Dengan hati-hati, Jisung memasuki ruangan CCTV yang sebelumnya seringkali terkunci dan hanya dapat diakses oleh Chan. Ia membawa gergaji kecil dan sebuah tangga untuk membuka bagian langit-langit ruangan tersebut. Mungkin itu adalah langkah bodoh, tetapi rasa penasarannya yang kuat tidak dapat dihentikan. Ia ingin tahu apa yang ada di dalam sana yang telah membuatnya begitu curiga.
"Masa bodoh jika aku dimarahi," hey, ini sudah termasuk dalam merusak fasilitas kafe.
Setelah beberapa saat bekerja dengan gergaji membentuk sebuah kotak, Jisung berhasil membuka langit-langit ruangan itu.
"Huft, tanganku pegal," Jisung memijit pelan lengannya begitu ia selesai. Ayolah, sejak tadi tangannya itu bergerak ke atas hanya untuk membuka langit-langit.
Setelahnya, Jisung menjatuhkan seluruh barang-barangnya begitu saja dan berusaha bergerak naik menuju ruangan yang pada dasarnya gelap itu. Ia menggunakan ponselnya dan menyalakan flash untuk melihat apa yang ada di dalam sana.
"Astaga, kau pasti bercanda.."
Jisung segera mencari kontak Minho dalam ponselnya. Disaat-saat seperti ini Minho adalah orang yang tepat untuk dihubungi, berharap pemuda itu akan segera datang menghampirinya.
"Halo, Jisung-ah. Ada apa?" tanya Minho dari seberang sana.
"Bisakah kau datang ke kafe sekarang? Aku membutuhkanmu.."
"..." Minho nampak terdiam sejenak sebelum kembali menjawab, "baiklah. Tunggu sebentar, ya. Aku akan segera kesana."
***
"Jadi, apa yang belum Jisung ceritakan kepada kalian adalah bahwa ia memiliki trauma dari masa kecilnya," Changbin mulai membuka ceritanya.
Yang lain mendengarkan dengan seksama, begitu penasaran dengan trauma yang dimiliki oleh Jisung.
Changbin menghela nafasnya berat, menimang-nimang apakah ia berhak menceritakan perihal ini pada ketiga sahabat Jisung sebelum pada akhirnya ia memilih untuk melanjutkan, "ketika ia masih kecil, ia pernah diikuti dan dilecehkan oleh seseorang."
"APA?!"
Ketiganya membelalakkan mata begitu mendengar cerita Changbin. Kemana saja mereka selama ini hingga baru mendengar cerita traumatik mengenai sahabat mereka sendiri?
Pedofilia, itulah yang dirasakan oleh Jisung kecil.
Pantas saja Jisung bersikap begitu cemas ketika dirinya mengalami hal yang serupa. Pantas saja Jisung terus mencurigai orang-orang di sekitarnya.
Jeongin bertanya dengan hati-hati, "itu benar-benar.. mengerikan. Apa yang terjadi, Changbin-hyung?"
Pemuda Seo itu melanjutkan, "seseorang mengikuti Jisung saat itu, mengirim surat-surat mengerikan, dan bahkan mengancam untuk melakukan hal-hal buruk padanya."
Mengambil air putih sejenak, Changbin merasa tak enak karena harus membongkar hal ini.
"Aku pun mengetahui soal ini dari ibunya. Seseorang melakukan tindakan pelecehan seksual pada Jisung, dan itu telah meninggalkan luka yang mendalam padanya."
Seungmin merasa terpukul mendengar cerita ini, "apa yang mungkin telah menyebabkan seseorang melakukan hal seperti itu kepada seorang anak kecil?"
Felix menambahkan, "jadi, mungkin rasa curiga dan kecemasan Jisung tentang seseorang yang mengikutinya sekarang adalah reaksi atas trauma masa kecilnya?"
Changbin mengangguk, "iya, aku memikirkan hal serupa. Ia sangat peka terhadap tanda-tanda mencurigakan, dan itu membuatnya merasa sangat takut. Kita harus mendukung Jisung dalam mengatasi trauma ini dan membantunya menjalani hidupnya dengan tenang. Sekali lagi, itulah alasan mengapa aku mengawasinya dari jauh."
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER [Han Jisung X ???] ✔
Fanfiction[Completed] Jisung selalu merasa ada seseorang yang mengikutinya. "Mengapa ruangan ini penuh dengan foto-fotoku?" "Cause you belong to me." A story inspired by Chilla's Art bxb, criminal, unidentified character, mystery, explicit epilogue🔞 Started:...