18. Chapter 18🍁🍂

1.2K 133 29
                                    

Jian memandangi sebuah list yang sudah lama tidak ia lihat.

"Baru satu". Tuturnya.

"Kapan semua ini bisa ke coret?". Tanyanya ke dirinya sendiri.

Jian menaruhnya ke dalam laci semula. Di pikiran Jian terlintas tentang kondisi Cakra.

"Gimana keadaan bang Cakra?".

Diri Jian diliputi rasa cemas.

"Apa gue telfon bang Naufal ya?". Jian melihat sekeliling.

"Baru inget hp gue dibawa sama bang Naufal".

"Apa gue harus pinjam hp dokter aja". Ide itu tetiba muncul di otak Jian.

"Dokter paling bentar lagi kesini". Ucapnya.

Selagi menunggu kedatangan dokter Jian berjalan menuju ke arah jendela yang langsung menghadap view ramainya kota Jakarta.

"Gue kangen beraktivitas kaya dulu, gue kangen sekolah tapi.. kalo ke sekolah ujung ujungnya gue bakal di bully lagi sama jaya, kok gue ga seberuntung orang lain ya?".

"Jian?".

Jian reflek menoleh ke belakang, dan ternyata ada dokter yang sedang membawa bubur.

"Loh, dari kapan dokter disini kok Jian ga tau?". Tanyanya setelah menoleh kebelakang.

"Baru aja masuk, kamu asik liat ke arah luar jadi ga tau dokter udah masuk". Jelas dokter.

Jian hanya tertawa kecil.

"Dok, Jian boleh pinjam hp dokter ga?". Sembari berjalan menuju ranjangnya.

"Boleh, tapi untuk apa Jian?".

"Mau menghubingi bang Naufal dok, dokter nyimpen nomer bang naufal kan?".

"Iya Jian dokter simpan". Jawab dokter yang membuat ukiran senyuman kecil Jian di wajahnya.

"Tapi makan dulu okee". Lanjut ucap dokter.

"Iya dok".

Bubur yang masih ada uap panasnya, dan Jian memakannya dengan telaten, ia tiup setiap akan memasukan buburnya ke dalam mulutnya.

Disela makannya itu Jian bertanya ke dokter yang sedang menatap Jian menyantap buburnya itu.

"Dok, Jian boleh bertanya ke dokter?". Ucapnya sedikit ragu.

"Boleh Jian, mau tanya apa hem?".Dengan senang hati dokter mempersilahkan Jian untuk bertanya.

"Eumm... apa Jian bisa donorin jantung Jian ke orang lain?".

Pertanyaan Jian membuat dokter mengerutkan keningnya.

"Ke siapa Jian?". Alih alih dokter menjawab pertanyaannya Jian, melainkan bertanya balik ke Jian.

"Ke.. Abang Jian dok, sekarang Abang Jian butuh sekali pendonor jantung, Jian ga mau Abang Jian sakit".

"Jangan ya Jian, dokter bantu cari pendonor untuk Abang Jian". Tolak dokter.

"Dok.. tapi kan saya sudah tidak bisa disembuhkan lagi, penyakit Jian seolah-olah sudah menguasai tubuh Jian, dan diakhiri hidup Jian, Jian akan mendonorkan jantung Jian ke Abang Jian".

Dokter yang sudah tidak bisa menahan tangisan itu pun pecah dihadapan Jian.

"Kenapa dokter nangis?". Tanyanya.

"Dokter terharu sama kebaikan Jian". Jawabnya.

"Dok, sekarang bisa telfonkan bang Naufal?".

"Iya dokter telfonkan".

Jian juga Ingin di sayang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang