Penyesalan🍂

1.9K 140 15
                                    

Pemakaman Jian dihadiri oleh banyak orang, dari keluarga besar sekolah SMP negeri 2 Adiwiyata turut datang juga, suara tangisan terdengar di area pemakaman Jian, langit pun ikut menangis, rintik hujan membasahi pemakaman Jian yang baru saja ditaburi bunga, semua merasakan kesedihannya.

Orang orang sudah mulai pergi dari area pemakaman, tersisa keluarga dari Jian, ibu dari Dira datang dan ayah dari Dipta masih disana, Bayu masih terus melamun memandangi nisan Jian, Naufal belum bangun dari pingsan-nya ia sudah hampir 5 kali pingsan, Haidan memeluk batu nisan milik Jian, Mahesa memeluk erat Raden, dan Cakra terduduk diatas kursi roda menangis sembari memeluk bingkai foto Jian, kata maaf terus terlontarkan dari mulut saudaranya.

"Kita pulang, hujan sudah semakin lebat, Jian sudah tenang diatas" ucap nenek, karena hujan semakin lebat.

"Aku masih mau disini, nemenin Jian, dia nanti sendirian kalo kita tinggal". Ucap Haidan kakak dari Jian.

"Haidan kita pulang, nanti kamu sakit" Tutur kakek.

"Tapi Jian lebih sakit, kalo kalian mau pulang, pulang saja aku nanti bisa pulang sendiri" Haidan tetap kekeh disana sembari memeluk nisan Jian, air mata Haidan tersamarkan oleh air hujan yang turun membasahi wajahnya.

"Nek, kek kalian pulang terlebih dahulu saja, biar urusan haidan aku yang urus, bawa juga Cakra dan yang lain pulang, nanti aku sama Haidan nyusul pulang" Tutur Mahesa.

Dan kini yang berada di pemakaman hanya sisa Mahesa dan haidan.

"Dan, kita pulang ya, biarin Jian istirahat disana dengan tenang, kalo kamu terus terusan nangis Jian juga akan ikut menangis, kita pulang ya"

"Aku jahat bang, aku jahat, aku benci diri aku sendiri"

"Kita semua disini jahat sama Jian, aku juga benci diri Abang, tapi kita pulang dulu okey, nanti kamu bisa sakit"

"Aku pamit dulu sama Jian"

Akhirnya Haidan mau pulang ke rumah, setelah mendapat bujukan dari Mahesa.

"Dek, Abang pulang dulu ya, sering sering ke mimpi Abang ya" Haidan bangkit dari duduknya, dibantu oleh Mahesa.

Mereka pun pulang.

Dirumah, mereka langsung kembali ke kamar masing masing, menenangkan dirinya, nenek dan kakek memutuskan untuk menginap disana beberapa hari, Bayu juga.

Sudah berjalan 2 hari dari kematian Jian, tidak ada yang berkomunikasi ataupun berinteraksi, semua diam.

Naufal hampir tidak pernah keluar dari kamar, ia sekarang menempati kamar Jian, Naufal terus memutar seluruh peristiwa yang ada dikamar Jian, setiap hari Naufal akan terus menangis, menyesali seluruh perbuatan yang jahat terhadap jian.

Naufal berjalan menuju kemeja Jian, banyak kertas yang tertempel didinding.

🍁

kamu pasti bisa melaluinya dengan baik”         
“kalo udah takdirnya kaya gini, aku ga bisa mengubahnya”

“aku sumber kehancuran keluarga ini”

menyerah, bukan pilihan terbaik, tetapi bertahan membuat ku sakit”

utuh tapi rapuh”

“hidupku udah hancur dari waktu aku terlahir ke dunia ini”

“semua pantas untuk membenciku”

“aku ga bisa bayangin kalo hari kematianku datang siapa yang peduli?”

🍂

Naufal tidak bisa membendung air matanya, yang lolos begitu saja.

Naufal berjalan menuju ke lemari Jian, membukanya, bajunya masih terlipat rapi didalam sana, Naufal melihat ada sebuah kotak kardus yang besar, ia pun mengeluarkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jian juga Ingin di sayang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang