4

1K 102 13
                                    

Jisung telah selesai menutup kafenya. Untung saja kali ini dirinya tidak mendapati adanya pengunjung aneh, apalagi Hyunjin yang menemaninya sungguh menghibur. Yah, memang pada saat perjalanan saja ia merasa ada seseorang yang mengikutinya.

Jisung harap kali ini pun ia dapat selamat sampai ke apartemennya.

"Aku akan baik-baik saja," gumamnya menghibur diri.

Angin malam begitu dingin, namun Jisung sudah mengatasinya dengan mantel coklat kesukaannya. Ia begitu menyukai setelan pakaian tersebut, terlihat sangat elegan di tubuhnya.

Melangkahkan kakinya sedikit santai, Jisung mengernyit ketika sudut matanya menangkap sebuah siluet hitam di dekat sebuah semak-semak.

Ah, perasaannya tidak enak.

Karena melihat hal tersebut, Jisung mulai merasa gelisah. Ia rasa siluet itu terus memandang ke arahnya dari depan sana.

"Kali ini apa lagi?" ucapnya kesal.

Jisung mulai menggerutu, waktu sudah menunjukkan dini hari dan ia harus segera tidur untuk pergi kuliah besok. Tolong jangan ada suatu hal aneh yang harus menimpa dirinya.

Dengan keberanian yang tersisa, Jisung melangkahkan kakinya untuk mendekat pada siluet itu. Jika orang itu adalah penguntitnya, tentu saja sang tupai harus segera menyuruhnya untuk berhenti.

Meskipun ia tidak mengetahui hal apa yang akan terjadi jika dirinya mendekati sosok itu.


Sret!


"Eh?"

Jisung menghela nafasnya ketika menemukan bahwa siluet yang dilihatnya ternyata hanyalah sebuah batu besar. Ah, dirinya pasti merasa terlalu cemas hingga membuat delusinya menguasai pikirannya lagi. Semua kejadian yang menimpa dirinya belakangan ini membuat Jisung mudah khawatir.

"Rupanya aku hanya berhalusinasi.." gumamnya sembari mengganti mantelnya, membiarkan angin malam menusuk kulit putihnya sesaat dan berbalik melawan arah.


***


"Jisungie, apa kau sudah mengerjakan tugas Mr. Park minggu lalu?" Felix mengarahkan wajahnya tepat di hadapan sang tupai. Jika begini, apalagi yang diinginkan pemuda itu jika bukan menjadikan tugasnya sebagai referensi.

"Sekali-sekali kau perlu berpikir sendiri, Yongbokie. Memangnya kau akan terus selamanya bersamaku karena kau terus bergantung pada tugasku," protes Jisung, namun dengan nada yang tidak menyeramkan sama sekali, membuat Felix terkekeh setelahnya.

"Kau adalah teman terbaikku, jadi kita akan bersama selamanya, hehe."

Jeongin menoyor dahi Felix, menggantikan perasaan Jisung yang kesal dengan tingkah lakunya. "Berpikir sendiri itu tidak mudah, tahu?"

"Hey, diam saja kau ini."

Seperti biasa, kelompok ini akan terus dihantui oleh pertengkaran kecil hanya karena hal-hal yang tak penting sama sekali. Mari kita abaikan kedua makhluk yang sedang saling menyalahkan ini dan beralih pada Seungmin.

"Changbin-hyung bilang kau akan mengajakku mengobrol dengannya di kafe?" tanya pemuda itu.

"Ah, iya. Sebenarnya aku menjanjikan hal itu dari berbulan-bulan yang lalu sejak terakhir kali kami berbincang, haha. Tetapi aku selalu tak memiliki waktu senggang untuk melakukannya."

Anyway, saat ini mereka berada di kafe tempat Jisung bekerja. Anak kuliah mana sih yang tidak belajar di tempat menyenangkan seperti kafe bersama teman-temannya? Author tentunya.

STALKER [Han Jisung X ???] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang