Kejadian semalam masih membuat Jisung khawatir. Sepanjang hari dirinya mencoba untuk tetap fokus melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sayang sekali, isi kepalanya penuh dengan sosok hitam yang dua hari belakangan ini muncul dan mengamatinya.
Sebenarnya Jisung tak tahu apakah dirinya sedang diamati atau hanya kafenya saja, yang jelas sosok itu tetap membuatnya takut.
Saat ini pemuda itu baru saja selesai membersihkan dirinya. Ia harus bersiap untuk kembali bekerja mulai dari pukul sembilan malam seperti biasa.
"Huft. Tolong jangan kembali lagi.." tentu saja Jisung berharap orang misterius itu tak datang lagi dan membuatnya lemas. Sungguh, Jisung merasa sangat tidak aman dengan kemunculan orang tersebut.
"Tidak apa-apa Jisung. Kau akan baik-baik saja," memilih untuk menyemangati diri sendiri, Jisung pun menelan pil obatnya sebelum berangkat. Mau tidak mau ia harus tetap bekerja meskipun diselimuti rasa takut.
"Persetan dengan orang aneh, uang lebih penting," gumamnya sembari merapikan rambut sebelum berjalan keluar apartemen dan mengunci pintu.
Jisung menghirup aroma malam yang menyegarkan tubuhnya. Ia mulai melangkahkan kakinya menuruni lift dan keluar dari area apartemen tersebut. Tenang saja, lokasi kafe itu tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya, Jisung tak memerlukan kendaraan untuk sampai disana.
Pemuda itu mengamati sekitar, sudah cukup sepi. Yah, masih ada beberapa kendaraan yang berlalu-lalang, namun tidak begitu banyak orang yang berjalan kaki seperti dirinya.
Kecuali seseorang di belakang Jisung saat ini.
Deg deg deg!
Detak jantung Jisung mulai berdegup kencang. Hey, bukan karena jatuh cinta.
Pemuda bermarga Han itu melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat. Ia menyadari bahwa ada sebuah langkah kaki yang tidak juga menjauh dari pendengarannya sejak ia meninggalkan apartemen. Oh, ayolah. Jisung sedang tidak ingin berpikir negatif bahwa ada seseorang yang tengah mengikutinya.
Ini sudah separuh jalan dan ia masih mendengar langkah kaki itu dengan jelas. Jujur saja Jisung terlalu takut untuk berbalik dan memergoki orang tersebut, maka ia lebih memilih untuk mempercepat langkahnya.
Kumohon, menjauh dariku.
Sang tupai mulai merasa cemas. Suara langkah kaki itu memang tak lagi sejelas sebelumnya, yang artinya mereka telah terpisah jarak yang cukup jauh. Namun entah mengapa firasat Jisung mengatakan bahwa dirinya masih diikuti.
Kafe tempatnya bekerja sudah mulai terlihat, membuat Jisung semakin tidak sabar untuk segera sampai. Ia ingin berlari saja sebenarnya, namun ia takut orang yang mengikutinya itu ikut berlari dan berakhir membawanya secara paksa.
"Haahh.."
Jisung menghela nafas ketika ia melihat kondisi di hadapannya cukup ramai. Sebelum ia sampai di kafe, ia pasti akan melewati sebuah taman. Untungnya, taman ini digunakan oleh beberapa pasang sejoli untuk sekedar duduk sembari memakan tteokbokki. Iri tentu saja, tetapi uang tetaplah lebih penting.
"Jisung-hyung!"
Pemuda dengan pipi gembil itu menoleh. Seorang anak kecil yang dikenalnya sering bermain di taman bersama ibunya itu melambaikan tangan kepadanya. Jisung membalasnya dengan senyuman manis sebelum melanjutkan langkahnya memasuki kafe. Ia tak boleh terlambat atau Chan akan memarahinya.
"Jisung-ah, kau hampir saja terlambat," ucap Chan ketika melihat Jisung memasuki ruangan karyawan.
"Ah, iya. Maafkan aku, Chan-hyung. Aku merasa sedikit cemas," Jisung menyimpan barang-barangnya ke dalam loker dan bersiap untuk menggunakan apron.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER [Han Jisung X ???] ✔
Fanfiction[Completed] Jisung selalu merasa ada seseorang yang mengikutinya. "Mengapa ruangan ini penuh dengan foto-fotoku?" "Cause you belong to me." A story inspired by Chilla's Art bxb, criminal, unidentified character, mystery, explicit epilogue🔞 Started:...