9

858 93 12
                                    

Ting!


Bukan, kali ini bukanlah kafe tempat Jisung bekerja yang tengah kedatangan pelanggan, melainkan toko roti milik Changbin. Pemuda dengan ikon babi kelinci itu kebetulan tengah bercengkrama dengan karyawannya. Senyumannya mengembang kala dirinya mengenali sosok pelanggan yang baru saja datang.

"Hey, hey. Tumben kau mampir kesini," ucapnya.

"Yah, tadinya aku ingin pergi ke tempat Jisung saja. Tetapi Jeongin bilang ia sedang ingin makan roti."

Seungmin, yang berencana untuk mengajarkan juniornya beberapa materi hanya mengendikkan bahunya dan menjawab sapaan tidak menyenangkan Changbin dengan ekspresi malasnya.

"Katakan saja kau merindukanku," kepercayaan diri Changbin membuat sepupunya memutar bola matanya. Baru saja ia sampai dan dirinya telah disuguhkan dengan perkataan tidak jelas yang dilontarkan oleh Changbin.

"Memang selera Jeongin adalah yang terbaik. Seharusnya kau juga sekali-sekali kemari seperti juniormu itu," sambung sang pemilik toko roti.

Pemuda Kim itu memandang daftar menu dan segera menunjukkan pesanannya pada karyawan disana, "aku bukan maniak roti seperti Jeongin."

Changbin hanya tertawa mendengar penuturan sang sepupu. Sifat Seungmin memang sedikit menyebalkan jika kau tidak mengenalnya dengan baik. Tetapi justru sangat menyenangkan menjahilinya jika kau sudah dekat dengannya.

"Ah, Changbin-hyung. Mumpung kau ada disini, aku ingin menceritakan sesuatu," ucap Seungmin tiba-tiba. Ia segera menarik Changbin menuju tempat duduk yang terletak di sudut toko itu, tak ingin ada yang mendengar percakapan mereka. Biarlah pesanannya nanti akan diantarkan oleh karyawan.

"Apa itu?"

"Tetapi jangan katakan ini pada siapapun, khususnya Jisung. Akupun mengetahui ini dari Yongbok," Seungmin sedikit berbisik.

Changbin mengangguk. Sangat penasaran dengan hal yang akan diceritakan oleh sepupunya itu.

Seungmin sedikit menghela nafas, sebenarnya ia tidak tahu apakah menceritakan hal ini pada Changbin adalah hal yang tepat. Namun ia sudah terlanjur menarik pemuda Seo itu, jadi ya sudahlah. "Yongbok sempat bercerita padaku dan Jeongin, bahwa Jisung pernah tiba-tiba mengetuk pintunya dini hari dengan panik."

Pemuda Seo itu mengernyitkan dahinya.

"Seharusnya ia sudah pulang sejak dua jam yang lalu, tetapi saat itu ia berlari ke rumah Felix. Seperti baru saja dikejar oleh seseorang," jelas Seungmin.

Mendengar cerita dari sepupunya, Changbin nampak ragu-ragu, "tidak mungkin. Itu pasti hanya imajinasinya saja."

Kali ini giliran Seungmin yang merasa kebingungan. Apa maksud dari perkataan Changbin? Mengapa ia membantah mentah-mentah cerita yang baru saja dilontarkannya? Memangnya mustahil bagi seseorang seperti Jisung untuk dikejar oleh orang misterius?

"Apa? Tidak mungkin ia berimajinasi dikejar seperti itu," ucap Seungmin. Tidak percaya bahwa sepupunya bersikap skeptis terhadap hal yang Jisung alami. Terlebih kejadian itu pasti sangat mengerikan baginya.

"Dia pasti hanya kelelahan bekerja."

Seungmin terdiam sebentar, mengamati wajah Changbin yang nampak santai.

"Apa? Aku tampan ya?" ucapan Changbin membuat Seungmin dongkol. Memangnya lucu bercanda disaat mereka tengah membicarakan hal serius seperti ini?

"Hyung, tolong jangan menyepelekan hal ini."

"Menyepelekan bagaimana?"

Pemuda dengan ikon anak anjing itu menghela nafasnya berat. Bagaimana bisa sepupunya mengatakan hal bodoh seperti itu? "Jisung pasti memiliki seorang penguntit!"

STALKER [Han Jisung X ???] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang