Sudah beberapa hari semenjak pemulihan ketiga siswa kelas satu. Kehidupan sudah berjalan sebagaimana mestinya. Kegiatan SMA Jujutsu kembali normal, murid-murid sudah belajar seperti sebelum nya.
Meski Kieri masih sering mendapatkan penglihatan tentang sahabatnya yang sudah cukup lama berpulang. Geto hampir menjadi karakter utama di mimpi Kieri setiap hari, membuat Gojo yang selalu menenangkan kekasihnya mulai merasakan hal yang ganjal.
Kieri bukan merupakan guru tetap di sekolah Jujustu. Dirinya hanya guru pribadi dari Megumi dan juga Okkotsu Yuuta yang saat ini sedang menempuh pendidikan di negara lain. Hal ini menyebabkan Kieri sangat jarang memiliki jadwal mengajar.
Gadis itu memilih untuk berleha-leha di kamar asrama nya untuk sekedar menikmati jadwal kosong ini.
Meski pikirannya penuh dengan satu pertanyaan.
"Apa mungkin Suguru masih hidup.."
Segera Kieri melenyapkan pikiran gila dan tak masuk akal itu. "Tidak, tidak mungkin. Tidak mungkin Satoru berbohong tentang ini."
"Tapi aku selalu memimpikannya, seakan-akan energi kutukan ku masih dapat merasakan darahnya yang mengalir.."
Kieri beranjak dari kasurnya dan melangkah keluar kamar menuju lapangan. Dari kejauhan dia dapat melihat siswa siswi kelas satu dan dua tengah berlatih bersama guru tampan mereka.
Wajah tampan dari sosok yang mengusap wajahnya penuh sayang setiap malam, sebelum kelopak matanya menutup.
Kieri memilih duduk di salah satu anak tangga yang menjadi penghubung bagian bangunan dan lapangan.
Tak sadar dia tersenyum di dalam keheningannya, bersyukur keadaan mulai membaik sejak kejadian yang menimpa sekolah nya pada beberapa hari lalu.
Memperhatikan semua murid satu persatu, perkembangan Yuuji semakin bertambah dengan pesat. Maki yang semakin kuat bertarung jarak dekat. Begitu juga dengan Megumi yang semakin mahir dalam menggunakan teknik kutukannya.
"Oh- Zenin sensei!" Yuuji yang menyadari tentang kehadiran Kieri segera melambaikan tangannya dengan girang.
Begitu juga yang lainnya, mereka langsung melihat ke arah Kieri dan menyapa guru cantik mereka disana.
Kieri tersenyum dan melambaikan tangan dari kejauhan, "Semangat! Yang latihannya paling baik akan mendapat hadiah hangout bersama ku."
Kalimat yang baru saja Kieri lontarkan langsung menarik atensi guru pria yang sedang mengajar di lapangan luas itu. "Apa aku diperhitungkan?" Teriak Gojo dari lapangan.
Kieri hanya tertawa melihat tingkah laku pujaannya. Tak menanggapi apapun selain menampilkan deretan gigi rapi, membuat Gojo merasa sedikit gemas. "Kalian berlatihlah satu sama lain sesuai teknik yang baru saja ku ajarkan. Aku akan memperhatikan kalian dari sana," perintah Gojo pada murid-muridnya lalu meninggalkan mereka.
Memfokuskan pandangannya pada gadis bersurai hitam dengan netra merah maroon disana. Sangat cantik, di mata biru langit itu meski tertutupi oleh kain berwarna yang sama dengan surai si gadis.
"Ada apa sayang? mengapa tidak istirahat saja. Kau sedang tidak ada kelas kan." Gojo duduk di sisi kiri gadis pujaannya itu, mengusap surai kelamnya dengan halus.
"Entah lah, aku tak bisa berhenti memikirkan tentang penglihatan ku itu. Apa mungkin Suguru masih hidup? Tidak, kan." Kieri menghela nafasnya pelan.
"Aku mengerti. Aku merindukannya. Aku merindukan kita semua."
"Aku juga, Satoru." Kieri menatap Gojo lekat.
"Kini hanya tersisa kita berdua, meski Shoko masih ada disini, aku tak dapat merasakan hal yang sama seperti sebelumnya. Aku bersyukur mendapatkan mu kembali." Gojo tersenyum kecil dengan netra biru lautnya menatap si gadis lekat.
Kieri membalas dengan senyuman manis pada kekasihnya, dengan cepat telapak tangan kanannya bergerak terbuka ke arah para murid yang tengah berlatih. Dan di waktu yang bersamaan Kieri mengecup bibir tipis milik kekasihnya.
Gojo yang terkesiap dengan pergerakan Kieri segera melirik ke arah murid muridnya. Mereka semua terdiam, seakan akan membatu dengan posisi berlatih di lapangan. Ternyata Kieri menggunakan teknik manipulasi waktu yang dia punya untuk mencuri ciuman.
Gojo tersenyum miring dibalik kecupan lembut Kieri. Tangan kirinya ikut bergerak menahan tengkuk milik si gadis sedangkan yang satunya meraih pinggang ramping itu, mulai melumat lembut bibir plum favoritnya.
Bola mata Kieri sedikit membola saat dia menyadari Gojo membalas kecupan yang dia berikan, padahal dia sedang memanipulasi orang yang ada di sekitarnya.
Namun, Kieri menyukai saat-saat ini. Gojo sungguh mahir dalam melakukannya. Si gadis mulai membalas lumatan itu tak kalah lembut, masih dengan posisi tangan kanan yang terangkat lurus.
Hingga Kieri menurunkan tangannya serentak dengan Gojo yang melepaskan tautan bibir mereka. Keadaan kembali seperti semula, murid-murid yang sebelumnya membatu seketika melanjutkan kegiatan mereka seakan-akan tidak ada yang terjadi.
Kedua nya tertawa sejenak setelah menyelesaikan kegiatan mereka. Merasa sedikit malu namun juga bahagia di waktu yang bersamaan.
"Aku bersyukur aku telah menyatukan jiwa ku dengan mu. Eh- apa karena aku lebih kuat dari mu, ya?" Ucap Gojo sembari menatap murid-muridnya dengan santai.
Dibalas oleh Kieri yang mengalihkan pandangannya pada Gojo dengan raut wajah tak terima. "Apa maksud mu?"
"Hanya bercanda untuk poin kedua. Tetapi untuk poin pertama, aku bersungguh-sungguh. Kau jadi tak dapat memanipulasi ku."
Kieri terbungkam, ternyata itu alasannya dia tak pernah bisa menghentikan Gojo menggunakan seluruh tekniknya. Dia tak menyangka dia baru menyadari bahwa dua jiwa yang disatukan maka akan menjadi satu jiwa baru dan tentu saja, Kieri tidak mungkin bisa memanipulasi dirinya sendiri.
Itu mengapa Gojo masih tetap bisa bergerak seperti biasa ketika Kieri sedang memanipulasi waktu dengan cara memberhentikannya, berbeda dengan para murid yang sedang latihan.
"Lalu apa yang harus kau syukuri?" tanya Kieri pada kekasihnya.
Gojo terkekeh kecil, "Ya setidaknya aku bisa melakukan apapun yang ku mau pada mu. Kau tak akan bisa menghentikan ku."
"Terutama saat kita sudah menikah suatu hari nanti."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝗢𝘂𝗿 𝗘𝗻𝗱𝗶𝗻𝗴 || 𝐆𝐎𝐉𝐎 𝐒𝐀𝐓𝐎𝐑𝐔
Romance"𝘏𝘢𝘭 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘶." "𝘉𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪, 𝘒𝘪𝘦𝘳𝘪...