Ada hari di mana Ten berpapasan dengan Karin di lorong sekolah. Biasanya Ten baru saja meninggalkan kantin atau atap sekolah dan Karin baru saja selesai mengoreksi PR-PR milik teman sekelasnya di ruang guru. Ten mengejeknya, "Hei, cewek sok pintar. Budak guru." Dan Karin tidak meliriknya sama sekali, seakan Ten tak pernah tampak di matanya.
Tetapi hari ini, Ten tak mau mengejek gadis itu. Bahkan melihat wajahnya saja ia tak mau. Rasa kesalnya kemarin masih berlarut dan ia hanya memandang lurus ke depan. Dari ekor matanya, Karin masih sama. Seperti tidak menganggap Ten ada.
Ten sudah menduganya, Karin tidak akan merasa bersalah setitik pun.
Bel pulang sekolah berbunyi, murid-murid kelas 2-A berhamburan keluar. Ten segera mengemasi tasnya melihat Kira dan Inoue berjalan ke arah pintu, ia meminta dua gadis itu menunggunya.
Belum jauh ia meninggalkan bangkunya, seseorang memanggilnya dan Ten kenal suara itu. Suasana hatinya menyusut drastis.
"Ten, kau harus bimbel."
Ten menoleh ke belakang. Memandang Karin dengan malas. Ia berdecak. Lalu meninggalkan ruang kelas.
Mungkin sudah lebih dua hari Ten mengabaikan Karin dan karena hari itu, Karin tidak memaksa Ten untuk bimbel bersamanya setelah pulang sekolah.
Ten sampai di kelas tepat bel pelajaran pertama berbunyi. Daripada menyimpan di loker, Ten lebih sering menyimpan buku-buku paketnya di laci mejanya. Ia merogoh ke dalam laci, berniat mengambil buku paket Fisika, tetapi ia merasakan ada sebuah bungkus plastik menggembul. Ia mengeluarkan benda itu.
Sebungkus kerupuk udang rasa plum dan kartu ucapan yang ditempel di atasnya, "Maaf, aku berlebihan".
Di antara orang-orang yang berhubungan dengan Ten, tidak ada yang membuatnya marah kecuali satu orang yaitu Karin.
Ten memandang punggung Karin. Gadis itu duduk di baris ketiga, diurutan kedua. Ten sendiri duduk di baris keempat, diurutan kelima.
Tapi mendapati permintaan maaf begitu, Ten sedikit menyesali sikapnya. Mungkin dia yang berlebihan karena apa yang dikatakan Karin hari itu sebuah fakta. Ia saja yang sensitif ...
Sepulang sekolah, Ten tetap duduk di bangkunya tanpa mengejar Kira dan Inoue yang lebih dulu keluar kelas.
Karin yang beranjak dari kursinya tak sengaja memandang Ten hingga terpaku cukup lama.
"Waktu libur bimbelku sudah selesai." Ujar Ten. "Aku harus mengejar ketertinggalanku."
Raut Karin seketika cerah tanpa diduga, padahal ia hanya sedikit menaikkan sedikit sudut bibir. Ia pun menghampiri Ten dan duduk berhadapan.
Ten juga tidak tahu kenapa sudut bibirnya sedikit tertarik. Apa karena senyum simpel Karin menular atau karena dadanya yang terasa hangat?
Selama bimbel hari ini berlangsung Ten sambil mengemil kerupuk udang plumnya. Kartu ucapan dari bungkus kerupuk tersebut ia tempel di buku paket Fisika.
"Tidak mau coba?" Tawar Ten, menyodorkan bungkus kerupuk tersebut.
Karin tampak ragu. Tapi ia akhirnya mengambil satu dan memakannya. Hidungnya sekilas berkedut dan keningnya mengernyit.
"Aku tak mau lagi." Tolak Karin. "Rasanya akan enak kalau tanpa bubuk plum."
"Heh? Padahal ini enak loh." Ten terdengar kecewa. "Aku bahkan sampai ingin sujud syukur di depan pembuat makanan ini."
Karin tertawa dan Ten ikut tertawa. Mereka kembali melanjutkan kegiatan mereka.
Setelah bimbel, mereka pergi merokok di belakang gedung terbengkalai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freedom
FanfictionTen membuat perjanjian pada Karin, bila Karin berhasil membuatnya masuk ke peringkat 10 besar seangkatan, ia akan membayar 5 juta yen pada gadis itu. Tetapi bila gagal, Karin harus keluar dari SMA Sakurazaka. Semenjak perjanjian itu diresmikan, Ten...