- September 2018 -
"Sensei."
Kieri yang sedang melangkah di lorong sekolah Jujutsu mendadak menoleh ke belakang dan menunda niat menuju ruangan pribadinya.
"Maki?"
Zenin Maki, berdiri tak jauh dari Kieri. Setelah mendapat respon, gadis muda itu maju beberapa langkah lalu menunduk 60 derajat di hadapan gurunya.
"Tolong latih saya lagi."
Kieri mengerjap mendengar permintaan Maki. Dia menghela nafasnya pelan lalu berjalan mendekat hingga benar-benar berada di hadapan sepupu kandung nya itu.
"Maki, aku tidak bisa sembarangan melatih kalian. Kau kan tau, bahwa latihan dan pembelajaran yang kalian lakukan semuanya dibawah tangan Gojo."
"Ku mohon sensei, sekali saja. Aku berjanji, hanya sekali." Maki tak mengubah posisinya.
"Apa bedanya bila aku melatih kalian dengan Gojo kalian?"
"Aku meminta mu untuk mengajari ku saja, sensei. Kau hanya perlu mengajariku saja." Maki melirik Kieri dengan tatapan datar, masih tak berganti posisi.
"Apa aku dibayar untuk melatihmu, Maki?"
Maki terdiam, matanya sedikit membola akibat tersentak dengan pertanyaan dari si guru.
"Ku mohon sensei, hanya sekali saja. Aku ingin menjadi seperti mu, aku tak ingin berakhir seperti mereka yang ada di rumah itu, sensei. Meskipun aku tidak memiliki energi kutukan, setidaknya ada hal dari diriku yang bisa ku banggakan. Aku ingin menjadi kuat dan berguna, sensei. Aku yakin sensei mengerti ucapan ku, aku sering mendengar kisah mu saat masih di rumah dulu.""Aku- aku ingin membantai habis klan Zenin. Dan menjadi pemimpin klan yang baru."
Deg
Pikiran Kieri berputar. Kembali mengingat memori yang terjadi pada saat umurnya masih 13 tahun. Bagaikan kaset film, otaknya memutar kembali ingatan pahit itu.
"Apa kau gila, Maki?"
"Ibu–"
Prangg!!
Kedua bola mata milik gadis kecil berumur 13 tahun di ruangan itu seketika membola karena suara berisik yang dihasilkan dari benturan antara piring dan lantai.
Dia sebelumnya sedang makan dengan penuh ketenangan. Namun, kini dia tak dapat melanjutkan kegiatannya sebab sang ibu yang baru saja menghampiri langsung mencampakkan makan siangnya tanpa alasan.
"Jangan panggil aku ibu, lagi."
"Dan– kau harus meninggalkan klan ini, segera."
Gadis itu semakin terbelalak mendengar pernyataan sang ibu. "Tapi, mengapa? Apa kau mengusir anakmu sendiri, ibu? Apa salah ku?"
"Aku tidak perduli. Ini perintah dari pemimpin klan kita. Di masa depan pasti kau akan membunuh kami semua dengan kekuatan mu yang tidak tau berasal darimana itu. Belum lagi kata-kata yang dia berikan padaku, aku malu! Semua orang melihat ku sedang diceramahi olehnya karena punya anak seperti mu. Kau membuat ku malu, kau tau?!"
"Aku- aku tidak mungkin membunuh keluarga ku sendiri bu! Lagipula, itu hanya dugaan kalian! Tidak ada yang tau masa depan, aku–" Gadis itu menarik pergelangan ibunya dan berlutut memohon.
Bruk!
Tubuh kecilnya terpental cukup jauh saat si wanita dewasa disana dengan sengaja menendang perut nya.
Gadis itu mendongak sembari meringis kesakitan. "Ibu.."
"Anak tidak tau diri, beraninya kau menyentuh ku dengan tangan berdosa mu itu. Kau tau? Petinggi memerintahkan ku untuk membunuh mu saja, namun aku masih memiliki hati nurani, dan tak akan membunuh darah daging ku dengan tangan ku sendiri. Kau tidak bersyukur aku hanya mengusir mu dari sini. Meski aku tau dalam satu atau dua minggu kau akan mati kelaparan."
"Pergi sekarang, sebelum aku berubah pikiran."
"Sensei?"
"Maaf. Baiklah, akan ku pertimbangkan permintaan mu. Tapi–"
"Aku akan melatih kalian semua Maki, tidak adil jika aku hanya melatih mu," jelas Kieri sebelum berjalan meninggalkan Maki yang terdiam di lorong.
Kieri masuk ke dalam ruangannya dengan tubuh yang sempoyongan. Setelah mengingat beberapa memori masa lalunya, kepalanya mulai terasa nyeri.
Ingatan tentang bagaimana dia dicampakkan oleh ibunya sendiri, seakan-akan dirinya bukanlah siapa-siapa di mata sang ibu. Ingatan bagaimana dia benar-benar terlantar selama beberapa minggu sebelum dia mulai bertahan hidup dengan mengandalkan kekuatannya.
Teknik terkutuk manipulasi alam semesta, bukan hanya satu atau dua sub-teknik di dalamnya. Gadis yang di buang oleh keluarganya itu menguasai teknik manipulasi realita, manipulasi waktu, manipulasi kekuatan, manipulasi jiwa, dan manipulasi pikiran. Dimana dirinya dapat mengendalikan realita, waktu, nyawa, kekuatan dan pikiran segala jenis benda mati atau hidup yang terdapat di alam semesta dengan sesuka hatinya.
Jika saja orang tuanya mengetahui bahwa anak yang sudah mereka buang kini bergelar sebagai salah satu dari penyihir terkuat era modern bersama kekasihnya.
"Ah.. menyebalkan," ujar gadis bersurai gelap itu, tangan kanannya memijat keningnya yang masih terasa nyeri.
"Minumlah."
Gadis itu mendongak lalu terkekeh pelan.
"Sejak kapan kau disitu, Satoru?" Tanya Kieri sambil menerima segelas air putih yang kekasihnya julurkan padanya."Sejak kau memijat pelipis mu. Ada apa?"
Gojo memilih untuk jongkok mensejajarkan tubuh jangkung nya dengan Kieri yang duduk di atas sofa.
"Maki meminta ku mengajarinya dan mengatakan alasan yang membuat ku teringat pada klan tak berguna itu."
"Sebenarnya aku malu masih menggunakan nama belakang mereka seakan aku sangat mencintai sekumpulan sampah di rumah mewah sana."
Gojo tersenyum kecil mendengar itu. "Bagaimana jika kita menikah? Agar kau tak menggunakan nama mereka lagi. Bukankah nama mu akan lebih indah jika menggunakan Gojo di depannya?"
Kieri membalasnya dengan kekehan lalu mengangguk kencang.
"Ayo!"Gojo meraih telapak tangan kanan gadis itu, mengusap lembut jari manisnya. "Bersabar ya sayang. Aku berjanji dalam beberapa waktu sebuah berlian yang baru akan mengikat jari manis mu."
"Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Kau bersedia menunggu ku?"
Kieri tersenyum tulus di hadapan satu-satunya pria yang dia cintai di dunia. "Aku akan selalu menunggu mu, Satoru. Selama apapun kau meminta ku."
"Selama apapun, kau yakin?" Gojo memiringkan kepalanya.
"Ya. Namun, jangan salahkan aku jika aku sudah tua dan jelek jika kau membuat ku menunggu terlalu lama."
Keduanya terkekeh kecil seakan-akan dunia itu hanya milik mereka berdua.
"Mata ku takkan pernah melihat gadis jelek jika sedang menatap mu," ujar Gojo masih dengan posisi yang sama.
Si gadis tak menjawab, hanya menatap mata Gojo yang ditutupi oleh kain hitam kebanggaannya.
Tetapi, hal itu justru membuat Gojo menunduk. Meskipun matanya tertutup dengan kain hitam pekat, dia tetap tak dapat menahan keindahan netra maroon itu.
"Jangan bosan pada ungkapan cinta ku, Kieri."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗢𝘂𝗿 𝗘𝗻𝗱𝗶𝗻𝗴 || 𝐆𝐎𝐉𝐎 𝐒𝐀𝐓𝐎𝐑𝐔
Romance"𝘏𝘢𝘭 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘶." "𝘉𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪, 𝘒𝘪𝘦𝘳𝘪...