Bab 13: The Winner

3 2 0
                                    

"Ck, bukan bermaksud tidak sopan. Tapi aku terlalu lemah untuk berhadapan dengan pria tampan," ujar Raney tanpa dosa, dia menyimpan pedangnya dan membantu Maera berdiri. 

"Sudah kubilang, Raney lebih parah dari aku!" sungut Alexa pada Sora.

"Sesama maniak pria tampan tidak boleh saling menghina," kata Kazama.

"Diam saja kau pria tampan!" cerca Maera.

Lana yang masih terduduk di lantai hanya menyimak perdebatan kecil itu. Dia tidak berminat menyahut atau pergi dari sana, tenaganya terkuras karena dikeroyok anggotanya sendiri. Sebenarnya tidak masalah bermain curang, tapi kecurangan yang dirinya maksud tidak merujuk pada satu melawan lima, beruntung Chrollo datang di waktu yang tepat.

Lana menyimpan pedangnya. Tangannya mengusap keringat di sekitar dahi sampai pelipis, napasnya sangat stabil, tapi jika caranya begitu siapa yang tidak kelelahan? Mereka sungguh picik, batin Lana.

Ryo mengulurkan tangannya pada Lana. Mulanya pria itu menggunakan tangan tangan, tapi menggantinya dengan tangan kiri karena tangan yang satunya terluka parah saat menangkis serangan Lana tadinya. Akan tetapi, rupanya tidak hanya Ryo yang bersikap demikian, Chrollo juga menghampiri Lana lalu mengulurkan bantuan.

Lana tidak akan memilih salah satu, dia menggenggam tangan mereka berdua dan berdiri.

"Tidak bisa memilih pria tampan ya?" tanya Alexa.

"Itu karena tanganku masih lengkap," jawabnya enteng.

Lana ingin melangkah pergi sebelum suara Ryo mengalihkannya. "Izinkan aku menjadi pedangmu!" ujar pria itu.

Lana mengepalkan tangannya dan meletakkan kepalan itu di dada Ryo, memberikan pria itu semangat. Dan aku yang akan melindungimu, batin Lana.

"Woah, apa aku sedang melihat drama kolosal di sini?" tanya Alexa memancing Lana.

"Kisah romansa yang tragis, jangan sampai berakhir sad ending ya!" teriak Maera.

"Pasangan baru kita!" ejek Sora dan Raney serempak.

"Aku tidak suka lelucon kalian!" sungut Lana, dia mendorong Ryo melalui kepalan tangannya sebelum pergi.

"Marah 'kan jadinya," tutur Iori, dia satu-satunya yang tidak meledek Lana barusan.

"Kan cuma bercanda," bela Alexa.

***

"Kau babak belur," ujar Iori.

"Maaf merepotkanmu," balas Ryo.

Iori saat ini tengah mengobati luka lebam di bahu, lengan, wajah bahkan tangan yang tersayat oleh pedang Lana tadi. Sebuah keberuntungan jikalau Ryo masih hidup sampai saat ini bahkan mendapatkan kemenangan melalui dukungan Alexa dan Sora. Mereka berdua tidak sepadan dengan keterampilan yang dimiliki Lana, yang benar-benar setara dengan wanita itu adalah Maera.

"Jika dibandingkan dengan Lana, kau masih lamban dalam merespon serangan yang beruntun. Apa kau gugup?" tanya Iori.

"Tentu saja. Lawanku adalah sosok yang terlatih. Mungkin tak sepenuhnya benar jika wanita selalu lebih kuat dari pria," jawab Ryo.

Setelah mendapatkan jawaban dari Ryo, Iori kemudian menutup mulutnya rapat-rapat. Dia pun memilih fokus mengobati luka-luka Ryo dengan telaten. Lagi pula masih ada empat orang lagi yang mengantre di belakangnya. Siapa lagi kalau bukan Alexa, Maera, Sora dan Raney? Tidak disangka meski mendapatkan kemenangan, kondisi mereka jauh dari kata baik-baik saja.

Walaupun Chrollo tidak serius, tetapi luka gores di lengan Maera dan Raney cukup parah. Di tengah pertarungan pria itu berkata dirinya hanya menggunakan tiga puluh persen saja kemampuannya, hal itu tentu membuat Maera dan Raney merasa terhina. Akan tetapi, meski bekerjasama pun tetap kalah telak dari Chrollo. Latihan seperti apa yang Chrollo lakukan sampai dirinya dapat sekuat itu?

Indonesian War: Black SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang