Chapter 2: Lama

20 7 2
                                    

Lana menjadi pusat perhatian karena auranya yang menyeramkan. Di mata mereka tentu saja membingungkan, Lana begitu dingin dengan tatapan menusuk yang tak bersahabat, tapi mengizinkan anggotanya berbagi sedikit makanan dengan mereka. Lana juga mengenakan pakaian yang berbeda dari anggota lain. Meski menggunakan jubah hitam dengan logo Devil Wears yang sama di belakangnya, tapi penampilan wanita itu paling mencolok.

Bagaimana tidak? Dia mengenakan baju gaya kimono dengan lengan panjang di bagian kanan dan pendek pada kiri, dengan garis-garis vertikal berwarna biru langit. Celananya pun pendek setengah paha berwarna hitam. Ditambah sarung tangan lengkap serta stoking yang sudah sobek. Orang Indonesia jelas tidak mungkin menjahit seragam perangnya dengan model seperti itu tanpa sebab.

"Aku akan naik ke atas gedung," ujar Lana.

"Iya, serahkan yang di sini pada kami!" balas Iori.

"Ketika Lana berjalan, mereka terus menatapnya." Alexa tiba-tiba membuka mulut.

Raney menyahut, "Mungkin karena dia berbeda. Meski unsur pakaian kita semua gelap seperti tema di sebuah acara kampus, tapi Lana mencolok dengan gaya kimononya."

"Lalu sekarang bagaimana? Kita bagikan setengah persediaan pada mereka?" tanya Sora.

Maera berkata, "Boleh, agar mereka tidak menatap kita setajam itu."

Senyum mengembang di bibir para anggota, mereka berusaha menarik perhatian penduduk, terutama anak-anak yang tentunya merasakan kelaparan. Ada beberapa yang menerima pemberian mereka dengan senang hati, sebagian lainnya masih menolak secara mentah-mentah.

Di tempat lain, tepat di atap gedung pencakar langit yang masih berdiri dengan gagah, Lana merebahkan diri di tepi gedung tanpa pagar dengan menggunakan tasnya sebagai bantal. Teman-temannya berdecak kesal dari bawah, tidak pernah memaklumi tindakan berbahaya wanita itu. Kebiasaan buruknya selalu muncul kapan saja.

Matahari yang terbenam begitu elok di mata Lana, tapi mengingat kembali bagaimana hari esok lebih mengerikan dari sekarang, membuat otaknya kembali tidak tenang. Manusia harus dapat melewati malam ini untuk menghadapi hari esok. Kalimat itu sering dilontarkan oleh Amura saat mereka masih bersama dahulu.

"Aku tidak boleh mati di sini," gumamnya.

"Anu ... apakah kami juga boleh memintanya juga? Sedikit makanan darimu."

Lana membuka mata, dia segera mengeluarkan roti dari tas dan memberikannya pada sekumpulan orang itu. Lana berbalik, kemudian melebarkan mata saat mengetahui siapa salah satu pria di hadapannya. Tangan Lana mengepal kuat, dia tersenyum tipis tanpa disadari orang-orang itu.

"Boleh ya?"

Lana mengangguk dan memberikannya tanpa menatap mata mereka. Dia pergi dengan jantung berdegup kencang. Tujuan terakhir dan terbesarnya, alasan baginya untuk tidak mati ... telah dia temukan.

***

Malam pun kembali menyapa, anggota Devil Wears termasuk Lana berkumpul di salah satu tempat kosong yang disediakan oleh kepala penduduk. Mereka mendapatkan tempat itu untuk istirahat sementara waktu, karena sudah bersedia berbagi makanan sebelumnya. Anggota Devil Wears yang satu ini juga tampak berbeda. Tak seperti para penyintas yang sudah pernah singgah di sana, mereka satu-satunya yang menunjukkan kepedulian sebagai sesama manusia.

"Jelaskan informasi hari ini!" titah Lana.

Bagi Alexa tentu saja itu terdengar blak-blakan apalagi di hadapan orang baru. Dia memilih menutup mulut hari ini, tersenyum sambil mengangkat bahunya dua kali.

"Karena kalian juga memahami bahasa kami, izinkan kami memperkenalkan diri. Nama saya adalah Izumi Ryota, saya adalah kepala penduduk di sini." Pria yang berumur sekitar tiga puluh tahunan itu, membungkukkan badannya sembilan puluh derajat diikuti penduduk lain.

Indonesian War: Black SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang