Bab 14: The Killing Vote

11 2 0
                                    

Mereka yang akhirnya sampai di markas disambut oleh tatapan membunuh dari para prajurit yang berlalu lalang dalam markas organisasi tersebut. Kanna menundukkan kepalanya dalam, kedua tangan wanita itu digandeng oleh Kazama dan Ryo, mereka memahami kalau orang-orang itu berusaha untuk menyudutkan mereka. Cukup lama berjalan, mereka tidak menyangka bahwa akan digiring ke penjara bawah tanah. Lana yang menyadari maksud tersembunyi Saga pun segera mengeluarkan senjatanya, tapi ajudan Saga sudah mengepung wanita itu dan membuatnya tidak dapat berkutik.

Untuk sementara waktu anggota Lana dan ketiga orang asing itu akan berada di  penjara sebagai bentuk pengamanan. Melihat bagaimana kelompok ini begitu melindungi dan membela Ryo, Kazama dan Kanna.

"Letakkan!" titah Saga.

"Kau yakin?" tanya Lana.

Saga mengangguk. "Ini perintah dari Wakil Jenderal," ujarnya.

"Begitu ya. Apa aku juga akan masuk ke sana?" tanya Lana.

"Tidak. Anda ikut bersama kami," jawab Saga.

Tidak ingin membuat keributan, Lana memerintahkan anggotanya untuk masuk ke dalam sel dan berkata dirinya akan segera kembali setelah mengatasi masalah ini. Dia akan menanggung semua masalah yang telah mereka perbuat selama ini, termasuk membawa orang asing dan telah melatih mereka secara mandiri.

Jelas melanggar aturan yang tertulis dalam organisasi tersebut. Namun, mereka tidak membahas perihal aturan saat ini, tapi kemanusiaan.

Sepeninggal Saga yang telah melucuti semua senjata termasuk membawa pedang mereka, hanya keheningan yang menyelimuti Alexa dan teman-temannya. Jujur Alexa sangat mencemaskan keadaan Lana ketimbang nasib mereka sekarang. Wanita itu sendirian menghadapi para komandan dan Wakil Jenderal, dia tidak suka berdebat seperti Sora atau Maera yang sering beradu mulut. Lana mungkin akan menerima hukumannya setelah ini.

"Wakil Jenderal itu siapa namanya?"

Pertanyaan Kanna membuat Maera melotot dan sontak membungkam mulut wanita itu. Dia melirik para penjaga yang masih asyik mengobrol di depan sel. Sungguh, rasanya mencari mati kalau ada yang penasaran perihal nama asli Wakil Jenderal yang jarang dibicarakan atau hanya para petinggi yang mengetahuinya. Wakil Jenderal sendiri sangat membenci orang-orang mengetahui namanya, dia mengatakan bahwa anggap saja pria itu tak memiliki nama karena sudah membuangnya sejak lama.

Lana pernah bercerita, semua berawal dari kematian adik Jenderal dan Wakil Jenderal dahulu. Dia wanita hebat, all rounder kebanggaan organisasi ini. Namun, nasib naas menimpa wanita itu saat berusia sembilan belas tahun, dia harus tewas di tangan God seperti Amura.

Dia bisa bertahan jika bantuan datang sedikit lebih cepat. Akan tetapi, wanita itu terus maju tanpa pikir panjang, dia mengambil risiko yang tidak semua orang mampu menghadapinya. Prinsipnya hanya satu, melindungi apa yang tidak bisa dilindungi oleh orang lain. Untuk beberapa alasan Wakil Jenderal juga sangat membenci Lana, karena dia terlalu mirip dengan adiknya. Mengingatkannya pada si bungsu yang sudah lama tiada.

"Kau tahu istilah 'dinding yang mendengar' bukan?" tanya Iori sambil meletakkan tangannya di dinding.

Kanna menggeleng.

"Istilah 'dinding yang mendengar' itu adalah kau tidak boleh membicarakan apa pun yang membahayakanmu di tempat tertentu, mengapa? Karena pesan itu akan sampai pada orang yang bersangkutan. Banyak telinga, mata dan mulut di sini. Kau harus berhati-hati!" jelas Iori.

"Bagaimana keadaan Lana saat ini?" tanya Raney cemas, dia menggigit jari-jarinya.

"Lana akan baik-baik saja. Kita percayakan semuanya pada Lana." Alexa menatap penjaga sel mereka dengan intens.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indonesian War: Black SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang