Malam ini terasa begitu dingin, Lana mengeratkan jubahnya ke seluruh tubuh, tiba-tiba saja dia merasa menggigil. Lana ingat bagaimana kondisi tubuhnya saat tidak enak badan, dia jelas dapat membedakan itu. Lana membuka perban di lengan kirinya, dia meneliti luka yang kian sembuh itu, dapat disimpulkan bahwa kondisinya saat ini seharusnya baik-baik saja dan luka itu bukan penyebab utamanya.
Lana beranjak dari duduknya, dia berjalan-jalan di sekitar gedung dan berhenti di sebuah wanaha permainan. Dulu sekali, sebelum lulus sekolah dan berpisah untuk meraih mimpi mereka masing-masing, dia dan teman-temannya sering meluangkan waktu untuk makan di luar atau bermain di Timezone bersama. Lana tersenyum kecil kala momen itu terlintas dalam benaknya. Wanita itu berhenti saat bulan tertutup awan dan kegelapan pun menyapa.
Lana kembali berjalan, lalu berhenti di wanaha khusus olahraga. Wanita itu meraih bola basket berwarna orange, dia melemparnya ke dalam ring tapi berunjung gagal. Lana tertawa sendirian mengingat kemampuannya yang buruk jika menyangkut mata pelajaran olahraga, yang paling baik hanya dalam berlari maraton saja.
Lana mengulang kembali lemparannya dan membuahkan hasil yang cukup bagus. Saat pergi ke Timezone, sasaran utama dirinya adalah bermain tembak-tembakan atau lotre ketika Alexa menyarankannya. Masa muda itu tidak dapat ditukar dengan apa pun di dunia ini, tetapi masih banyak dari anak remaja yang malah menyia-nyiakan waktu mereka untuk kegiatan tidak berguna. Mereka bermain tanpa tahu waktu, lalu pulang larut malam dan mendengar omelan dari orang tua mereka. Terkadang masih ada yang menjawab wejangan orang tua mereka tanpa sadar karena berpikir haknya dimanipulasi begitu saja. Mereka tidak memahami bagaimana kerasnya orang tua dalam memperjuangkan hidup layak bagi seorang anak.
Kemudian, semua sudah terjawab sekarang. Perang pecah tiga tahun yang lalu dan para remaja berusia lima belas sampai tiga puluh tahun wajib turun ke medan perang dengan imbalan yang sepadan. Lana tidak sengaja menginjak dompet berwarna merah muda, wanita itu mengambilnya lalu membuka isi dompet tersebut. Atensi Lana untuk pertama kali terarah pada sebuah foto keluarga yang apik dan harmonis. Anggota keluarga yang berisi empat orang, seorang ayah, ibu, kakak laki-laki dengan seragam dokternya serta adik perempuan yang mengenakan seragam sekolah menengah atas.
Bagaimana nasib mereka saat ini? Apakah mereka sudah mati dan bertemu di surga? Atau malah masih bertahan hidup dengan menyedihkan?
"Apa kau juga merasa kedinginan?" tanya Chrollo, menuruni tangga eskalator dengan santai sambil mengisap sebatang rokok.
"Ada yang aneh malam ini," ujar Lana.
"Bahkan angin pun tak berembus. Aku berada di atap selama ini, debu saja tidak bergerak di atas sana." Chrollo berjalan melewati Lana dan berhenti di depan dinding yang menjulang tinggi sampai lantai berikutnya. "Bersiaplah, Lana."
Chrollo mengeluarkan pedangnya untuk menyambut Demi-god yang menghancurkan dinding sesaat kemudian.
"Bagaimana bisa?" tanya Lana yang sama sekali tak menyadari kedatangan para mahluk hina itu.
***
Tiga bulan kemudian.
Musim dingin telah menyapa. Selepas berdoa di kuil yang menjadi satu-satunya tempat ibadah di Kota Lama, akhirnya Ryo dan kedua temannya memutuskan untuk memulai perjalanan bersama Alexa dan kelompoknya. Mereka bertiga akan menjadi pendukung dalam pertarungan di garis belakang. Semakin banyak anggota, semakin baik dan semakin cepat dalam pembantaian.
Alexa dan yang lain menunggu dengan sabar acara perpisahan yang dilakukan Ryo dengan keluarganya, begitu pula Kazama dan Kanna. Keadaannya tidak jauh berbeda dari yang mereka alami dahulu. Selama tiga bulan penuh Alexa memimpin latihan sebagai wakil ketua kelompok ini dan akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan baginya. Ya, meski tidak dipungkiri kalau dia harus menghadapi sikap narsis Kazama setiap hari dan akan berlangsung lebih lama lagi ke depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indonesian War: Black Sword
FantasíaKeinginan untuk hidup dapat membuat manusia lebih kuat ketimbang mereka yang memiliki potensi dalam bertarung. Akan tetapi, kedua hal itu dimiliki oleh Lana-sang pemimpin wanita di salah satu kelompok dari Fraksi Devil Squad. Tepat setelah perang t...