13. rumah baru dan taruhan

118 19 3
                                    

Tolong terima kenyataan, jika kita memang di takdirkan bersama.

- Raga Bumantara -

-Happy reading-

Setelah seminggu berada di Bali, pasutri yang baru saja menikah itu kembali lagi ke kota asal yaitu Jakarta untuk melakukan aktivitasnya kembali sebagai pelajar SMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah seminggu berada di Bali, pasutri yang baru saja menikah itu kembali lagi ke kota asal yaitu Jakarta untuk melakukan aktivitasnya kembali sebagai pelajar SMA. Meskipun begitu, Raga dan Livy harus bisa menyembunyikan status pernikahan mereka dari pihak sekolah untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

Rumah baru, suasana baru. Livy menatap sebuah bangunan rumah yang terbilang mewah di hadapannya. Livy menghela nafas kesal, "Harus banget gue tinggal sama lo?" ucapnya.

Raga yang lebih dulu berjalan di depan Livy, menoleh ke belakang menatap Livy. "Kalo lo nggak tinggal di sini, mau di mana, hmm?" tanya Raga.

"Ya sama ortu gue lah, pake nanya!" balas Livy.

Raga terkekeh, "emang orang tua lo bakal mau nerima lo?" kata Raga. "Palingan ntar lo juga di suruh balik ke sini lagi." sambungnya.

"Nyenyenye."

Raga memutar bola matanya, "udah lah, nggak usah drama. Terima aja takdir lo kalau kita itu di takdirkan bersama." kata Raga.

🍉🍉🍉

"Harus sekamar lagi?" ujar Livy dengan lesu. Setelah masuk ke dalam rumah, ia dikejutkan dengan adanya satu kamar tidur saja di dalam rumah.

Raga menoleh, "kalo lo nggak mau sekamar, mending Lo tidur di gudang sana!" cetus Raga.

Livy menatap sinis, "dih ogah, yakali." ujarnya.

"Ya udah. Masukin barang-barang lo ke kamar, tuh ada lemari kosong." ujar Raga Sembari menunjuk sebuah lemari di samping tempat tidur.

"Barang-barang lo?" tanya Livy.

"Di lemari samping lemari lo." balas Raga.

"Ini rumah lo?" tanya Livy lagi.

"Rumah almarhumah nyokap. Baru dibersihkan kemarin sama pembantu." jelas Raga.

Livy mengangguk mengerti.

"Meja rias ada di gudang, lo bisa angkat bawa ke sini kalo perlu." ujar Raga.

Livy melirik Raga yang dengan mudahnya mengatakan kalimat tersebut sedangkan dirinya asik duduk di sofa. "Kalo lo punya otak, setidaknya bantuin angkatin kek." cibir Livy.

Raga malah tersenyum, "lo aja nggak ngomong kalo mau minta tolong." ujar Raga.

Livy berusaha menahan rasa sabarnya, "ya udah.... Gue minta tolong dong, bantuin angkatin plis! PUAS!" ujar Livy menekan kata puas di akhir kalimat.

"Oke." Raga pun langsung bergegas untuk ke gudang membantu Livy mengangkat meja rias.

Livy mengelus dadanya, "sabar, sabar." kata Livy.

🍉🍉🍉

S

etelah selesai membereskan barang-barangnya, Livy pun beristirahat sejenak sembari menonton televisi di ruang tengah. Bukan menonton televisi, lebih tepatnya televisi yang menonton dirinya yang sedang bermain ponselnya.

"Kalo lihat ponsel, mending tv-nya di matikan." ujar Raga yang baru saja datang menuruni tangga.

"Dih, suka-suka gue. Orang acara kesukaan gue belum mulai." kata Livy.

"Emang apa yang mau lo tonton?" tanya Raga. Cowok itu ikut duduk di samping Livy.

"Pagi-pagi gosip." ujar Livy.

Raga tertawa mendengar ucapan Livy. "Acara sampah aja lo tonton." kata Raga.

Livy menatap Raga sinis, "dih suka-suka gue, daripada nonton suara jantung istri mending nonton ini." ujar Livy tak mau kalah.

"Ya ya ya, terserah lo." ujar Raga.

"Liv."

"Hmm."

"Besok gue ada tanding futsal."

"Ya terus?"

"Lo besok nonton gih!"

"Nggak lah, nggak seru." ujar Livy.

"Kata siapa? Gue vs Juno, ya kali gak seru." jelas Raga.

Mata Livy tiba-tiba memandang Raga. "Bjir, kok lawan Juno lagi?" tanya Livy.

"Tau tuh, demen banget tuh orang saingan sama gue, padahal tiap tanding kalah juga." kata Raga meremehkan Juno.

"Dih sombong, entar kena karma, tim lo kalah, ntar nangis." cetus Livy.

"Lagian gue yakin kok kalo besok Juno bakal menang. Gue bakal datang terus support Juno." kata Livy.

Raga menatap Livy sinis, "mending lo support gue, secara gue kan suami lo." kata Raga.

"Iya, tapi gue lebih pengen support Juno, dia tuh tipikal cowok idaman gue, udah ganteng, manis, lembut, bukan pem-bully kayak lo lagi." ujar Livy sekilas menyindir Raga.

"Nyindir mulu."

"Gue nggak nyindir sih, kalo situ kerasa berarti tepat sasaran." kata Livy.

"Gantengan juga gue kemana-mana." ujar Raga sembari mengibaskan rambutnya.

"Idih, pede banget lo." ujar Livy.

"Atau, gimana kalau taruhan?" ujar Raga.

Livy menarik satu alisnya ke atas, "taruhan?"

"Jadi, kalau gue menang, lo harus nurutin tiga permintaan gue, begitupun sebaliknya." ujar Raga.

Livy berpikir sejenak, "terus apa untungnya buat gue?"

"Ya kalau gue kalah, lo bebas mau minta apa aja ke gue." kata Raga.

"Kalau gue minta cerai gimana?" ujar Livy spontan.

"Gue bakal buat lo bunting duluan biar lo kagak minta cerai." ujar Raga.

Livy membelalak. "Lambe mu!"

"Ya lo sendiri yang mulai." ujar Raga. "Jadi gimana?" sambung Raga bertanya.

"Ya udah, gue setuju." ujar Livy menyetujui taruhan tersebut.

Raga tersenyum penuh kemenangan. Percaya atau tidak, Raga percaya diri bahwa pertandingan besok akan dimenangkan oleh tim-nya. Jadi, Raga tidak sabar untuk menagih tiga permintaan dari Livy.

🍉🍉🍉

To be continued

Thank You for reading!!!

Jangan lupa untuk tinggalkan vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

Agar silaturahmi tidak hilang
Silahkan follow akun saya ya sayang

See you next chapter.












Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang