Gojo Satoru's pov
Bruk!
"Hei! Kalau jalan liat-liat!"
Berisik sekali.
Ah- maaf.
Aku hanya tak dapat membendung rasa bahagia ku saat ini.
Mungkin pria asing tadi dinobatkan sebagai orang ke-tujuh yang sudah membentur pundakku sejak kedua sepatu ku membekas di lantai tempat ini. Entah lah, terlalu malas untuk menghitungnya.
Mataku sesekali menangkap beberapa manusia yang tengah menangis sembari memeluk orang tercinta mereka yang baru saja kembali dari belahan bumi lain. Beberapa dari mereka juga menangis sembari berkomat-kamit merapalkan doa agar orang tercintanya dapat tiba di tujuan dengan selamat.
Namun, aku tidak akan melakukan hal seperti mereka. Tempat ini akan menjadi saksi bisu saat diriku melepas berbagai jenis perasaan yang sudah ku simpan untuk gadis yang ku cintai selama hampir setengah umur ku.
Rasa rindu, penyesalan, bahagia, hingga rasa yang mungkin tak pernah dirasakan orang lain.
Bahkan aku terkadang tak dapat memikirkan bagaimana bisa aku secinta itu pada gadis yang dulunya ku cap sebagai gadis aneh.
Definisi menjilat air liur sendiri, ya?
Langkahku terhenti saat melihat gadis bersurai hitam panjang yang berdiri tak jauh di depan ku. Dengan posisi membelakangi ku dengan sebuah koper berwarna pink di sisinya.
Salah satu hal yang ku suka dari gadis itu adalah sifat feminim nya. Seperti gadis ceria yang menggemaskan, menyukai warna merah muda dan boneka beruang.
Apa itu benar-benar dia?
Ku langkahkan kaki jenjang milikku ke arah sosok yang berdiri cukup jauh di depanku.
Sebelum langkahku kembali terhenti saat dia berbalik, menampilkan wajah yang selalu ku rindukan setiap malam. Wajah yang selalu muncul ketika aku menutup mata untuk memasuki alam mimpi.
Wajah sempurna Zenin Kieri.
"Kieri-"
Dia tersenyum tipis padaku, sangat tipis.
Tanpa berpikir lama, aku berlari ke arahnya.
Grep
Ku raih tubuh kecil itu dan mendekapnya erat, bahkan membuat tubuh Kieri sedikit terhuyung ke belakang. Tubuhnya tak meninggi banyak, wajah cantiknya masih mendarat tepat di dadaku. Suatu hal yang sangat ku rindukan selama bertahun-tahun.
Meletakkan wajah ku di ceruk lehernya mencari kenyamanan yang telah lama menghilang. Wangi vanilla yang masih menjadi ciri khas nya memenuhi seluruh indra pernafasanku, membuat rasa rinduku semakin membesar.
Namun, dia tak membalas dekapanku, tangannya menganggur di bawah sana. Tak dapat ku lihat ekspresi wajahnya lagi setelah ku dekap tubuhnya. Tapi, aku tidak perduli.
Aku hanya ingin menumpahkan seluruh penyesalanku pada gadis ini.
"Maafkan aku," ujarku pelan setelah dua menit ku dekap tubuhnya tanpa mengatakan apapun.
Ku coba untuk menahan tangis saat ini, sungguh memalukan jika aku menangis di hadapannya. Tapi aku tidak mampu menyangkal fakta bahwa aku merindukan kehadirannya di hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗢𝘂𝗿 𝗘𝗻𝗱𝗶𝗻𝗴 || 𝐆𝐎𝐉𝐎 𝐒𝐀𝐓𝐎𝐑𝐔
Romance"𝘏𝘢𝘭 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘶." "𝘉𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪, 𝘒𝘪𝘦𝘳𝘪...