06. perjodohan

135 23 3
                                    

Happy reading

Saat Raga pulang ke rumahnya, ia kembali memikirkan ucapan Livy tadi Dimana Livy menganggapnya tidak lebih dari orang yang ia benci selama ini.

"Gue sejahat itu kah, dulu?" ujar Raga. Kalau di pikirkan lagi, Raga memang jahat, ia seorang mantan pem-bully saat ia kecil yang menyebabkan Livy membencinya hingga sekarang.

Suara ketukan pintu kamar Raga menyadarkan lamunannya.

"Kak, lo dipanggil Mama sama Papa disuruh turun!" ujar seseorang perempuan dari balik pintu yang membuat Raga mengerutkan keningnya. "Tumben Mama Papa cari gue." ujar Raga sembari berpikir. Tanpa berpikir panjang, Raga membuka pintu dan bergegas menemui kedua orang tuanya

🌻🌻🌻

Raga pun keluar dari kamarnya menemui kedua orang tuanya yang sudah menunggunya di ruang tengah.

Dengan penuh tanda tanya Raga menyapa kedua orang tuanya.

"Malam Ma, Pa. Tumben cari Raga, ada apa?" tanya Raga tanpa basa-basi.

"Duduk dulu sayang, kami mau bicara penting." ujar Widya menyuruh Raga duduk di sofa. Raga pun mengangguk lalu duduk di depan kedua orang tuanya.

"Raga, kami rasa udah saatnya kami bicarakan ini." ujar Ryan membuat Raga kembali bertanya-tanya.

"Kamu udah tujuh belas tahun, kan?" Lanjut Widya. "Pasti Mama Safira bangga lihat kamu sudah sebesar ini." ujar Widya dengan senyum merekah di wajahnya. Widya memang bukan ibu biologis Raga, ia hanyalah ibu yang membesarkan dan merawat Raga setelah kepergian Safira, Ibu kandung dari Raga yang  lebih dulu meninggal dunia.

Raga tersenyum tipis. Jika bisa dibilang, ia sangat merindukan Ibu kandungnya. Namun ia juga tahu, Mamanya sudah tenang di sisi Allah SWT. Dan sebagai seorang anak Raga hanya bisa ikhlas dan mendoakan Mamanya.

"Raga, sebenarnya.... sulit buat Papa ngomong ini ke kamu, Papa tau kamu nggak bakal bisa langsung menerima keputusan kami." ujar Ryan dengan menghela nafas panjang. "Sebelum Mama kamu meninggal, beliau berpesan untuk menikahkan kamu dengan anak sahabatnya di usia kamu yang ke tujuh belas tahun." jelas Ryan.

Tentu Raga terkejut mendengar ucapan Papanya. Ia membulatkan kedua matanya saking terkejutnya. Terlebih lagi ia mengetahui fakta  dirinya akan dinikahkan di usia tujuh belas tahun, itu sangat mustahil bagi anak seusianya untuk membina rumah tangga.

"Papa tau kamu pasti berat menerima kenyataan ini, tetapi ini memang wasiat Mama kamu Raga, dan Papa harap kamu bersedia menerima dan bersedia dengan ikhlas wasiat Mama kamu ini." ujar Ryan dengan penuh harapan.

Raga menghela nafas. Mengapa ia harus mendapatkan kenyataan pahit di usianya yang masih menginjak tujuh belas tahun.

Widya memperlihatkan sebuah foto seorang gadis kepada Raga, "namanya Olivya Zeline, calon jodoh kamu yang kebetulan kalian satu sekolah." ujar Widya.

Raga terkejut. Ia membulatkan kedua matanya karena saking terkejutnya. Livy? Dijodohkan dengan Livy? Plot twist?

🌻🌻🌻

Setelah selesai menyelesaikan tantangan untuk quality time bersama Raga, Livy pun menyempatkan diri untuk bermain-main sebentar dengan gitarnya. Bermodalkan Gitar dan suara merdunya, Livy menyanyikan lagu pelangi dari HIVI! salah satu band populer di Indonesia.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang