Haii, sorry lama ga update! Aku lagi musim-musim nya ujian huhu. Buat kalian yang lagi ujian, semangat! ><
Enjoyy yaa
________________________
Tangan ku mengelus perlahan surai hitam pekat di hadapan ku. Sembari berharap dapat melihat kelopak matanya terbuka hingga menampilkan netra biru tua yang indah bagai langit malam dengan bintang sebagai pelengkapnya.
Tiga murid kelas satu dari SMA Jujutsu itu terbaring dengan cukup parah di salah satu rumah sakit kota Tokyo.
Pandangan ku teralihkan ke sisi lain, Itadori Yuuji masih terlelap di kasur nya seperti Megumi. Enggan membuka mata mereka sejak kejadian buruk menimpa. Berbeda dengan Nobara yang sedang menikmati hidangan buatan ku sebelumnya dengan tenang.
Hatiku sedikit lega saat gadis itu membuka matanya lalu memanggilku dengan lemah. Setidaknya ketakutan ku berkurang, kan?
Dan syukurnya, dia tak terluka parah. Hanya beberapa luka goresan yang dapat ku pulihkan dengan mudah menggunakan kekuatan ku.
Ku coba juga untuk memulihkan Megumi dan Yuuji dengan kekuatan manipulasi ku beberapa waktu yang lalu. Jiwa mereka lah yang ku manipulasi, agar ketiganya tetap bertahan hidup. Meski sudah berpengaruh pada Nobara, hati ku masih tetap tidak tenang jika kedua lelaki ini tak sadar dan ikut menikmati hidangan bersama teman gadisnya.
"Sensei.." Dengan cepat aku berbalik ke arah belakang, Yuuji membuka kelopak nya perlahan bersamaan dengan raut sumringah di wajah ku.
Ketakutan ku semakin berkurang mendengar suaranya yang parau dan tangannya yang mencoba menjangkau diriku.
"Yuuji! Syukurlah." Segera kursi itu berpindah dari posisi yang sebelumnya berada di sebelah kasur Megumi menjadi di sebelah kasurnya. Ku usap surai gulali itu lembut agar menambah ketenangan pada hati pemuda beumur 15 tahun itu.
Aku sangat yakin bahwa kejadian yang menimpanya sebelum ini pasti menimbulkan trauma yang cukup besar.
"Tolong ambilkan makanan untuknya, dia butuh energi." Perintah ku pada salah satu pelayan khusus yang berdiri di depan pintu kamar.
Setelah itu aku tak memperhatikannya lagi, dia pasti tau cara menyiapkan makanan dengan baik tanpa harus diarahkan. Bukan, begitu?
"Beritahu aku, bagian mana yang terasa sakit? Apa sensei perlu memanggil dokter?" Aku masih setia mengusap surai pink gulali milik Yuuji, tak mengurangi intonasi bahagia ku yang seketika mengisi seluruh volume ruangan.
"Aku baik-baik saja sensei, terimakasih."
"Baiklah. Kalau begitu, kau makan dulu. Aku sudah menunggu kalian untuk makan bersama, kau tau?" Ku sodorkan sepiring makanan yang sudah ku buat khusus untuknya. Aku tersenyum menatap Yuuji yang sudah mencoba mendudukkan tubuhnya.
Naluri keibuan ku selalu muncul ketika aku sedang bersama anak-anak ini. Rasanya seperti nyata, aku seperti menganggap mereka anak-anakku.
Yuji menampilkan senyuman indahnya setelah menerima hidangan itu, hati ku menghangat. Namun kembali teringat, masih ada satu anak yang ku tunggu kebangkitannya dari mimpi buruk. "Aku akan menunggu Megumi, kalian makan sepuasnya ya."
Kembali ku pindahkan kursi dengan roda itu mendekat ke kasur putih milik Megumi. Tangan ku tak tahan untuk tak mengusap surai hitamnya. Lelaki muda di hadapan ku ini sudah seperti darah daging ku. Bagaimana aku sangat menyayanginya dengan sepenuh hati ku, sejak Satoru meminta bantuan ku untuk mengurusnya, Fushiguro Megumi sudah menjadi anakku.
Tidak, aku tidak sah menjadi orang tua angkatnya. Aku mengangkat diriku sendiri menjadi orang tuanya.
"Keadaan mu tidak separah Yuuji, namun mengapa kau membutuhkan waktu yang lama untuk membuka kelopak mata mu?"
Kieri's pov end
-2010-
"Fushi- Zenin Toji, sepupu mu kan?"
"Hm? Ya. Kami tak pernah berinteraksi, karena dia memiliki pribadi yang tidak ramah dan juga karena perbedaan umur kami yang cukup jauh. Ada apa dengannya?" Tanya Kieri sembari meletakkan secangkir coklat hangat yang dia buat untuk Gojo.
"Aku membunuhnya."
Gadis itu duduk disebelah lelaki yang kini berstatus sebagai kekasihnya, menyandarkan punggungnya di sandaran sofa sembari menikmati tayangan televisi. "Sudah tiga tahun dan baru sekarang kau memberitahu ku? Aku sudah tau, di hari yang sama dengan kematian Riko Amanai kan? Perutnya terbelah karena perbuatanmu."
Dapat Kieri rasakan wajah terkejut Gojo disana tanpa melirik.
"Percayalah Satoru, aku tau hal yang tidak kau tau. Aku selalu mendengar suara debu setiap aku bernafas," ucap si gadis beberapa detik kemudian disertai dengan senyuman miring.
"Aku bisa memanipulasi segala hal yang ku mau. Itu lah mengapa Zenin tak menginginkan ku, aku tidak terwariskan teknik ten shadow milik mereka. Mereka menganggap bahwa suatu hari aku akan menjadi pengkhianat dan membunuh seluruh klan dengan mudah, maka mereka mencampakkan ku sebelum aku benar-benar melakukan itu."
"Fushiguro Toji menitipkan anaknya pada ku."
"Kalian mengobrol sebelum saling membunuh? Wow, akrab sekali."
"Aku serius, sayang."
"Dia punya anak?" Kieri lirik ke arah si kekasih.
"Ya. Percayalah, sayang, kau sudah memiliki keponakan yang sangat banyak." Pria berumur 19 tahun itu terkekeh kecil menanggapi. Nyatanya Gojo benar, klan Zenin sangat suka memproduksi anak dan membuangnya jika dianggap tak berguna.
"Aku sudah bertemu dengan anaknya semalam. Mereka sangat mirip, kepala ku jadi sakit memikirkan jika anak itu tinggal disini. Rasanya seperti melihat Zenin Toji, hanya saja ini seperti kemasan sachet nya." Gojo memijat pelipisnya perlahan, sementara Kieri berusaha mencari tahu tentang anak dari Toji dengan kekuatan nya.
"Fushiguro.. Megumi? Apa dia mengganti namanya?" Tanya ku setelah mendapat beberapa penglihatan ku tentang keponakan ku. Anak yang berproporsi badan cukup tinggi dengan rambut hitam pekat tajam seperti landak. Netra nya yang berwarna biru tua seperti langit malam dan mulut yang dewasa.
"Ya untuk poin pertama dan ya untuk poin kedua. Apa yang harus kita lakukan pada anak itu?"
Kami berdua saling bertatapan, memikirkan pilihan yang tepat untuk satu-satunya keturunan Fushiguro Toji ini.
"Bawa saja dia kesini."
"Aku tidak mau berurusan dengan perkerjaan mengurus anak lagi. Sungguh melelahkan, Kieri." Lelaki di sebelah Kieri langsung menggelengkan kepalanya kencang.
"Kita akan mengurusnya bersama, Satoru. Lagipula dia bukan anak bayi dan juga bukan anak remaja pubertas, tidak akan terlalu sulit. Kita masih bisa membentuk pola pikirnya."
"Kau yakin?"
Kieri mengangguk setuju. "Aku yakin dia akan tumbuh menjadi anak yang berguna."
"Huh.. baiklah, apapun keinginanmu. Mari menikmati hari terakhir kita berdua, kalau begitu."
Dengan cepat Gojo menarik pinggang gadis cantik itu dan membawa nya ke dalam pelukan hangat nya. Si gadis meletakkan kepala nya di bahu lebar milik kekasihnya, menghirup aroma maskulin yang sangat dia gemari.
"Tetaplah di pelukan ku."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝗢𝘂𝗿 𝗘𝗻𝗱𝗶𝗻𝗴 || 𝐆𝐎𝐉𝐎 𝐒𝐀𝐓𝐎𝐑𝐔
Romance"𝘏𝘢𝘭 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘶." "𝘉𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪, 𝘒𝘪𝘦𝘳𝘪...