yang kotor terkena debu dan menyadari sesuatu.
Krak! Krak!
Lana melirik ke belakang lewat ekor matanya, saat mereka berdua benar-benar berbalik, Lana segera menendang lengan Raney agar menjauh. Akibatnya, hantaman Demi-god mengenai Lana dan membuat lengannya terluka. Mereka sama-sama terlempar ke tepi atap tak berpagar.
"Bedebah kau!" umpatnya.
"Lana, lihat! Mereka juga sedang bertarung!" teriak Raney.
Lana mengeluarkan pedangnya. "Jumlah yang di sini tak sebanyak di bawah, kita selesai secepat mungkin!" putus Lana.
Sebagai dominan dalam bertarung menggunakan pedang, Lana segera berlari untuk membasmi para Demi-god, sedangkan Raney berfungsi sebagai pendukungnya. Sialnya, Raney meninggalkan setengah amunisi di dalam tas yang terletak dekat meja tempat mereka bermusyawarah sebelumnya.
Raney membuang senapan, mengeluarkan pedang untuk menjaga punggung Lana. Meski lebih identik sebagai petarung jarak jauh, dia sangat lihai dalam menangkis serangan—tapi kemampuan menyerangnya justru tak cukup mumpuni.
Lana melihat kondisi lengan kanannya yang mengeluarkan darah. Bagi manusia normal, tangan kanan lebih dominan ketimbang tangan kiri, tapi jika tangan yang lebih berguna itu terluka maka Lana harus mengandalkan yang lainnya.
Wanita itu mengeluarkan pedang cadangannya, menarik pedang tersebut dari sarung pedangnya. Kali ini pedang biasa bernama Black Sword, sebuah pedang bermata dua yang membutuhkan berbulan-bulan bagi Lana untuk menguasainya. Lebih lama ketimbang Pedang hologram. Pedang bermata dua sangat berisiko bagi penggunanya, bagaimana tidak? Pedang tersebut dapat memotong dari segala arah, jika salah mengayunkan pedang saat bertarung maka pedang tersebut dapat melukai siapa saja termasuk sang pengguna.
Lana membelah Demi-god menjadi lima, tepat pada lengan kanan dan kiri, serta bagian ginjal kanan dan kiri. Dia menghiraukan monster yang sudah memercikkan darah pada wajahnya itu untuk sekadar mengecek kondisi Raney.
Raney terengah-engah di belakangnya. "Tidak apa, kita berhasil!" pekik Raney yang sedang mengacungkan jempol ke arahnya.
Kondisi teman-teman mereka bisa jadi lebih parah dari yang mereka berdua bayangkan. Bertarung sembari melindungi orang lain itu merepotkan, apalagi jika yang dilindungi tidak memiliki senjata untuk bertahan. Setidaknya meski tidak melancarkan serangan, manusia harus dapat bertahan dan menghindari serangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indonesian War: Black Sword
FantasyKeinginan untuk hidup dapat membuat manusia lebih kuat ketimbang mereka yang memiliki potensi dalam bertarung. Akan tetapi, kedua hal itu dimiliki oleh Lana-sang pemimpin wanita di salah satu kelompok dari Fraksi Devil Squad. Tepat setelah perang t...